II

1.4K 76 11
                                    

Mataku dan mata Bram ikut terhanyut pada sumber suara yang menjadi pusat perhatian itu.

"Dasar PELAKOR lu anjing! Lu minta suami gua buat beliin lo iPhone X? Heh lo siapa minta gituan ke laki orang ? Ngotak lo dasar jalang!" Bentak sadis oleh ibu-ibu yang tengah menjambak rambut milik wanita cantik dan masih muda yang katanya pelakor itu.

"Suami lu yang mau ama gua!" Bantah balik si wanita muda.

"Ya ngapain lo juga mau?! Ngotak dong lo! Haha.. Lupa gue, cewe murahan kaya lo otak nya paling se-lubang kunci !" Sambar ibu itu masih dengan menjambak rambutnya.

Sepasang mata bahkan seluruh mata pengunjung tertuju pada aksi gulat pelakor. 7 dari 10 pengunjung mengabadikan aksi itu dengan merekam di ponsel mereka. Tak ada yang berani melerai termasuk aku, hampirku melangkahkan kaki untuk memanggil satpam, 3 orang satpam telah datang melerai dan mengamankan mereka.

"Kling!.." ponsel ku memberi pemberitahuan, aku pun mengecek ponselku barang kali itu adalah orang yang ingin ku jumpai saat ini.

Aku baru sadar ternyata Levin sedari tadi masih berdiri disebelahku sejauh 2 meter. Levin dengan mata tajamnya itu menatap tingkah bodohku.
Persetan dengan Levin! Kali ini aku gabakal respon.

"Hey guys!" Teriak seorang perempuan dari jarak 5 meter. Aku hanya bisa memberikan mereka tatapan malas ku.

"Jangan gitu liatnya ih, tau kok kita lama, sorry banget lho. Tadi perut gua mules banget jadi ke toilet bentar" sahut Trisha.

"Loh? Itu bukannya Levin?" Aku menoleh ke arah telunjuk Marsha. Syukurlah Levin sudah menjauh.

"Lah iya. Samperin yuk? Kapan lagi coba bisa jalan sama Levin hehe" jawab Marsha cengengesan.

"Yaudah lah ayo, ngapain juga ngajak dia..." kataku sambil menutup mata sebentar karna lelah. Dan ya, mereka berdua sudah hilang dari hadapanku dan sedang asik bercanda gurau disana dengan Levin.

Mau gak mau, terpaksa aku harus kesana.

"Hahah yaudah ayo lah dari pada lama" kata Trisha saat aku baru saja sampai.

"Wut?! Dia harus banget emang ikut?" Balasku spontan. Aku juga tak tahu kata-kata itu lolos begitu saja dari mulutku.

"HARUS!" Dengkik Levin.


• • •

Sampailah kami di suatu kafe kecil untuk menikmati secangkir minuman dan santapan dessert.

"Eh itu bukannya Bram ya?" Kata Marsha sambil melihat ke sudut kafe. "Duduk sana aja lah" sahut Levin.

Kamipun menghampiri Bram dan bergabung di mejanya.

Dia Bramayana Culver. Dia adalah teman dekat Levin. Dia pernah hampir menjalin hubungan dengan Trisha. Entahlah hubungan mereka saat ini. Aku juga tidak paham.

Melepas penat di kafe memang alternatif yang menyenangkan. Aroma kopi memang sungguh menenangkan. Ditambah lagi menatap senja. Indah sekali.


Baiklah, inilah aku..
Zaletha Gilsha. Si pencinta alam terlebih pada langit, entah kenapa aku ingin menitikkan air mataku saat melihat alam duniaku. Mungkin aku terlalu cinta pada ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa di dunia ini. Menikmati sepotong cheese cake dan susu coklat hangat di pagi hari memang kebiasaanku, sambil menikmati hembusan nafas dunia yakni udara pagi sungguh aku sarankan. Di sore hari aku akan duduk di balkon kamar sambil menatap langit senja dengan menyeruput secangkir green tea.

Pesanku, pagi dan sore adalah waktu terbaik melepas setress. Cobalah sayangi diri kalian sendiri..

"Jika wanginmu saja bisa..
Memindahkan duniaku..
Maka cintamu pasti bisa..
Mengubah jalan hidupku..

Cukup sekali saja aku pernah merasa..
Betapa menyiksa kehilanganmu..
Kau tak terganti kau yang slalu kunanti..
Takkan kulepas lagi...

Pegang tanganku..
bersama jatuh cintaaaa
Kali kedua pada yang sama"

Bahagia itu sederhana cukup menikmati jalan sepi dengan bernyanyi sekeras mungkin hingga rasa puas telah terbit.

"Suara nya bagus mbak.." teriak seorang lelaki dengan motor vespa itu. Dia mendahului ku diiringi angin senja yang berlalu begitu santainya.

Hah? Tadi siapa yorobun? T.T
Suara gue?? Bagus?
Tadi keras banget ya??
Pendengarannya tajam banget jir?
SIAPA DIA? Inti dari semua pertanyaan ku.

•••

"Jika hak ku menulis cerita ini, bisakah kalian mendukung cerita ini dengan meninggalkan jejak dan sebuah kritikan menjadi kewajiban kalian?"

Maaf mungkin suguhan untuk para readers kali ini yahh,
ada kata-kata yang kasar atau mungkin kurang berkenan pada bagian cerita kali ini..
Hehehe..
tolong di maklum kan yah, karna itu telah menjadi bagian dari cerita..
Selamat membaca dan terimakasih.

Rindu (Proses Merapikan Cerita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang