Bagian 13. "Iya" Eh

670 35 0
                                    


Sudah hampir satu jam setengah, mereka juga belum juga datang. 

Hati ini rasanya sudah seperti es campur yang teraduk-aduk, manis, asam, asin ramai rasanya. Berasa permen nano-nano. 

Bagaimana tidak, Aku yang sedang asik menonton tv, dikejutkan oleh sebuah telf dari sahabatku sendiri, Yanti. Yang entah ada angin apa, tiba-tiba Dia ingin maen kerumah dengan keluarganya. Terdengar cukup aneh namun juga tak dapat kutolak. 

Mau bagaimana lagi, ketika Yanti menelpon Dia sudah setengah perjalanan dari rumahku, sedang waktu juga masih menunjukan pukul 9. Ada gerangan apa Dia beserta keluarga hendak maen kerumah secara mendadak seperti ini.

Aneh tapi juga real. 

Mau tak mau, siap tak siap Aku yang sebenarnya masih ingin bersantai menikmati suasana libur sembari memilih channel televisi manapun yang aku suka harus bangkit, merapikan ruangan serta berganti pakaian agar terlihat lebih rapih. Sedang Mamak dan Bapak yang memang rutinitasnya berjualan di pasar tidak mengetahui akan hal ini. 

Aku fikir, tak ada salahnya menerima tamu seorang diri, mengingat tamu yang kerumah juga tidak lain adalah sahabatku sendiri meski hari ini bersama keluarganya juga sih, toh keluarganya juga sudah mengenal Aku. 

Cukup lama Aku menunggu kedatangan Yanti yang tak kunjung memberi tanda-tanda kehadirannya, hp yang sedari tadi kupegang juga tak kunjung berbunyi, 

"Mana ini, udah hampir satu jam mereka juga belum sampai." Eluhku dengan melemparkan pelan hpku diatas bantal sembari memindah channel televisi. 

Tak berapa lama, terdengar suara dentuman pintu mobil tertutup, spontanitas Aku menoleh mengintip dari dalam rumah dimana suara itu berasal. 

"WHAAAT..!!!"

"GW SYOK!"

Yakin syok, secara yang datang kenapa seramai itu, dan itu! Ituuuu... Kenapa ada kedua orang tua Yanti, kakak lelaki Yanti dan keluarga yang lainnya. 

Kunjungan macam apa ini! 

Hatiku ngedumel kacau, dan entah kenapa hati ini tiba-tiba berasa mau meledak. Meledak karena kaget dan berdetak tak beraturan. 

"Assalamu'alaikum." 

Fix, Yanti mengetuk pintu, dan itu makin membuatku sedikit panik, secara Aku yang sudah berdiri didepan pintu belum memberitahu adekku dan kakakku yang lain bahwa mereka telah tiba. 

Aku mengatur nafas, membenarkan hijabku yang sedikit tidak rapi efek tiduran tadi, dan perlahan menjawab salam sembari membukakan pintu untuk Yanti dan keluarganya.

"Wa'alaikumussalam..." 

"Eh... Udah sampai to, kok nggak telf?" Tanyaku basa-basi kepada Yanti tak lupa menyambut dengan cipika cipiki lalu mempersilahkan keluarga yang lain untuk menyusul masuk kedalam rumah.

"Maaf ya rumahnya berantakan..." Basa basiku kepada mereka, 

"Ah nggak papa, sama saja kok rumah kami juga berantakan," kali ini kakak tertua Yanti yang menyahuti perkataanku. 

"Tinggal dulu kebelakang ya pak, buk..." Pamitku kepada mereka, yang hanya dijawab dengan anggukan dan senyuman, sementara itu Yanti yang duduk tak jauh dari pintu ruang tengah, langsung kutarik agar mengikuti langkahku menuju kedapur. Selain untuk membantuku membuatkan air minum untuk keluarganya namun Aku juga butuh penjelasan dengan kedatangan mereka yang secara mendadak seperti ini.

"Yan! Kok keluargamu banyak banget dibawa kesini sih. Ini sengaja atau memang cuma kebetulan aja?" Tanyaku menelisik. 

Bukannya menjawab Yanti hanya menjawab pertanyaanku dengan senyuman, ealah tega banget Dia mah, ni hati rasanya tiba-tiba mau meledak seperti ini pasti bakal ada sesuatu yang terjadi.

8 Tahun...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang