Aku melirik jam yang melingkari pergelangan tanganku, jam satu malam.
sambil menghembuskan nafas lelah aku mengganti baju perawatku dengan kaus santai dan juga celana yoga yang nyaman, sembari menyambar tasku aku melambaikan tangan pada suster yang berjaga malam.
"Tahan Liftnya!" seru suara berat itu, segera aku menekan tombol yang arah panahnya berlawanan.
"terimakasi"
astaga senyum itu! aku hanya mengangguk kecil untuk membalasnya.
sial satu lift dengan dokter paling tampan satu rumah sakit membuat otakku sulit bekerja.
"Kau dapat sift sore Grace?" tanya dokter julian sambil mencengkram tas selempang berwarna hitam yang menempel erat di dadanya yang bidang dan terlihat keras itu.
"yup" Hebat kau Grace!
setelah itu hanya ada keheningan sampai kami sampai di besment, setelah berpamitan aku melihat punggung julian yang menghilang kedalam mobil BMW putihnya.
aku hanya bisa mendesah pasrah sambil membuka mobil sedan hitamku aku berfikir seberapa bodohnya aku barusan, Julian adalah dokter paling panas dan juga paling tampan di rumah sakit ini, aku berani bertaruh teman-temanku akan berkata aku bodoh jika hanya menjawab Julian seadanya.
salahkan saja tubuh lelah dan kurang kafein ini!
setelah menstater mobil aku memulai perjalanan pulang yang lumayan jauh. Baru sampai beberapa blok mobilku mulai mengeluarkan bunyi aneh.
"komohon jangan sekarang" doaku dalam hati, mobil ini memang mobil tua dan sudah sering bermasalah namun komohon jangan sekarang.
Dan mobil itu mati, tidak bergerak sama sekali tepat di depan deretan toko yang sudah tutup.
aku mengumpat sambil berusaha menyalakan mobilku lagi, namun setelah sepuluh menit mobil ini tidak mau diajak bekerja sama aku segera keluar dan membuka kapnya.
uap panas segera keluar dari mobilku membuatku mendesah keras, aku hanya tau soal mengurus anak sakit dan menyuntikkan obat bukannya memperbaikki mobil!
aku menyambar ponselku yang ada di tas dan mengumpat semakin keras, baterainya habis.
hari ini menjadi semakin baik dan baik saja.
aku kemudian menunggu taxi lewat yang mana kemungkinannya 1:1000 di jam seperti ini. Aku kembali kedepan mobilku mungkin saja ada keberuntungan atau suatu inspirasi yang lewat dan aku bisa memperbaikki mobilku. Suasana semakin hening dan yang bisa aku dengar hanya suara nafasku sendiri, kota ini memang kota tua dan menyimpan banyak misteri. Aku segera mengusir segala macam pikiran buruk yang ada di kepalaku dan memutuskan untuk bernyanyi sendirian, setidaknya aku tidak perlu mendengar pikiran aneh yang ada dikepalaku. tepukan dipundakku membuatku menjerit dan memutar tubuhku sembari melayangkan tinjuku kearah belakang.
"ah sial!" suara manusia!
"mataku, astaga!" tubuh yang berbalut kaus putih santai ini menunduk sambil memegangi matanya.
"astaga! maafkan aku pak!" seruku sambil memegangi pundaknya.
saat tubuh tinggi itu sudah berdiri aku bisa melihat wajah meringisnya dengan jelas.
"dokter Julian!"
"kau pikir aku siapa? perampok?!"
wajah kesal yang lebih mirip merajuk itu harus membuatku menahan tawa.
"maafkan aku pak"
"kenapa kau disini?"
"mobilku mogok dan ponselku mati aku tidak bisa menghubungi mobil derek"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just One Shoot Story
Short StoryBerisi kumpulan one shoot story kebanyakan tentang romance dan terinspirasi dari film, novel atau lagu dan disetiap bab author kasih keterangan dari mana author mendapatkan inspirasi tersebut. Author hanya meminjam nama tokoh utama tanpa manjiplak c...