Setelah kejadian kemarin malam, Levi yang malah tak bisa tidur dan selalu merasa ada yang terganggu di pikirannya. Walaupun setiap hari pria itu memang tak bisa tidur nyenyak, tapi perasaan aneh menggelayuti dirinya setelah pembicaraannya dengan seorang kadet yang bernama (Y/N) tersebut.
"Ohayou gozaimasu, Levi-heichou!"
Levi mengangkat pandangannya untuk melihat siapa yang menyapanya dengan cukup lantang tersebut. Levi cukup kaget melihat si pemilik suara. Seorang gadis berambut hitam sepundak yang memberikan senyum tipisnya, yaitu (Y/N). Gadis yang telah membuat seorang Levi merasa gelisah.
Levi mengangguk sebagai balasan sapaan sang kadet. Lalu ia berjalan melalui (Y/N) dengan wajah datar.
"Apakah anda tidak bisa membalas suatu sapaan?" Sindir (Y/N).
Levi tak menghiraukan sindiran itu, ia tetap berjalan dengan menatap lurus. (Y/N) mengikuti dari belakang meskipun ia tak tahu Levi akan kemana. Selama berjalan, mereka berdua tak mengeluarkan suara dari mulut masing masing. Walaupun Levi tahu kalau (Y/N) mengikutinya, dia tetap tak mengatakan apapun. Sedangkan (Y/N), otak nya sedang berputar untuk mengatakan sesuatu kepada sang kapten. Lorong yang mereka jejaki sejak tadi entah kenapa terlihat sepi, padahal sekarang sudah siang.
"Saya minta maaf, kapten."
Levi melirik dari sudut mata.
"Aku melampiaskan amarah dan kesedihan ku pada anda, kapten. Sehingga membuatku tidak bisa berpikir secara logis." lanjut (Y/N). Tapi Levi terlihat tak mendengarkan. Dia tetap berjalan dengan pandangan lurus. (Y/N) pun melangkah ke depan Levi hingga pria itu menghentikan langkahnya.
(Y/N) menelan ludah gugup saat mata tajam Levi menatapnya. Tapi gadis itu sudah membulatkan tekadnya dan berkata dengan nada takut takut, "Da-Dan.. maafkan juga karena saya telah ... menghina anda, menghardik anda, la-lalu menyuruh anda untuk me-memanggil nama saya."
(Y/N) memalingkan wajahnya. Otak nya tiba tiba memutar kejadian semalam saat Levi memanggil namanya untuk pertama kali. Hal itu entah kenapa membuat (Y/N) merasakan perasaan aneh seperti dentuman keras dari dalam dadanya setiap gadis itu mengingatnya.
"Jangan meminta maaf. Aku tahu kata kata itu keluar secara spontan dari mulutmu, yang berarti kau mengeluarkan seluruhnya dari dalam hatimu."
"Dan aku yang menyuruhmu untuk mengatakannya, bukan? Jadi tak ada yang perlu kumaafkan dan tak ada yang perlu meminta maaf. Yang lalu biarlah berlalu. Masalah itu sudah kuanggap selesai kemarin malam." lanjut Levi.
(Y/N) hanya terdiam mendengar penuturan Levi. "Baik, heichou"
Gadis itu menyingkir untuk memberikan jalan pada sang kapten.□□□□□
Disini lah tujuan Levi sebenarnya. Ruangan Erwin.
(Y/N) yang tadinya ingin pergi, ditahan oleh Levi, "Masuk. Erwin memanggil kita."
(Y/N) menatap nya dengan wajah linglung.
'Kenapa tak bilang dari tadi?!'(Y/N) memberi hormat kepada komandan pasukan pengintai tersebut. Gadis itu bertanya tanya ada apa gerangan dia juga dipanggil.
"Bagaimana keadaan mu, (Y/N)?" tanya Erwin dengan ramah, membuat (Y/N) sedikit relax. Maklum, dia baru pertama kali ke ruangan komandan dan berbicara langsung pada komandan itu.
"Sudah lebih baik, danchou." jawab (Y/N).
Erwin mengangguk pelan. "Jadi aku akan langsung saja, aku memberikan Levi sebuah misi yang lokasi nya berada di kota bawah tanah. Sebenarnya aku tidak mau menugaskan prajurit yang sedang terluka, tapi pasukan kita juga akan melakukan misi penangkapan Female Titan. Lalu karena Levi juga sedang terluka, (Y/N) aku menugaskanmu untuk mandampingi Levi selama di kota bawah tanah."
Penjelasan panjang oleh Erwin tu membuat keduanya tersentak.
"Oi Erwin. Walaupun aku sedang terluka, aku bisa menjalankan misi kecil mu itu. Sendiri." protes Levi.(Y/N) mendesis dalam hati. 'Sombong sekali pak tua ini!'
"Ini perintah." titah Erwin tegas.
Levi menghela nafas pelan. "Mengerti, Erwin. Aku percaya pada keputusanmu."(Y/N) kembali terkejut. Ia tak menyangka seorang Levi sangat patuh. Seperti seorang anak yang dihukum ayahnya.
"Jadi (Y/N), mohon kerjasamanya ya."
(Y/N) tersadar dari lamunannya, kemudian mengangkat kepalan tangannya "Siap, komandan!"□□□□
(Y/N) berjalan menuruni tangga yang menuju kota bawah tanah. Seperti yang diperintahkan oleh Erwin, (Y/N) yang juga terluka diutus untuk mendampingi Levi dalam menjalani misi di kota bawah tanah.
Walaupun mereka berdua sedikit keberatan dengan perintah komandan itu, tapi mereka tetap menjalaninya.(Y/N) melangkah mengikuti sang kapten yang berjalan didepannya. Setelah lama di tangga, akhirnya mereka keluar dari tangga gelap itu.
Udara terasa tak segar, sinar matahari tak tampak, keadaan cahaya yang temaram, padahal diatas sana matahari sedang teriknya.
(Y/N) merasa tak nyaman berada disini.
Lelaki didepannya masih berjalan dengan tenang seolah sudah sering kesini. Tiba di sebuah gang, (Y/N) merasa mual dan tak tahan untuk menjepit hidungnya. Bau pesing yang semerbak.
Tapi gadis yang masih memiliki sikap sopan santun itu tak melakukannya. Jadi dia hanya menahan nafas selama berjalan.
"Tck. Tempat ini tak berubah sama sekali" rutuk Levi dengan wajah garang.
(Y/N) yang mendengar itu mengangkat alisnya, "Anoo..kapten. Apakah anda sering kesini?" tanya (Y/N) tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"Tidak. Tapi takdir yang membuatku terlahir dari tempat ini."
'Heh? Benarkah?' tanya (Y/N) dalam hati. Ia tak berani menyuarakan pertanyaannya itu.
Lalu ingatannya berputar saat Petra bersamanya. Ya. Petra pernah bercerita kalau Levi itu dulunya preman dari kota bawah tanah yang direkrut langsung oleh komandan Erwin.
Entah bagaimana cerita detail nya tak banyak yang tahu."Bocah!"
"Y-ya, kapten?" jawab (Y/N) tersentak.
'Ergg kenapa aku menyahut ketika ia memanggil ku bocah lagi!'(Y/N) ingin protes, tapi matanya menangkap sepasang pasangan yang cukup muda yang berjalan menuju gang kecil dan gelap sambil si perempuan cekikikan. (Y/N) mengernyit kan kening.
"Kau pertama kalinya kesini?"
"Y-yaa." jawab (Y/N) tanpa semangat. Ia rasa pengalaman pertamanya ke kota bawah tanah ini harus segera ia lupakan dari ingatannya dan berjanji tidak akan pernah kembali lagi.
Levi mendecakkan lidah nya "Perlu kau ketahui, tempat ini tak seaman kota di permukaan. Aku tak mengerti kenapa Erwin memberikan ku tugas lain karena sedang terluka dengan membawa bocah!"
"Hah! Maaf saja ya KAPTEN LEVI YANG TERHORMAT, aku bisa menjaga diriku sendiri! Jadi aku tak akan membutuhkan bantuanmu!" ucap (Y/N) keki. Gadis itu membuang muka dari hadapan Levi.
"Baguslah kalau begitu"
Setelah bermenit menit berjalan dalam diam, mereka akhirnya sampai ke tujuan. (Y/N) tak tahu pasti apa tugas yang diberikan Erwin pada Levi, yang ia tahu Levi harus berbicara pada seseorang dari kota bawah tanah sedangkan ia mendampingi Levi.
(Y/N) merasa bosan karena menunggu Levi berbicara di dalam salah satu rumah dengan seseorang. (Y/N) bukannya tak ingin masuk, tapi Levi yang melarangnya masuk. Jadi disinilah dia. Duduk merana di undakan depan rumah tersebut.
(Y/N) memilih untuk berjalan ke sekitar sana tapi enggan berjalan di gang gang kumuh dan gelap.
"Hai, prajurit."
Tbc.
》》》》

KAMU SEDANG MEMBACA
Cause U R (Levi x Reader)
Fanfiction[COMPLETED] Kau tak akan tahu bagaimana rasa kehilangan seseorang yang sangat kau cintai -(Y/N) Semua karena mu - (Y/N) ------------------------------------ #1 in Readerinsert (18.10.2018) #1 in levixreader (18.10.2018) #2 in attackontitan (18.10.20...