Bagian 18. Renovasi

518 34 0
                                        


"TAAK... TOOK.. TAKK... TOKKKKK.... TOKK..."

Pagi hari yang cerah sudah terisi dengan suara bising dari para tukang pekerja yang sedang memperbaiki rumahku.

Sembari memandang para tukang yang tengah bekerja memperbaiki rumah kami, ingatanku kembali memutarkan kenangan beberapa tahun silam, dimana kondisi rumah kami jauh dari sebuah kata "Layak".

Ukuran rumah kami memang lumayan luas, namun dengan jarak genteng hanya beberapa meter dari tinggi pintu ruang tamu rumah kami, sedang dindingnya, meski sebagian sudah bata merah, namun dibagian segitiganya masih terbuat dari geribik yang sudah mulai bolong termakan usia.

Genteng rumah yang sudah berusia kurang lebih 20 tahun tak pernah diganti, selain sudah tua dan mudah melorot jika terkena angin, genteng rumah kami juga sudah tak bisa menampung air hujan yang terlalu lebat. Jika hujan turun deras sedikit, kami seperti tengah berada diluar rumah, meski tak sekaligus basah kuyup namun rintik-rintik airnya tetap terasa menyentuh kulit serta membasahi tubuh kami. Ada sebuah kejadian yang takkan pernah mudah untuk Aku lupakan.

Waktu itu ketika diri ini masih menginjak masa remaja, ada salah seorang sahabat datang kerumah, meski rada khawatir dengan keadaan rumah yang terlihat tak layak , ditambah siang itu juga habis hujan. Khawatir terjadi hujan susulan yang bakal membuat rumah kami terlihat bocor disana sini pasti akan membuat diri ini malu sekali tapi toh memang beginilah keadaan rumah kami jadi dengan PDnya Aku memperbolehkan sahabatku itu datang kerumah.

Hal yang dikhawatirkan dan tak disangka lebih buruk dari perkiraanpun terjadi.

Terpal yang menjadi pelindung dari kebocoran jebol akibat air hujan yang masuk melebihi kapasitas, dan yang lebih parahnya lagi, terpal itu jebol tepat berada diatas kepala temanku. 

"Ya Allah..."

Malu sangat amat malu, karena yang tumpah bukan hanya air, namun juga kotoran-kotoran rumah serta binatang bercampur baur menimpa tubuh sahabatku. Setelah memberikan handuk tanpa basa-basi Dia, Sahabatku pamit pulang, selain karena menahan malu, Dia juga harus menahan dingin karena bajunya yang basah. Terlebih cuaca saat itu juga sedang hujan meski sudah sedikit reda dan masih tersisa rintik-rintiknya, Dia, Sahabatku memilih untuk tetap melajukan kendaraannya dan menjauh dari kediamanku.

Semenjak dari hari itu, Sahabatku enggan dan tak pernah datang kerumah lagi. Wajar, mungkin Dia juga merasa malu dan merasa terhina dengan kejadian tersebut meski sebenarnya kejadian itu juga tak pernah Aku harapkan. Terlebih Aku sebagai tuan rumah, lebih malu dibandingkan Dia namun apa daya, memang begitulah adanya keadaan rumah kami. 

**

***

*****

Kini Alhamdulillah semua berbeda, kami anak-anaknya mampu memperbaiki rumah tua nan reot ini agar bisa disebut rumah yang layak hidup dan layak untuk ditempati. Meski kami tak memiliki ladang maupun sawah sebagai penghasilan kami. Karena kebaikan Allah SWT lah yang telah mengijinkan anak-anaknya untuk dapat dan mampu saling bergotong membangun dan memperbaiki rumah milik kedua orang tua kami.

Sebuah kebanggan serta pencapaian kepuasan tersendiri bagi kami, anak-anaknya yang kini memang sudah memiliki pekerjaan masing-masing sehingga dana yang kami kumpulkan bisa digunakan untuk suatu hal yang amat positif dan membahagiakan kedua orang tua adalah pencapaian yang luar biasa. Meski kuakui belum bisa membahagiakan mereka agar melihat anaknya duduk dipelaminan dengan calon tunangannya.

**

******

Alhamdulillah, setengah tahun berlalu, perbaikan rumah kami selesai juga. Sujud syukur,saling peluk bahkan saling mengucapkan selamat antar keluarga terjadi.

Haru, senang, bahagia semua bercampur jadi satu, terlebih kedua orang tua kami. Mereka yang telah membesarkan kami, bersusah payah banting tulang untuk menafkahi serta menyekolahkan kami, ibu yang selalu sibuk dipasar untuk berdagang sayuran dan Bapak yang setiap sore pergi ke ladang untuk mencari rumput sebagai pakan ternak untuk sapi peliharaan kami. 

Berkat sapilah Aku dan adik-adikku mampu bersekolah.

Berkat kegigihan Ibukulah Aku mampu berkembang menjadi anak yang berguna bagi keluarga.

Berkat Kakak dan Adik-adikkulah, Aku mampu berdiri untuk menghadapi kehidupan dan cemoohan yang keras ini.

Dan berkat Kuasa Allah SWT, semua berjalan sebagaimana yang telah tercatat dilauful mahfudz.

Allahu Akbar... Allahu Akbar... Allahu Akbar... Walilaa Ilham... 

Tak hentinya air mata ini menetes, tanda syukurku atas segala nikmat Allah yang telah Ia berikan kepada keluarga kami.

 Setelah tasyakuran atas rumah kami selesai dan kebetulan hari ini adalah cuti terakhirku untuk berada dirumah. Aku kembali bersiap menyiapkan bekal dan barang-barang yang hendak Aku bawa kembali ke camp tempat Aku bekerja. 

Tak lupa doa kedua orang tua serta keluargaku menjadi pelepas kepergianku untuk kembali berangkat mencari nafkah serta menjalankan tanggung jawabku.

Dengan diantarkan tukang ojek langganan...

Sebelum benar-benar berangkat, Aku mengeluarkan telfon genggamku. Bukan untuk menelfon atau menghubungi seseorang. Melainkan untuk mengabadikan rumah kami yang baru selesai direnovasi.

"Jepret"

Satu foto menjadi bawaanku yang paling berharga, jika Aku rindu terhadap rumah. Foto inilah yang akan mewakilinya, mengingatkan semua cerita dan kenangan yang tersimpan didalamnya. Dan perjuangan belum berakhir, tanggung jawabku sebagai karyawan di PT, harus tetap Aku lanjutkan. 

"Doakan Anakmu ini ya mak..." 

Pintaku dalam setiap pamit berangkat, mereka mengangguk serta memelukku. 

Tergambar jelas, raut wajah kebahagian serta kepuasan dari wajah mereka. Meski belum sepenuhnya rumah itu rampung dalam perbaikannya. Namun Aku bersyukur, setidaknya kini mereka tidak memikirkan genteng bocor dan harus naik atap untuk memperbaikinya. 

Inilah rumah...

Sebenar-benarnya rumah yang layak mereka huni dan tempati. 

Anakmu pamit mak Assalamu'alaikum...

Beranjak menaiki ojek dan perlahan meninggalkan kampung halaman. Setidaknya kali ini pergiku membawa kebahagiaan yang tak terkira.

Alhamdulillah.



8 Tahun...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang