23

10.2K 1.1K 272
                                    

Levi keluar dari kamar mandi dengan handuk mengalungi leher. Setelah mengusap wajah dan lehernya, pria itu menjemur handuk kecil itu di gantungan.

" Ada apa? " tanyanya tanpa menoleh ke arah gadis yang kini mengambil alih ranjangnya. Ia bertanya karena melihat gadis itu menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan menerawang. 

" Tidak ada " jawab (Y/N) cukup lama.

Levi menunduk dan mulai menaiki ranjang. Hal itu membuat (Y/N) menggeser tubuhnya ke samping karena ia sedari tadi berbaring di bagian tengah ranjang. Ranjang itu tak berukuran jumbo, tapi masih bisa dihuni oleh dua orang yang bobot tubuh bisa dibilang tak terlalu besar. Gadis itu sedikit kesulitan bernafas karena jantungnya berdebar kencang kala Levi kini berbaring begitu dekat dengannya. Salah satu alasan kenapa ia merenung tadi adalah karena ini. Perempuan mana yang tak gelisah ketika seorang pria mengatakan, " Tidurlah di sini. "

Dan (Y/N) malah diam saja tak beranjak dari kamar Levi seolah mengiyakan perkataan sang kapten.

Disinilah dia. Berbaring dengan kaku tak berani mengalihkan pandangan kepada pria yang sedang berbaring menatapnya dengan salah satu lengan menjadi bantalan kepala. Sepertinya Levi menyadari kegugupan sang gadis.

" Aku hanya mengajakmu untuk tidur disini, bukan mengajakmu untuk bercinta. " ucap sang manusia terkuat begitu vulgar. (Y/N) menolehkan kepala dengan cepat ke arah Levi dengan melotot. " K-kapten!! I-itu aku juga tahu! " balas gadis itu sambil membuang muka karena merasa wajahnya kini memanas dan mungkin akan terlihat memerah.

Levi menyeringai, " Atau jika kau memang menginginkannya, kita bisa melakukannya setelah ekspedisi." 

Dengan geram (Y/N) berbalik dan menutup mulut Levi dengan tangan kirinya. Dia menatap Levi marah dengan wajah memerah. Gadis itu bisa merasakan iris kelabu Levi menatapnya geli. Levi menyingkirkan tangan (Y/N) dan menggenggamnya, " Kau tidak menolaknya. "

(Y/N) berdecak. Gadis itu menyentakkan tangannya sambil merubah posisi menjadi memunggungi Levi. " Aku menolak. Aku tidak mau! Aku tidak ingin melakukannya! Anda puas, kapten Levi?" ucapnya kesal.

Detik berikutnya tubuhnya kembali menegang saat sebuah kehangatan merasuki tubuhnya melalui punggung. Pinggangnya juga terasa berat karena menahan bobot sebuah lengan yang memeluknya. " Kau tidak perlu membawa-bawa  jabatanku saat kita tak mengenakan seragam. " Suara Levi begitu pelan dan dekat di telinga sang gadis, membuatnya merinding. Tapi ia mencoba untuk membalas perkataan sang kapten, " Benarkah? Lalu apakah boleh aku memakimu? " sambil menolehkan kepalanya melihat Levi yang kini memperlihatkan tatapan bosan.

(Y/N) mendengus dan kembali ke posisinya setelah memprotes, " Tidak seru "

Levi menyeringai di belakang (Y/N). " Boleh saja, " 

(Y/N) membuka matanya. Sebelum ia sempat memverifikasi perkataan Levi, Levi makin mendekatkan dirinya ke tubuh (Y/N) hingga tubuh keduanya benar-benar menempel. " Kemudian setelah itu kau akan mendapatkan hadiah. " bisik sang kopral tepat di depan telinga (Y/N). 

Gadis itu memberontak dalam pelukan Levi. Begitu aneh rasanya saat pria itu berkata sambil memeluknya sangat erat. Tapi karena terlalu salah tingkah, gadis itu tak sadar sudah berada di ujung ranjang dan daya gravitasi pun tak dapat terelakkan.

bruk!

(Y/N) meringis memegangi keningnya yang terbentur lantai kayu. Memang benturannya tak keras, tetapi itu tetap menimbulkan rasa nyeri. Levi bahkan tak repot-repot untuk membantu gadis itu. Dia bahkan menutup matanya seakan tertidur. 

" Setidaknya kau tanyakan bagaimana keadaanku, kan? " sungut (Y/N) sambil kembali menaiki kasur. Gadis itu duduk menghadap Levi yang mencoba untuk tidur. Dia meneliti setiap sudut wajah Levi yang mulus. Padahal untuk profesinya sebagai prajurit, hal itu cukup mengesankan bukan?

Cause U R (Levi x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang