08 (part 2)

10.2K 1.3K 457
                                    

(Y/N) sedikit tersentak saat rasa dingin es yang dibungkus handuk menyentuh kulitnya langsung.

"Terimakasih, Mikasa." ucap (Y/N) yang sedang telungkup di kasurnya. Mikasa mengangguk sekali.

"Sebenarnya apa yang dipikirkan si pendek itu? Teganya menghajar perempuan yang sedang terluka?!"

(Y/N) yang mendengar gerutuan Mikasa itu hanya bisa tertawa sumbang. "A-anoo, sebenarnya akulah yang menyerang kapten duluan."

Mikasa mengedipkan mata beberapa kali. (Y/N) juga hanya bisa menunjukkan senyum terpaksanya.

"Baguslah kalau begitu. Bahkan lebih baik tadi kau patahkan saja kakinya langsung."

Respon Mikasa membuat (Y/N) sedikit lega. Ia sebenarnya cukup malas jika nanti Mikasa bertanya 'kenapa' dan membuatnya harus menjelaskan semuanya.

"Yah, itu tidak cukup mudah bagiku. Tapi, aku sudah mendapatkan apa yang ku mau." balas (Y/N) sambil menarik satu sudut bibirnya untuk tersenyum.

Mikasa menganggukkan kepalanya dua kali, kemudian berjalan ke arah pintu, "Lepaskan es nya setelah 10 menit. Setengah jam lagi aku akan kembali untuk mengompres punggungmu dengan air hangat."

"Baik. Terimakasih lagi."

□□□□□

(Y/N) berjalan ke arah taman belakang markas. Ia sudah bosan berbaring di kamar seharian dan hanya bisa tertidur selama 2 jam. Markas sudah sepi senyap karena ini sudah tengah malam dan besok saatnya rencana penangkapan Raksasa wanita dilaksanakan. Gadis itu dengan perlahan menggerakkan otot otot bahu dan punggungnya.

Sampai di taman belakang, (Y/N) terhenti saat melihat sesuatu di bawah pohon yang berada cukup jauh dari pandangannya. (Y/N) perlahan melangkahkan kakinya menuju pohon itu. Mulai mendekati pohon itu, (Y/N) masih belum tahu pasti sesuatu yang timbul di balik batang pohon itu.

(Y/N) dengan waspada melangkah semakin mendekat setelah tahu bahwa yang dilihatnya adalah bahu seseorang. Tapi perhatian gadis itu teralihkan ke arah lain. Dia terpana melihat ratusan atau mungkin ribuan lampu kecil yang melayang-layang. Membuat hutan disekitarnya menjadi lebih terang.

Kunang kunang.

'Cantiknya..'
(Y/N) menengadahkan telapak tangannya dan tak lama lampu kecil itu menempel ke telapak tangannya. Sejenak ia lupa tujuannya kesana. (Y/N) tersadar dan memutar kepalanya untuk melihat kebelakangnya. Dan betapa terkejut gadis itu bahwa yang memiliki bahu tadi adalah sang kapten Levi. (Y/N) menatap pria yang matanya tertutup itu masam.

'Kenapa aku selalu bertemu dengan orang ini!'

Gadis itu duduk menyender kebatang pohon di sebelah Levi yang terlelap.
(Y/N) melihat wajah tenang pria yang telah berkepala tiga tersebut. "Seorang kopral, dan menyandang status manusia terkuat bisa tidur juga? " tanya gadis entah pada siapa. Lalu gadis itu mendengus geli,
"Ya ampun! Tentu saja dia tidur. Dia, kan tetap manusia. "

"Hmm. Heichou, wajah anda menjadi tak semenyebalkan saat anda bangun. Bahkan mungkin, lebih terlihat damai?
Kenapa anda tidur disini? Lebih baik istirahat di kasur, kan.." gumam (Y/N) lagi saat melihat kantung mata yang cukup besar di wajah Levi. Ia melambai lambaikan telapak tangannya di depan wajah sang kapten untuk memastikan kalau pria ini memang tidur atau tidak, dan nyatanya tidak ada respon apapun.

(Y/N) menarik nafas dan menghembuskannya panjang. "Heichou, tahu tidak kalau Yui menyukai mu. Dia selalu mengagumi dan memujamu."
Gadis itu mendecak, "Apa yang ia sukai dari anda,sih?! Kalau dia tahu kalau sebenarnya anda menyebalkan, cebol, kejam, dingin, kasar, tua, tukang perintah pula! Entah apakah dia masih menyukai anda? Kalau aku sih, mungkin tidak."

Cause U R (Levi x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang