Kehidupan yang sederhana, membuatku berfikir bagaimana caranya melanjutkan hidup tanpa harus menyusahkan kedua orang tua. Ditambah, keluarga kami bukanlah sebuah keluarga kecil melainkan keluarga besar. Memiliki dua adik, satu perempuan dan satu laki-laki dan memiliki dua kakak perempuan tidak serta merta membuat hidupku terlihat mudah. Justru keinginan untuk bisa merubah kehidupan kami menjadi layak adalah prioritas utama.
Yah, bagaimana tidak.
Jika dilihat dari luar, mungkin rumah kami masih terlihat layak dan aman-aman saja untuk ditempati. Namun tahukah kalian? Jika hujan turun tak perlu sampai deras, air hujan mampu masuk layaknya gerimis mengundang.
Lebay??
Kedengarannya sih seperti itu, tapi inilah fakta yang kami miliki.
Diusia yang masih sangat muda, dan baru lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan, Aku dituntut untuk berfikir maju.
Memberanikan diri untuk mencoba sesuatu yang sebelumnya tak pernah terlintas dalam benakku sama sekali.
"MANDIRI"
Itu kata yang lebih tepat untuk menggambarkan kehidupanku saat ini. Bukan saat ini mungkin lebih tepatnya beberapa bulan kedepan.
Sudah kubolak-balik kertas ini hingga terlihat lusuh tak menentu. Ditambah peluh yang sedari mengucur layaknya air hujan efek pemanasan global yang membuat cuaca panas terasa semakin extream.
"Belum pulang..?"
Tanya seseorang yang tiba-tiba muncul dari arah belakang.
Aku menoleh sembari menengadah menutupi mataku dengan jemari tangan, agar terlihat jelas siapa sosok yang sudah berhasil membuatku sedikit terkejut.
"Hai" Jawabku lesu, lalu kembali menunduk, membolak-balikkan kertas yang sudah kupegang sepersekian lamanya. Tanpa memperhatikan sosok yang kini duduk disampingku.
"Udah nggak usah pake lama, dicoba aja dulu siapa tahu kamu ket'rima." Tukasnya sembari merampas kertas yang makin terlihat lusuh.
Aku mendengus,
"Balikin Tom! Balikin." Sembari beranjak dan merampas kembali kertas yang berhasil direbut Tomi tadi.
"Lagian mikirin apa lagi sih Rat? Ini kesempatan langka lo" Timpal Tomi sembari beranjak dari tempat duduknya.
"Neduh yuk? Ngapain duduk panas-panasan disini, bikin makin item aja. Bukan cuma item yang ada geh ntar kita cacingan" Ajak Tomi yang tanpa basa-basi menarik tanganku.
Dengan langkah gontai dan malas, aku mengikuti langkah Tomi dari belakang. Cuaca memang sedang panas dan posisi kami berdua duduk juga bukanlah ditempat yang rindang maupun teduh, melainkan didepan sebuah kantor yang kebetulan selebaran itu aku dapatkan dari kantor tersebut.
Tepatnya disebuah kantor yang siap memperkerjakan kita ke luar negri alias TKI.
----
"Bang bakso dua ya, sama es teh manis dua juga ya..
Jangan lupa manisnya kayak dia." Gombal Tomi, berhasil mengembangkan senyum dibibirku yang mulai terasa kering, efek kehausan.
Sembari menunggu pesanan bakso kami datang, Aku berusaha mengkorek info dari Tomi.
"Emmmz....."
"Enak nggak sih jadi TKI Tom?" Tanyaku penasaran,
"Ya tergantung sih, kadang ada yang enak, ada juga yang nggak Rat, tergantung dimana kita akan ditempatkan." Jelas Tomi
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Tahun...
RomanceMengejar mimpi, angan-angan yang tertunda, gejolak kehidupan, hijrahku... Keputusan yang mendadak. Pacar Halal. Dimana dimanika kehidupanku terlihat biasa, namun begitu rumit untuk dijalani. 8 Tahun, bukanlah waktu yang singkat maupun sebentar. Nam...