Berjuang dalam kerasnya kehidupan bukan berarti membuatku berhenti untuk melanjutkan pendidikanku kejenjang sarjana. Semua karena tekad dan kemauan kerasku. Meski harus kuliah dengan jarak tempuh yang lumayan jauh, serta harus ijin setiap sabtu dan minggu untuk tidak masuk kerja dan menggantikannya dengan menimba ilmu dijurusan yang sudah mantap Aku pilih. Alhamdulillah, semua itu tak sia-sia.
Lulus dengan nilai cukup memuaskan dalam jurusan Pendidikan Agama Islam, semakin membuatku mantap dalam mempelajari agamaku.
Membawa kebanggan tersendiri bagi kedua orang tua serta keluargaku.
Inilah Aku sekarang.
Seorang wanita karier yang bisa menyandangkan gelar dibelakang namaku. Menjadi sebuah kebanggan tersendiri dan kebanggaan orang tuaku pastinya. Hasil jerih payah dalam kerjaku mampu Aku gapai untuk menjadi seorang wanita dengan pendidikan tinggi dan tentu saja menjadi kebanggaan juga untuk keluargaku.
Allahu Akbar...
Ini semua kudapatkan atas ijinNYA serta doa yang tak pernah putus yang selalu dipanjatkan oleh kedua orang tuaku serta keluargaku.
"Maa... Ini anakmu" Ucapku dalam hati dengan mata berkaca-kaca sembari merapihkan kebaya dan baju toga yang hendak kupakai wisuda.
Betapa perjuangan ini tak sia-sia. Meski awalnya sempat pesimis dan tak mendapatkan restu untuk melanjutkan pendidikanku namun kini semua terbayar lunas. Aku mampu membuktikan kepada keluargaku bahwa Aku bisa dan dapat mandiri untuk bisa menghadapi kesulitan demi kesulitan dalam menuju kesuksesan ini meski terkadang ada beberapa kendala yang sempat mengkhawatirkanku terutama keuangan ketika membayar namun Alhamdulillah, Adik-adik serta Kakak-kakakku saling bahu membahu, saling bantu membantu untuk menolongku dalam kesulitan.
Dan kini terjawab dan terbayar sudah.
****
*******
"Rat, ayo buruan.! Yang lainnya udah pada jalan keaula tempat kita wisuda lo."
Ïya sebentar."Jawabku santai sembari membenarkan jarum pentul yang masih kelihatan kurang rapih.
"Haduhhh... Dari tadi nggak kelar-kelar padahal make toganya juga udah dari tadi, duluan kamu loh dari pada Aku, tapi kok yaaaa... Lemooottt!" Si Ratih mendengus kesal sembari memandang kearah luar jendela, dimana hiruk pikuk serta kepanikan peserta wisudawan serta wisudawati pada berlarian menuju aula kampus.
"Yuk udah." Ajakku kepada Ratih yang kini memandangiku dengan setengah terbengong.
"HEH! Kok malah bengong... Ayuuukkk!" Kali ini malah Aku yang mulai panik karena melihat kelakuan Ratih yang diajak pergi malah bengong dan diam memantung.
"Eh... Iya,iya,iya, iyaaaa.... " Angguknya sembari menentang toga wisuda yang berada ditangannya.
Akhirnya dengan lari-lari kecil kami berdua menyusul teman-teman kami ke aula kampus, dimana acara wisuda sebentar lagi akan segera dimulai.
Rame, riuh, senang, bahagia, haru...
Semua kebahagiaan itu terpancar jelas diraut wajah para calon wisudawan, wisudawati serta kedua orang tua mereka masing-masing, termasuk raut wajah kebahagiaan dari kedua orangtuaku sendiri, terutama ibuku. Tak hentinya air mata bangganya menetes ketika anaknya memakai toga wisuda.
Tak pernah terfikirkan bahwa salah satu anaknya akan ada yang menjadi seorang sarjana. Mengingat kehidupan kami yang susah, keuangan yang minim dan kebutuhan hidup yang banyak. Rasanya mustahil untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya untuk bisa kejenjang yang lebih tinggi.

KAMU SEDANG MEMBACA
8 Tahun...
RomanceMengejar mimpi, angan-angan yang tertunda, gejolak kehidupan, hijrahku... Keputusan yang mendadak. Pacar Halal. Dimana dimanika kehidupanku terlihat biasa, namun begitu rumit untuk dijalani. 8 Tahun, bukanlah waktu yang singkat maupun sebentar. Nam...