Bagian 6. Kaos Kaki

856 38 3
                                    

Sorry buat para reader, atas keterlambatannya mengupdate kisah ini

dikarenakan kesibukan author diduta, yang tak hanya menguras waktu, tenaga tapi juga air mata... haha lebay dikit maklum lagi galau.

ok

Happy Reading......

********


Dalam diam, Aku menerenung, berfikir serta berdoa mengharap Allah memberikan yang terbaik untuk hamba-NYA yang kini tengah bersedih, merasa hijrah yang kujalani begitu berat dan mentok namun hati kecilku berkata, Aku kuat dan pasti bisa.

Dalam heningnya malam, Aku berusaha menguatkan hati, bathin serta fikiranku. Mengharapkan Allah SWT memberikan ketenangan serta ketabahan dalam menghadapi pola fikir kedua orang tua serta keluargaku yang kini tengah berberat hati dengan keputusanku.

Aku menghela nafas dalam-dalam, kembali mengumpulkan tenaga, untuk dapat kembali menjalani dan menghadapi hidup dipagi ini. Setelah melaksanakan sholat subuh, Aku bergegas ke dapur, membantu membereskan rumah, cuci baju dan cuci piring dengan sisa air mata yang terkadang masih menetes.

"Gasik Yuk?" 

Muncul seseorang yang baru saja berlalu dibelakangku, Sibontot rupanya sudah bangun, sesegera mungkin Aku menghapus bekas air mata serta ingus yang tersisa dimata serta hidungku. 

"Mau ngpain dek? Tumben jam segini udah bangun?" Tanyaku mengalihkan. 

"Mau pipis," jawabnya sambil menguap

"Loh nggak sholat sekalian?" Tanyaku mengingatkan

"Eh! Iya, udah subuh ya?" Cengirnya lalu bergegas mengambil air wudhu.

"Syukurlah Dia mau sholat." Gumamku sedikit lega, setidaknya masih ada keluargaku yang lain yang mau melaksanakan sholat. Mengingat keluarga kami bukanlah keluarga yang terlalu taat dalam agama, dan mungkin dengan hijrahku ini, Aku bisa membawa perubahan kepada keluarga besarku Aamiin.

Sediktit cahaya semangat terkumpul dalam bathinku, dan setidaknya ini menguatkanku,  Alhamdulillah.

Satu persatu keluargaku mulai bangun, rutinitas melaksanakan aktivitas seperti biasanya. Kali ini ibu bangun sedikit terlambat, mungkin karena kelelahan setelah kemarin sore hampir seharian berada disawah membantu Bapak. Sedang Bapak tengah asik menyruput kopi hangat kesukaannya sembari menikmati udara pagi yang masih terasa dingin.

Maklum rumah kami berada didekat sawah jadi jam 6 atau setengah 7 pun masih terasa dingin. Namun pagi ini terasa berbeda, Mamak tak seperti biasanya, lebih memilih diam sembari memulai rutinitas membuat sarapan sekaligus menu untuk makan hari ini. Mungkinkah karena hijabku ini, sehingga Mamak lebih banyak diam daripada berbicara pada anaknya ini,

"Hufh..."

Aku menghela nafas, kembali menguatkan pertahananku agar tidak runtuh, jangan sampai pagi seperti ini membuat suasana gaduh ataupun yang lainnya, Aku tak ingin acara kepulanganku ini membawa kesedihan bagi siapapun, termasuk diriku.

"Mamak butuh bantuan nggak?" 

Aku berusaha mendekati Mamak yang tengah sibuk megoseng tempe, Mamak hanya menggeleng menandakan bahwa ia tak ingin dibantu.

Akupun beralih, menyelesaikan cucian baju, yang sudah kurendam deterjen.. Sedang Mamak masih tetap mengacuhkanku.

-

--

Sudah jam 12, perut juga sudah mulai keroncongan namun rasa malas dan nggak mood membuatku ogah-ogahan untuk mengisi perut yang sudah dari sejam lalu berbunyi.

8 Tahun...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang