Aku menghembuskan nafas perlahan untuk menetralkan detak jantungku lalu memejamkan mata untuk menangkap suara sekecil apapun.
"klik..."
Sebuah senyuman muncul dengan cepat saat aku mendengar suara itu. Aku membuka brangkas itu dan dengan cepat memindahkan isinya kedalam kantung hitam besar milikku, setelah memastikan brangkas tersebut sudah tertutup rapat aku langsung melompat keluar lewat jendela dan melompat keatap rumah lainnya, Malam yang sempurna!
--------
"Untuk Robin hood!"
"Robin Hood!"
Aku ikut meneguk gelas birku untuk menghormati teman-temanku, kurasa malam ini memang sempurna.
"terimakasih kawan dan aku sudah bilang berkali-kali aku hanya Robin, kurasa aku jauh dari sang legenda itu"
"kau tetap Robin hood untuk kami kawan, setidaknya yang versi moderen"
aku hanya tergelak mendengarnya, mencuri dari yang kaya untuk di berikan kepada yang miskin memang sangat khas Robin hood tapi sekarang sudah moderen, aku yakin Robin hood tidak harus berurusan dengan alaram keamanan ataupun brangkas dengan sidik jari.
"Robin" Aku mendongak dari belakang bar tempat aku sedang menggosok gelas-gelas yang telah di cuci, aku menaikkan alis saat melihat seorang pria dengan rambut putih dan mata coklat tajam menatapku.
"ada yang bisa aku bantu?"
"berikan aku sebotol bir dan teman untuk bicara sebentar"
ahh pria tua kesepian lainnya.
"satu bir untukmu, dan kau bisa memuntahkan isi hatimu padaku" aku terus menggosok gelas sambil menatap matanya, biasanya aku bisa langsung menebak sifat seseorang dari mata mereka namun entah kenapa kali ini aku sulit sekali.
"bilang saja bahwa aku pria tua yang gagal melindungi keluargaku, aku baru saja kehilangan satu-satunya warisan keluargaku"
"Keluargamu membencimu karena kau kehilangan warisan keluargamu?"
"itu adalah satu-satunya peninggalan mendiang istriku, sejak kematiannya aku jatuh dalam alkohol dan judi hingga suatu pagi aku sadar dan tidak memiliki apa-apa lagi"
"Dan kau kalah berjudi oleh?"
"Mr.Queen pria dengan ladang dan rumah paling luas dan besar di kota ini"
"ah... manusia tamak itu? kau tau dia menjadi lintah darat dan memeras orang-orang kecil?" Aku mencengkram lapku dengan kuat, Pria itulah alasan utamaku mengapa aku menjadi Robin hood moderen seperti ini, dia hanya pendatang di kotaku lalu dia mulai membuka pinjaman bagi para warga untuk modal lahan dan ternak mereka, semulanya semua berjalan baik namun lama kelamaan bunga yang ia berika sungguh di luar jangkauan sampai mereka terpaksa harus menyerahkan lahan warisan mereka untuk melunasi hutang-hutang itu.
"ya aku tahu, dan karena dia juga aku kehilangan semuanya"
"maaf mendengarnya pak tua tapi dia memiliki sistem keamanan yang sangat sulit untuk di tembus"
"ya sangat sulit tapi bukan berarti mustahil"
"apa maksudmu?"
"sebelum dia menghancurkanku kita adalah teman aku sering kerumahnya, kau tau dia lebih suka menyimpan hartanya di rumahnya daripada di bank? terutama dalam bentuk emas batangan"
Telingaku berdiri seperti anak anjing mendengar tulang dan dari senyuman di bibir pria tua ini kurasa aku bisa menguras beberapa batang emas milik pria brengsek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just One Shoot Story
Historia CortaBerisi kumpulan one shoot story kebanyakan tentang romance dan terinspirasi dari film, novel atau lagu dan disetiap bab author kasih keterangan dari mana author mendapatkan inspirasi tersebut. Author hanya meminjam nama tokoh utama tanpa manjiplak c...