"Ahh... "
Aku menghela nafas, lelah.. Udah pasti, pekerjaan mendorong katrol dengan beban yang cukup berat sudah menguras tenagaku sampai rasanya hampir habis. Beruntungnya sebentar lagi jam istirahat siang, sehingga Aku bisa mengisi tenaga dan perut yang sudah bunyi keroncongan, ditambah jam sholat, merebahkan diri sebentar setelah sholat tak ada salahnya, toh hanya ingin meluruskan pinggang sebentar.
Disela Aku merebahkan diriku setelah sholat, salah satu sahabat mesku datang, mungkin Dia akan menunaikan sholat dzuhur, namun ternyata tebakan Aku salah. Yanti, sahabatku itu justru duduk disebelah tempatku berbaring,
"Rat..."
Panggilnya ragu-ragu, namun hanya kutanggapi dengan mulut menguap.
"Ngopo?" Balasku selow dengan mata setengah terpejam.
"Besok sabtu kan tanggal merah nih, kita libur.
Emmmz... Boleh nggak kalau Aku maen kerumah kamu?" Tanya Yanti, sedikit ragu.
"Mau nginep?" Tanyaku lagi
"Iyalah nginep, kan lumayan tuh libur 2 hari, "
"boleh..." Jawabku santai dengan mata terpejam.
Tapi Aku ngajak saudara Aku, kebetulan Dia pengen liburan juga." Yanti menambahkan
"Emzz... He'em..." Jawabku lagi masih dengan mata terpejam. Setelah itu Yanti pergi, kabur entah kemana. Sedang Aku masih asik merebahkan diriku yang tak sengaja tertidur barang, 15 menit, lumayanlah istirahat mata.
-
--
Yanti dan Aku beserta sepupunya, sudah naik bus dari pukul 7 pagi. Bukan terlalu terburu-buru tapi ini lebih menghemat waktu, iya waktu antri dihalte bus jika kesiangan.
Sudah hampir sampai dirumah, namun Aku lupa, tidak memberitahu mereka bahwa Aku membawa beberapa teman yang akan menginap dirumah. Diam-diam tanpa sepengetahuan mereka berdua, Aku segera mengirimkan pesan singkat. Pesan yang berisi untuk membereskan rumah dan kamar depan, agar nanti ketika kami sampai dirumah kamar itu sudah siap untuk mereka tempati. Biarpun sementara namun jika ada tamu seperti ini takkan mungkin membiarkan kamar maupun rumah kami berantakan, yah meski sebenarnya walau diberesin juga masih akan tetap terlihat berantakan sih.Sms sudah terkirim, semoga saja mereka tidak sedang sibuk dan bisa menyiapkannya tepat waktu.
Sementara itu...
Yuk Lusi yang tengah sibuk memasak, dikejutkan oleh sibontot dengan adanya pesan singkat dari Ratna yang baru saja diterima,
"Gimana ini Yuk? Kamar depan kan habis bocor?" Sibontot ikut bingung, bukannya apa-apa.
Rumah kami bukanlah rumah yang kokoh diterjang hujan, melainkan rapuh,
Ya... Rapuh... Mungkin itu adalah kata-kata yang pas untuk menggambarkan kondisi rumah kami, genteng yang sudah tua, kayu-kayu atap yang sudah lapuk rasanya tak layak sekali untuk dihuni, namun Alhamdulillah memang beginilah keadaan kami, hanya bisa pasrah dengan keadaan saat ini. Mungkin orang yang bertamu kerumah akan heran dengan adanya pemandangan yang tak biasa dari rumah kami.
Dua buah bambu panjang, berada tepat ditengah-tengah usuk kayu rumah. Bukan tanpa sebab, bambu itu ditaruh diatas usuk dan diantara genteng rumah, agar nanti ketika ada genteng yang bocor maupun melorot karena terpaan angin ataupun hujan, bisa lebih mudah memperbaikinya. Sedikit malu dengan keadaan ini namun apalah daya, beginilah kami adanya bukan mengada-ada.
"Habis ini kita beresin dek." Titah Yuk Lusi kepada sibontot.
Setelah menyelesaikan masakan, Yuk Lusi dan sibontot bahu membahu memberesi ruang tamu dan kamar depan, kamar yang masih berantakan dengan kasur kapuk yang masih tergulung diatas dipan.
Keringat basah mulai memenuhi kening Yuk Lusi yang masih sibuk memberesi ruang tamu, sedang sibontot sibuk mondar-mandir mengepel dan mengambil sprei baru untuk menata kamar depan. ketika sedang focus-focusnya dengan pekerjaan mereka masing-masing, hp berbunyi,
1 pesan diterima...
"Dek buka smsnya, siapa tau Yuk Ratna yang sms." Teriak Yuk Lusi kepada sibontot, sibontot yang tengah menata sprei langsung lari, mengambil hp yang berada diruang tv dan benar saja. Yuk Ratna baru saja sms, menanyakan menu masakan dirumah.
"Aduh... Yayuk tadi cuma masak sayur tempe ditumis lagi." Eluh Yuk Lusi, ketika sms yang dibaca mengharuskan untuk menyediakan masakan yang layak untuk tamu. Belum selesai mengerjakan kamar depan, Yuk Lusi lagi-lagi menyuruh Sibontot untuk membeli telur setengah kilo agar menjadi lauk buat para tamu yang Yuk Ratna bawa.
Ruang tamu sudah beres, tinggal kamar yang sebentar lagi juga akan beres, daripada mengurusi ruang depan, Yuk Lusi lebih memilih kembali kedapur untuk membuat telur dadar agar bisa dibagi rata buat semua dan Sibontot kembali melanjutkan memberesi kamar depan.
-
--
Mobil bus berhenti tepat didepan toko swalayan dimana gang arah masuk kerumahku tidak terlalu jauh, hanya 1 kilometer namun jika harus berjalan kaki itu mustahil. Akhirnya Aku memanggil dua tukang ojek yang bisa mangkal disamping toko swalayan.
"Bang ojek dua ya." Panggilku yang langsung direspon oleh tukang ojek,
Setelah menaikan barang bawaan, Aku dan Yanti naik dalam satu motor sedang ponakan Yanti naik seorang diri namun dengan barang bawaan milik kami tentunya.
Perjalanan cukup mulus, hanya saja gang masuk menuju rumahku tidaklah semulus 400 meter dari jalan raya tadi, banyak batu serta lubang dan genangan air yang menghiasi pemandangan jalan ini. Namun setidaknya naik ojek bisa mengirit tenaga dan lebih cepat sampai tentunya.
"Minggir ya bang." Pintaku pada tukang ojek sembari menepuk pundaknya agar tidak kelabasan, tukang ojek berhenti tepat disamping rumah kami, dimana jembatan kayu yang terbuat dari bekas kayu kelapa berjajar memanjang hanya setengah meter, yang penting cukup untuk orang lewat saja.
"Assalamu'alaikum" Seruku dibarengi oleh Yanti dan ponakanannya.
"Wa'alaikumussalam, bentar." Sahutan dari dalam yang sepertinya terdengar setengah berlari, bukan mendekat tapi justru menjauh
"Aneh..." itu yang terlintas dalam benakku namun apa boleh buat, lebih baik menunggu mungkin saja mereka baru selesai beberes. Tak lama pintu dibuka, Sibontot yang membukakan pintu, disambut dengan senyum girang tak lupa salim tangan.
"Eh.. Masuk Mbak." Sibontot ramah. Yang hanya dijawab anggukan dan senyuman oleh mereka berdua.
"Kamu langsung ke kamar yang itu ya.." Suruhku sambil menunjuk ke kamar depan,
"Oh.. Iya Rat." Sahut Yanti yang dibuntuti oleh sepupunya. Sementara Aku langsung menuju kedapur dimana Yuk Lusi dan Sibontot tengah mengobrol.
"Huuh... Untung aja Rat, kamu ini kasih kabar kok ya dadakan," eluh Yuk Lusi sambil mengelap keringat yang membasahi keningnya.
"Untung aja masih cukup waktunya buat masak sama beres-beres." Imbuh Yuk Lusi
"Ho'oh Yuk... Mana kamar depan habis kebocoran lagi, untung aja kasurnya nggak basah." Sibontot ikut nyaut. Sedang Aku hanya menanggapi mereka dengan tawa tak berdosa.
-
--
Dua hari menginap dirumahku yang mau roboh ini, ternyata tak membuat Yanti mengeluh, justru katanya enak, suasanya adem dan asri. Ya, wajar sih soalnya rumahnya kan mewah alias mepet sawah.
Namun ada yang sedikit membuatku curiga dengan Yanti. Sore kemarin tepatnya, tanpa sengaja Aku mendengar percakapan Dia dengan seseorang ditelf , entah siapa. Tapi pembicaraannya mengarah bahwa dia akan datang kesini.
"Hemmm... Ini aneh."

KAMU SEDANG MEMBACA
8 Tahun...
RomanceMengejar mimpi, angan-angan yang tertunda, gejolak kehidupan, hijrahku... Keputusan yang mendadak. Pacar Halal. Dimana dimanika kehidupanku terlihat biasa, namun begitu rumit untuk dijalani. 8 Tahun, bukanlah waktu yang singkat maupun sebentar. Nam...