Kamu meletakkan buket bunga aster putih di hadapan salah satu batu yang menjadi penanda sang pemilik yang terkubur. Berjongkok sambil mengelus ukiran nama prajurit muda yang terkenal dengan kecerdasannya.
Setelah berdoa dalam diam, kamu membalikkan badan hendak kembali ke markas. Tetapi untuk beberapa detik kamu terdiam di tempat saat melihat seseorang berdiri tak jauh di depanmu sambil membawa sebuket bunga pula. Orang itu melangkah mendekatimu atau lebih tepatnya ke makam yang baru saja kau lihat tadi. Matamu mengikuti gerakannya. Sejak kejadian pada operasi perebutan dinding yang terakhir, kau menjadi canggung untuk berinteraksi dengannya. Tapi ini sudah lewat dua tahun lebih, sangat tidak nyaman jika kalian terus seperti ini. Dengan diubahnya Komandan Erwin menjadi titan ditambah dengan kepiawaiannya dalam memimpin, menyusun rencana, dan beberapa ingatan Berthold membuat kegelapan yang melanda warga dalam dinding akan dunia luar perlahan menemukan secercah cahaya.
" Terimakasih. "
Kamu yang semula merenung menatap ujung sepatumu, kini menatap mata gadis yang bersurai hitam pendek. Gadis itu berdiri dan menatapmu, " Setidaknya kau tidak melupakannya. "
" Tidak ada seorangpun yang akan melupakan prajurit pemberani sepertinya, Mikasa. "
Mikasa menatap ukiran nama Armin dengan sendu. " Ya. Tapi tidak untuk orang yang paling dekat dengannya."
Kamu tahu siapa yang ia maksud, tetapi tidak bisa memberikan kata-kata penguat apapun. Karena sekarang, kata itu tidak akan terlalu berguna." Armin, sepertinya Eren benar-benar telah meninggalkan kita. " gumam Mikasa sambil meremas syal merah yang sudah amat lusuh di lehernya.
¤¤¤¤¤
Author PoV
Pria berpotongan rambut undercut berdecak ketika memeriksa salah satu dari tumpukan laporan di mejanya yang memiliki tulisan yang sulit dibaca. Ingin sekali ia merobek laporan itu dan memaki-maki sang pemilik tulisan. Tetapi ia menahan diri untuk tidak melakukan itu karena pemilik tulisan adalah wakil komandan pasukan Garrison yang melaporkan bagaimana keadaan luar dinding di distrik Karanese yang jaraknya cukup jauh dari markas pasukan pengintai. Jika dia merobek kertas itu dan meminta yang baru, itu hanya membuang waktu dan malah kerjaannya tak selesai-selesai.
Saat pikiran suntuk karena tulisan itu melanda, seseorang membuka pintu ruangannya tanpa permisi. Dengan kesal Levi bersiap menghardik pelaku sebelum matanya menangkap seorang perempuan berseragam lengkap berdiri di depan pintu sambil melambai ke arahnya. Detik berikutnya pria itu hanya diam dan kembali berkutat dengan kerjaannya.
(Y/N) yang awalnya bersemangat untuk menemui pria itu, kini sedikit merasa kecewa dengan respon yang diterimanya. " Kau mengabaikan ku? Kita sudah satu bulan tidak bertemu, lho."
Perempuan itu menutup pintu ruangan Levi dan berjalan mendekati Levi yang duduk di belakang mejanya. (Y/N) berdiri di belakang kursi Levi dan menunduk sambil mengalungkan lengannya di dada Levi dari belakang.
Levi masih diam sambil menatap kertas tadi. Hanya menatap, ia tidak bisa lagi memproses huruf yang tertata buruk di sana. (Y/N) yang melihat laporan itu berujar, " Tulisannya jelek sekali. Apa kau bisa membacanya? "
Yang ditanya tak menjawab. Dia meletakkan kertas itu dan mengambil kertas laporan selanjutnya dari tumpukan yang ada di sebelah kiri. Karena terus didiami, (Y/N) beranjak dari sana dan berjalan menuju sofa ruangan kerja Levi.
Perempuan itu membuat posisi setengah berbaring di sofa yang kini lebih empuk dari ruangan dulu.
" Aku punya waktu 1 jam untuk istirahat sebelum membimbing pelatihan regu ku." pancingnya sambil pura-pura tidur. Yah, tidak pura-pura juga karena sebenarnya dirinya memang butuh tidur saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause U R (Levi x Reader)
Hayran Kurgu[COMPLETED] Kau tak akan tahu bagaimana rasa kehilangan seseorang yang sangat kau cintai -(Y/N) Semua karena mu - (Y/N) ------------------------------------ #1 in Readerinsert (18.10.2018) #1 in levixreader (18.10.2018) #2 in attackontitan (18.10.20...