Bab. 27. SAH

990 41 1
                                    


"SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINNYA RATNA WATI BINTI ABDULLAH DENGAN MAS KAWIN UANG SEBESAR DUA RATUS ENAM BELAS RIBU RUPIAH DAN SURAT AL-IKHLAS 

Bismillahirrahmanirrahim

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ qul huwallāhu aḥad

 اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ allāhuṣ-ṣamad 

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ lam yalid wa lam yụlad 

وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad

DIBAYAR TUNAI"

"SAHHHHHH"

"Sah" 

"Sahh"

"Sahhhh"

Seketika air mataku menetes, ketika para saksi dan Pak Penghulu mengatakan sah dengan ijab qobul yang baru saja Mas Ahmad ucapkan dengan lantang dan hanya dengan satu tarikan nafas. 

"Subhanallah Walhamdulillah Walla Ilaaha Ilallah Wallahu Akbar 

Masya Allah" Bathinku bertasbih,  juga tak kuasa menahan haru

Air mata kebahagian tak hentinya mengalir, disambut dengan shalawat nabi, Aku melanjutkan prosesi sungkem kepada kedua orang tua serta kedua orang tua Mas Ahmad.

Tangisku kembali pecah ketika tubuh ini memeluk Mamak, sosok ibu yang begitu tangguh dan penuh sayang terhadap anak-anaknya.

"Maak, maafin Ratna, jika selama jadi anak Mamak, Ratna banyak salah." 

Ucapku lirih didekat telinga Mamak yang hanya dijawab anggukan dan sesegukan tangis haru serta kebahagiaan Mamak melihat anaknya menikah. Tak luput Bapak juga ikut menitikan air mata kebahagiaan untuk anaknya yang selama ini digantung dengan status yang tak jelas. Meski Bapak seorang namun seorang ayah pasti juga memiliki perasaan yang sedih ketika melihat anaknya menjadi bahan gunjingan orang-orang tapi kini Masya Allah, raut kebahagiaan benar-benar terpancar dari wajah kedua orangtuaku. Kebahagiaan melepaskan anak gadisnya untuk menjadi milik lelaki yang selama ini sudah mengikatnya, tanpa banyak tingkah tapi langsung pembuktian dengan sebuah pernikahan.

Setelah acara sungkem dengan kedua orang tua serta mertua, Aku dan Mas Ahmad berkeliling, bersalaman dengan para tamu undangan, bersalaman dengan para saudara pengiring pengantin dari pihak Mas Ahmad dan tak lupa para saudara serta ibu-ibu maupun bapak-bapak diarea dapur. 

Semua memandangku bahagia, hari yang dinanti-nanti telah tiba dan semua acara ijab qobul berjalan lancar tanpa hambatan. Aku dan Mas Ahmad kembali kekamar pengantin, dimana kakak perempuanku sudah menanti kami disana, menyiapkan baju adat jawa untuk sesi foto-foto bersama keluarga. 

"Maem disek, biar nanti pas nemuin tamu nggak pingsan." Yayukku menyuruh kami berdua makan, sebelum kami benar-benar akan menjadi raja dan ratu sehari. Saking bahagia dan terharunya, melihat makanan saja sudah membuatku kenyang, namun Mas Ahmad mengingatkan, 

"Nggak boleh egois, biarpun nggak laper tapi tubuh juga berhak mendapatkan bagiannya" 

Aku terenyuh, mendengar kata-kata Mas Ahmad yang begitu mendamaikan

"Masya Allah" Gumam bathinku sembari memandangi sosok Mas Ahmad yang kini sudah berstatus suami

"Milikku" 

Ya, Dia Mas Ahmad sudah menjadi milikku dan Aku miliknya, masih saja tak percaya tapi ini benar-benar nyata. 

"Mau disuapin dek?" Mas Ahmad meledek, sembari menyodorkan satu suapan didepan mulutku. Reflek Aku menghindar

8 Tahun...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang