11

10.5K 1.5K 403
                                        

"Kenapa dia tidur disini?"

"Mikasa, kau mengusirnya?"

"Atau, dia mati kelaparan?"

"Berhentilah mengunyah, Sasha! Tadi malam dia ikut makan malam. Jadi tidak mungkin, kan!"

"Teman-teman, jangan berisik!"

Suara bising dari dialog orang-orang itu membuat sang putri tidur terpaksa untuk membuka mata. Dia perlahan membuka mata dan mengerjap untuk memperjelas pandangan.

Setelah jelas, gadis itu melihat beberapa wajah mengelilingi sambil mata mereka menatap kepadanya. Hal itu membuatnya terkejut dan langsung terduduk, akibatnya kepalanya jadi terasa berputar. Orang-orang menyebutnya vertigo.

"N-(Y/N), kau tidak apa apa?"

Dia menoleh, ternyata wajah- wajah tadi adalah teman seangkatannya. (Y/N) mengangguk menjawab pertanyaan Armin.

"(Y/N), kau.. Kenapa tidur disini?"

Sebelum (Y/N) memproses pertanyaan Eren, Connie buru-buru menyambar, "Apa benar Mikasa mengusirmu?"
Pertanyaaan itu membuat Mikasa menatap tajam pada Connie.

"Tu-tunggu. Sekarang jam berapa?" tanyanya masih linglung melihat langit cerah. Gadis itu baru sadar jika teman-temannya sudah memakai seragam tapi tanpa perlengkapan.

"Sekarang jam 9. Dan sebentar lagi waktunya latihan fisik." jawab Armin.

"Apa?! Dan aku tidur disini?!" seru nya saat kembali sadar kalau dia masih berada di taman belakang markas.

"Eum.. Sepertinya iya?" tutur Eren dengan nada ragu.

'Memalukan! Tunggu, bukannya tadi malam...'

"APA TELINGA KALIAN MENDADAK TULI?! CEPAT KE LAPANGAN ATAU KUBUNUH KALIAN SATU PERSATU!"
Suara menggegelar itu keluar dari mulut seorang senior pasukan pengintai yang ditugaskan untuk melatih para junior. (Y/N) berjalan mengendap diantara tubuh teman-temannya agar tak terlihat oleh senior itu karena ia belum berseragam.

Setelah masuk ke gedung markas, gadis itu langsung berlari secepat kilat ke kamarnya. Ia hanya membasuh muka dan memakai seragam dengan tergesa gesa. Sambil menyesuaikan tali-tali di beberapa bagian tubuhnya, gadis itu berlari menuju lapangan.

"Oh, (Y/N)! Terlambat, heh?" sapa Hanji di salah satu koridor markas. Ia tak sendiri, tapi bersama Erwin, Mike, dan..Levi.

"Ya, Hanji-san."
(Y/N) menghentikan langkah untuk sekedar memberi hormat dan segera pamit, tak lupa menatap penuh dendam pada seorang pria pendek yang bahkan tak mau repot-repot memandangnya.

"Heeeh~ kenapa dia bisa terlambat, ya?" tutur Hanji sambil melihat gadis yang berlari di belakangnya.

□□□□□

"Akh!"
Eren mengerang saat tubuhnya terhempas ke tanah.

"Ups!" (Y/N) menatap ke arah Mikasa yang berada di ujung sana dengan canggung. Biasanya, setiap orang yang menyakiti Eren akan berhadapan langsung dengan si gadis terkuat Mikasa.

"(Y/N) kau kuat sekali. Wanita zaman sekarang berubah menjadi terlalu kuat." ucap Eren sambil menepuk nepuk celananya.

(Y/N) tersenyum miring mengingat peristiwa dulu saat Mikasa menantang Annie berduel, karena Annie menghajar Eren di latihan fisik.
Dan sekarang, (Y/N) juga berhasil membanting Eren. Apakah dirinya juga akan ditantang Mikasa?

"(Y/N)"

(Y/N) menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang memanggil.

"Mikasa."

□□□□□

Reader PoV

Aku menghalau serangan Mikasa dengan lenganku. Saat tinjunya mengarah ke perutku, aku langsung menangkap tangannya kemudian membantingnya. Aku cukup terkejut dengan diriku sendiri. Aku, membanting seorang Mikasa?

Bisik-bisik dan beberapa seruan terdengar dari kerumunan sekitar kami. Aku kembali fokus saat Mikasa sudah bangkit dan menyerang dengan cepat. Beberapa pukulan keras kurasakan selagi mencoba menahan dan menghindar. Saat yang tepat aku juga menyerang Mikasa dan ternyata aku berhasil mengenainya di beberapa bagian tubuhnya.

Buggh!

Pukulan telak menghantam ulu hati ku hingga membuatku jatuh terduduk. Nafasku tersendat selagi memegangi dada ku. Aku ingin bangkit tapi sesuatu dalam diriku menahan dengan menyiksaku yang semakin kesulitan bernafas. Rasa sesak ini terasa familiar.

Tiba-tiba saja potongan memori muncul di kejadian saat aku digenggam oleh tangan besar titan, saat aku hanya bisa menatap nanar Yui yang mati secara tragis di depan mataku.

Oksigen seakan tak ingin memasuki tubuhku. Aku benar-benar tak bisa bernafas dan berpikir lagi. Di sisa kesadaranku, aku bisa melihat kerumunan mengelilingi ku.

□□□□□

Author Pov

Semua orang di lapangan mengerumuni (Y/N) yang terlihat aneh sambil memegangi dadanya yang baru saja dihantam kepalan tangan Mikasa. Mikasa yang berada di depan (Y/N) juga terlihat cemas.

Seseorang membelah kerumunan dengan paksa hingga sampai di depan (Y/N).

"Heichou!"

Pria pendek itu hanya menatap seorang gadis yang mulai kehilangan kesadarannya.

"Oi bocah-bocah! Apa kalian pikir ini tontonan gratis?! Seharusnya segera lakukan pertolongan pertama!" hardik Levi sambil berjongkok di samping tubuh (Y/N). Dengan cekatan Levi memperbaiki posisi tubuh (Y/N) dan mengangkat lehernya. Detik berikutnya adalah adegan yang tidak pernah terbayangkan oleh semua orang pada seorang manusia terkuat itu.

Levi memberikan nafas buatan pada gadis bernama (Y/N).

Tbc.

>>>>>

Hai haaai
Pendek banget yaa..emang, cuma 724 kata. Wkwkwk
Chapter selanjutnya gua usahakan panjang dehh..

Ohya walaupun telat, gua ngucapin Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439H! Siapa nih yang full puasanya??? Ehehehe

Cause U R (Levi x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang