Bayangmu

173 5 0
                                    

ALETHA POV

• • •

Suasana Jepang tak seburuk yang aku kira. Aku pikir Jepang itu seperti film-film, dimana negara dengan gengster yang banyak. Oh. Aku salah besar. Disini tak sedingin yang aku kira. Tak se sepi yang aku duga dan se seram yang aku hayalkan. Disini nyaman.

Sejak keluar dari bandara aku sudah melihat pohon sakura yang mekar dibawah terik matahari. Sakura itu gugur. Dan aku berharap salju natal esok pagi sudah turun.

Aku melambaikan tanganku ke atas. Dan kendaraan umum itu berhenti tepat didepan ku. Sang sopir membantuku mengangkat barangku ke dalam bagasinya dan segera mengantarku ke penginapan yang sudah di sediakan.

Jika aku berdialog dibawah ini tentu aku menggunakan bahasa inggris atau jepang yang bisa aku kuasi sedikit.

"Permisi. Apa penginapan saya cukup jauh ?"

"Tidak, bu. Hanya 15 menit,"

Mendengar jawabannya aku merasa lega dan senang. Karena tubuhku rasanya sudah mau copot. Ingin rasanya cepat berbaring diatas kasur memeluk guling.

Sambil menunggu 15 menitku. Aku memainkan ponsel dan mengabari keluargaku dan tentunya Marsha dan Trisha. Mataku sebenarnya tak cukup kuat untuk bermain ponsel lagi. Dan aku memutuskan untuk melihat jalanan jepang siang ini.

"Apakah dekat sini ada restaurant yang enak menurut anda, pak ?" tanyaku dengan bahasa Jepang yang agak hancur namun bisa dimaklumi oleh bapak itu.

"Ada. Jika kamu keluar dari penginapan mu dan berjalan ke kanan kira-kira kurang lebih 20 langkah, kamu akan bertemu tempat makan bernama AKEMI," jelas bapak itu menatapku sedikit-sedikit dari kaca yang menggantung diatap mobil bagian depan.

"Kenapa bapak menyebutnya enak ?" tanyaku yang masih melihat keluar jendela.

"Karna istriku yang memasak,"

Aaaaa. Entah kenapa aku mendengarnya menjadi bahagia dan senyum-senyum sendiri.

"Baiklah. Malam nanti aku akan berkunjung kesana jikalau tak sibuk,"

"lebih nikmat kalau senja," balas bapak itu.

Akemi. Senja hari.
Tak ada salahnya senja nanti aku kesana, sekalian menatap langit Jepang kan ?

Setelah sampai didepan penginapanku. Aku ternganga.

Sungguh. Aku kira hanya pondok kecil yang dihuni beberapa orang. Tenyata ini apartement. Aku benar-benar tak sabar ingin masuk ke dalam.

"Terimakasih pak. Sampaikan kepada istrimu. Senja nanti gadis dengan hoodie cream akan datang dengan senyumannya," ucapku tersenyum ramah. Ia hanya mengangguk dan pergi setelah aku membayar biaya tumpangnya.

Aku berjalan ke meja resepsionist dan menanyakan atas namaku ada dikamar nomor berapa. Dan dia menjawab bahwa kamarku ada dilantai paling atas, lantai 5.

Dengan semangat aku berjalan ke arah lift dengan menggeret satu koperku yang cukup besar. Lift tak lama terbuka, menampilakn ada empat orang berpakaian dokter tersenyum ramah ke arahku.

"Anda dari Eropa ya ?" tanya satu orang membuka pembicaraan.

"Tidak. Saya dari Indonesia," balasku tersenyum kecil.

Tepat mereka turun dilantai 3 dan aku menaik ke lantai 5 sendirian. Setelah pintu lift terbuka lelaki berpenampilan santai berdiri menatapku diam. Dia tak asing berwajah Indonesia.

"Orang Indo bukan ?" tanyaku sembari keluar dari lift.

"Iya," katanya sambil masuk dan menutup lift.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rindu (Proses Merapikan Cerita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang