Suara bel terdengar kembali membawa aroma laut segar dari luar pintu, Kedai sederhana itu makin ramai saat jam makan siang.
"Emma! mana lagsaniaku?!" Teriak seorang pria berbadan besar dan janggut putih yang menutupi wajahnya.
"ini bernad, dan tolong jangan makan janggutmu juga"
Bernad hanya menyipitkan matanya sebelum terkekeh kecil, pria itu memang berwajah sangar namun memiliki hati yang sangat lembut.
saat pukul empat Para pelanggan sudah mulai berkurang dan aku bisa mulai bernafas lega.
"Emma, bisakah kau menjaga kedai ini sendiri sampai tutup nanti? aku harus pulang cepat Cucuku akan segera lahir!" Grany terlihat begitu semangat saat membicarakannya tentu saja ini cucu pertamanya.
"tentu saja dan tolong sampaikan kecupanku pada cucumu" Wanita tua itu mengangguk semangat sebelum menghilang di balik pintu. Sudah hampir lima tahun aku bekerja disini setelah panti asuhan sudah tidak bisa menampungku lagi karena umurku aku langsung berusaha mencari pekerjaan, Grany begitu baik karena mau menerimaku dan membiarkanku merubah loteng kedai ini menjadi kamar tidurku, memang tidak terlalu besar tapi cukup untuk bertahan hidup.
Suara bel terdengar kembali beserta dengan suara sepatu bot yang menghentak di lantai. Setelah aku melihat siapa yang datang mataku langsung menyipit tidak suka.
"Siapkan hidangan yang paling enak untukku dan kruku!" Seru seorang pria yang sangat aku kenal keangkuhannya.
Aku segera berteriak kebagian dapur untuk membuat tiga loyang lasgaina dan setelah itu aku langsung mengambil gelas-gelas bir untuk mereka.
"well well lihat siapa yang masih disini" Ucap salah seorang kru pria itu yang segera aku abaikan, mereka hanya datang untuk makan dan pasti akan pergi, seperti biasanya.
"jaga mulutmu!" temannya yang lain memukul kepala pria itu agar diam.
Aku hanya terkekeh melihat itu lalu aku langsung terdiam melihat siapa yang sudah dengan nyamannya duduk di meja bar sendirian.
"apa yang kau mau captain?" Aku sengaja menekankan kata itu karena aku ingat saat terakhir kali dia datang kemari dia hanya seorang pesuruh dan sekarang dia sudah menjadi kaptennya.
"sarkasme tidak cocok untukmu swan" Dia mengedipkan sebelah matanya yang kubalas dengan putaran bola mata penuh.
Dengan cepat aku menuangkan birnya ingin segera berlalu meninggalkannya namun dia dengan cepat menahan tanganku.
"kenapa terburu-buru?"
Mata hijau gelapnya menahanku, oh betapa aku benar-benar membencinya.
"Jika kau tidak lihat aku ada pekerjaan, jadi" Aku langsung menarik tanganku sampai terlepas "permisi" dan dengan cepat aku segera pergi dari sana dan mulai melayani krunya.
Matahari sudah mulai turun dan para pelaut sudah pergi mencari wanita untuk menemani malamnya. Setelah bersalaman dengan orang-orang dapur aku mengunci pintu depan dan mulai menuju tangga.
"Swan"
Aku hampir berteriak saat melihatnya keluar dari bayang-bayang di samping tangga, jaket kulit hitam serta rambut gelapnya sama sekali tidak membantu.
"Killian! apa yang kau lakukan disini?!"
"menunggumu? apa lagi yang kulakukan?"
Dia mulai berjalan maju selangkah dan aku langsung mundur dua langkah.
"emma.."
"diam! dengar aku tidak perduli jika kau kapten sekarang, aku tidak perduli jika kau memiliki kapalmu sendiri, sekarang aku ingin kau keluar dari sini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just One Shoot Story
Short StoryBerisi kumpulan one shoot story kebanyakan tentang romance dan terinspirasi dari film, novel atau lagu dan disetiap bab author kasih keterangan dari mana author mendapatkan inspirasi tersebut. Author hanya meminjam nama tokoh utama tanpa manjiplak c...