12

9.9K 1.2K 177
                                    

"(Y/N)"

Aku melihat Yui berdiri di hadapan ku. Aku yang sedang terduduk pun segera bangkit. "Yu-Yui. Bagaimana-"

"Aku mencintai kapten Levi." Ucapan Yui yang tiba-tiba itu membuat ku bingung. Dia mengulang kata itu berkali-kali dengan kepala yang menunduk.  Aku mundur selangkah merasa ada yang tak beres.

Secara mendadak tangan Yui mencengkeram leherku. Aku semakin terbelalak saat dia mengangkat kepalanya, memperlihatkan mata merah yang mengeluarkan darah hingga mengalir ke pipi dan lehernya.

Badanku gemetar. Aku ketakutan dan merasa sesak saat tangan itu mencekikku keras.

"Seharusnya aku yang berada ditempat mu, (Y/N)"

Aku membuka mata sambil menahan nafas. Yang kulihat adalah langit-langit kusam, tidak ada Yui. Aku bernafas lega dan menenangkan diri sejenak. Sungguh mimpi itu terasa sangat nyata.

"(Y/N) kau sudah sadar!" seru seseorang. Aku menoleh dan melihat wanita berkacamata memakai jas lab.

"Hanji..-san" Aku merasakan tenggorokkan ku kering saat bersuara tadi. Kemudian aku baru menyadari bahwa mulut dan hidungku di tutupi alat yang setahuku untuk memberikan oksigen.

Tangan ku bergerak hendak melepasnya sebelum Hanji mengambil alih untuk melepaskannya. "Keringatmu banyak sekali. Ini." Dia menyodorkan handuk kecil dan segelas air.

Aku bangkit untuk duduk dan memilih mengambil gelas terlebih dahulu sebelum handuk untuk menyeka keringatku.
"Kau beberapa kali bergumam dan bergerak gelisah. Mimpi buruk?"

Aku hanya mengangguk. "Tapi, sebenarnya apa yang terjadi padaku tadi? Saat terkena pukulan itu, aku langsung mengingat suatu ingatan."

"Aku juga kurang tahu. Tapi boleh aku tahu ingatan apa itu?" tanya Hanji.

Aku terdiam beberapa detik sebelum menjawab, "Ingatan buruk yang selalu jadi mimpi burukku setiap malam."

Hanji juga ikut terdiam mendengar jawabanku. Ia terlihat berpikir dan berkata, "Kemungkinan itu akibat trauma. Kau selalu teringat dan terbebani oleh ingatan itu, dan secara kebetulan rasa sakit dari pukulan itu membuatmu tak fokus dan teringat kembali akan ingatan buruk itu."

Aku memijat sisi kepala ku. Pernyataan Hanji membuat otak ku bekerja. "Sebaiknya kau harus lebih banyak beristirahat." Aku hanya mengangguk lemah.

Kemudian Hanji melanjutkan sambil memegang tangan ku "(Y/N), jika kau punya masalah atau perlu bantuan, kau bisa meminta bantuan teman-teman mu, atau aku, atau bahkan si Shorty.."
Aku hanya bisa memaksakan senyum tipis.

Tiba-tiba Hanji berseru membuatku tersentak. "Ah benar! Shorty ternyata begitu yaa~~ Di luar sok dingin tapi di dalam ternyata berhati baik dan perhatian."

Aku mengangkat sebelah alis menatap Hanji yang kini tersenyum aneh sambil menaik turunkan alisnya. "Hanji-san, maksud-"

Suara ketukan pintu membuat kami menoleh ke arah sana. Pintu terbuka memperlihatkan Mikasa yang membawa nampan.

Dia berjalan ke arah ku dan meletakkan nampan yang ternyata berisi semangkuk bubur dan segelas air di pangkuanku. "Bagaimana keadaanmu?"

"Terima kasih buburnya. Eum, aku sudah tidak apa-apa."

Aku menyendok bubur di depan ku, spontan diriku bergumam 'enak'. Karena tak ada suara, aku mengangkat pandangan ku dari bubur. Hanji menatap ku sebentar, "Ah, aku akan mengambilkan obatmu."

Lalu perhatianku berpindah pada Mikasa yang menatap ku dengan ekspresi datar tetapi, matanya menatap ku terus.

Aku mencoba bersuara di situasi canggung itu, "Sudah kuduga. Seharusnya aku berhati-hati dengan Er-"

Cause U R (Levi x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang