Belanjaanku kali ini melebih target, bagaimana tidak!
Ketika melihat barang yang jreng dikit, mata ini langsung kalap, entahlah mungkin memang dari dulu hobiku berbelanja jadi lihat yang unik dikit langsung beli.
"Sini Mbak tak bawain." Seru Nilam yang tanpa aba-aba langsung mengambil satu plastik besar barang belanjaanku.
"Tapi Nilll...!
"Udah nggak papa, yuk." Potong Nilam lalu berjalan menuju angkot.
Sesampai di mes, Aku dan Nilam sibuk membuka barang-barang belanjaan kami. Nilam sibuk dengan sepatu barunya sedang Aku masih sibuk dengan satu hijab yang Aku beli, warnanya merah kombinasi putih, mirip bendera ya, tapi ini ok kok, kan pakai motif garis-garis.
berkali-kali Aku mencobanya namun hasilnya masih acak-acakan. Nilam yang sedari tadi memperhatikanku hanya terkekeh kecil, namun karena sudah mencoba hingga 5 kali tak satupun berhasil dengan sempurna. Akhirnya Nilam yang sudah nggak sabaran untuk melihatku mengenakan hijab langsung turun tangan mengambil alih.
"Sini Mbak tak bantuin, kasihan tuh tangan pasti pegel.. Hehe" Selorohnya sambil mengambil hijab yang menempel dikepalaku.
Hijab yang Aku beli modelnya segi empat, mengingat ini adalah awal Aku berhijrah, makanya belum bisa langsung seperti Nilam yang sudah mengenakan hijab syar'i .
Nilam melipatnya, membentuknya menjadi segi tiga, tak lupa Nilam juga memasangkan dalaman hijab agar rambut depanku lebih tertutup dan lebih rapi. Lalu memasangkan hijab motif garis-garis ini dikepalaku, tak lupa sebuah peniti disematkan dibawah dagu, lalu yang terakhir bros bunga mawar, meski kecil namun terliha apik.
"Dah jadi." Seru Nilam sambil memandang wajahku penuh senyum.
"Beneran udah?" Tanyaku penasaran, takut hijab yang kukenakan belumlah bagus.
"He'em bagus, coba geh ngaca" perintah Nilam.
Tanpa lama, Aku segera bangkit, menghadap cermin kamar yang terpasang tepat disamping tempat tidurku.
"Eh, iya rapi." Celetukku spontan, sedang Nilam hanya tersenyum kecil.
-
--
Perjalanan Hijrahku, Alhamdulillah tak ada kendala, semua normal, semua baik dan Alhamdulillah semua teman-teman kerja pada mendukung. Namun ada satu kecemasan yang selama ini menghinggap dalam benak maupun bathinku, yaitu keluarga.
Yah, hampir 5 bulan ini Aku belum pulang sama sekali kerumah, dan semenjak keputusanku berhijrah mengenakan hijab, kedua orang tua serta keluargaku belum ada satupun yang mengetahuinya. Bukan Aku tak ingin jujur kepada mereka, namun keluargaku pasti akan merasa keberatan, apalagi perubahan yang Aku ambil ini adalah sebuah keputusan yang masih tabu lidalam keluargaku, sedang minggu besok itu adalah jadwal Aku li bur sedang seninnya tanggal merah, mau tidak mau Aku harus pulang. Meski betah, namun Aku juga tak bileh melupakan kedua orang tua maupun keluarga.
=====
Keputusanku sudah bulat, Aku harus kuat, apapun yang akan keluargaku bilang, Aku harus terima dan Aku harus hadapi.
"Bismillah."
Aku menurunkan kakiku dari dalam becak, ongkos 3 ribu kuberikan kepada pengayuh becak yang mengantarkanku tepat disamping rumahku berada, beberapa kardus oleh-oleh tak lupa Aku tenteng untuk keluargaku dirumah.
"Dag dig dug... "
Jantung ini rasanya mau copot, namun Aku harus bersabar.
"Assalamu'alaikum."
![](https://img.wattpad.com/cover/138240368-288-k226001.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Tahun...
RomanceMengejar mimpi, angan-angan yang tertunda, gejolak kehidupan, hijrahku... Keputusan yang mendadak. Pacar Halal. Dimana dimanika kehidupanku terlihat biasa, namun begitu rumit untuk dijalani. 8 Tahun, bukanlah waktu yang singkat maupun sebentar. Nam...