Dan lagi..

142 14 4
                                    

AUTHOR

"gimana ? Gue percaya Levin, tapi disisi lain hati gue masih uring-uringan." Hati wanita mana yang tak akan was-was dengan kejadian yang menimpa Aletha semalam, dia mencurahkan keluh kesahnya pada Marsha dan Trisha dijam kosong ini.
Tuttt...tut...
"Telpon, Tha" komentar Trisha sambil menyalin kembali jadwal prakteknya hari ini. "Biarin aja gue badmood"

"Brak!!" Pintu itu telah terbuka dengan kasar. "Dokter gimana sih ? Ditelfon gak di angkat. Pasien gawat darurat tiba dan butuh penanganan secepatnya!" Mendengar omelan salah satu suster, Aletha berlari sekecang mungkin tanpa mempedulikan sekitar. Aletha merasa kecewa karna masalah pribadinya bisa membahayakan satu nyawa yang masih memikirkan kehidupannya. Dengan cepat Aletha menggangti pakaian oprasi dan masuk.

• • •

"Hm, ga di angkat ?" Pria tegap telah menanti kehadiran sang pujaan di depan rumah sakit sebesar ini. Tentu dengan setelan kemeja putih dan celana panjang membuat penampilan pria ini bak artis korea. Kaki itu telah melangkah dan masuk ke rumah sakit. "Dokter Aletha" ucapnya pada salah satu suster yang melintas. "Dokter Aletha ? Saha Dokter Aletha teh ?" Jawab suster itu dengan kebingungan sambil menggaruk lehernya yang tak gatal. "Ah maksud saya, Dokter Alkamora"
"Aa teh saha na ? Aa mawa kembang, kabogoh nya hah?" Mendengar perkataan suster satu ini, Levin hanya menyeringitkan dahinya karna tak tahu apa maksudnya. Levin hanya diam seribu bahasa dengan sebuket bunga yang ia genggam sedari tadi. "Haha, gak ngerti ya ? Anu Dokter Alkamora teh lagi ada oprasi sampai jam 6 sore, saya duluan ya aa" pamitnya, Levin menoleh pada arloji yang menunjukkan pukul 2 siang. "Yahh, gak mungkin gue nunggu selama itu" pikiran Levin berkata....

"Untung aja gue tau sandi rumah pacar gue" ucapnya yang membuka pintu rumah Aletha yang serba minimalis, maklum tinggal sendirian. Levin membuka jaketnya karna merasa gerah dan menyalakan AC. Berniat menonton TV tapi Levin memilih untuk tidur di sofa tengah.

• • •

"Sayang ?"
Tak terbangun dari tidur, Aletha menghampiri Levin yang tertidur manis di sofa, ya ini sudah pukul 8 malam. Aletha memutuskan untuk mandi dan mengganti pakaian selagi Levin belum terbangun.

"Segerrr, pesen makanan dulu ah. Biar dia bangun terus makan" karena teknologi semakin berkembang hal ini sangat disukai oleh Aletha, ia tak perlu jauh-jauh keluar rumah untuk mencari makan dimalam dingin seperti ini. "Lev, bangun kamu"
"Emh"
"Sok, cuci muka dulu" ucap Aletha secara halus. "Bantuin bangun" rengek manja Levin sambil melentangkan kedua tangannya kedepan. Aletha menerima tangan itu dan menariknya.
Buak!
Aletha justru jatuh diatas Levin yang senyum jahil. Aletha membuka matanya perlahan dan mengangkat dirinya untuk bangun, namun tangan itu telah mengurungkan niatnya. "Seperti ini.. sebentar saja. Kamu bisa rasakan detak jantungku ?" Ucap Levin sambil menutup mata dan mengelus kepala Aletha yang pas terjatuh di dada bidangnya. "Bisa, kamu... sedang berdebar-debar ?"
"Kamu tahu..."
"Ahh cukup, dasar pria modus" bentak Aletha yang memukul dada bidang Levin pelan dan bangun bertingkah malu. "Jangan salting gitu" ucap Levin yang sudah duduk. "Kamu udah lama disini ?"
"Nggak kok, cuma dari jam 2" balas Levin yang memelintir rambut Aletha yang duduk dibawah sofa sambil memilih siaran TV yang pas. "Cuma ?! Cuma ka—m.." Bentak Aletha karena kaget dan membalikkan kepalanya, belum sepenuhnya berkata, bibir penuh itu sudah ditangkap oleh bibir manis Levin. Mata Aletha melotot dan tak bisa berbuat apa-apa lagi, Aletha mematung. Levin melepas kecupan itu dan menatap Aletha masih dalam kondisi membatu. Mata Aletha bergeser dan menatap dalam iris mata Levin, tatapan itu membunuh Levin. Mendekat dan mendekat, dua permukaan kenyal itu semakin medekat, dan..
"Tingnong—-tingnong"
"Emh pasti grepfood, aku keluar dulu" potong Aletha yang salah tingkah dan cepat-cepat bangkit meninggalkan Levin dan suasana awkard ini.

Menyiapkan makanan layaknya seorang istri memang keahlian Aletha yang mandiri. "Kamu dari tadi tidur ?" tanya Aletha yang mengalihkan topik karena takut Levin akan membahas kejadian beberapa menit lalu. "Nggak sih. Aku bangun, tapi tidur lagi"
"Mau apa ? Ini aku pesan 3 macam makanan" tanya Aletha yang menyiapkan nasi untuk Levin. "Aku mau cium lagi" polos Levin yang sudah disambut dengan sepasang jari tengah Aletha dan senyum creepynya. "Jangan kasar gitu ah kamu, haha" respon Levin sambil mengambil beberapa lauk dan sayur. "Kamu juga jangan mesum! Hih"

• • •

"Sini aku bantu beresin"
"Yah, kamu harus gitu jadi cowok. Jangan ngandelin cewek doang" Aletha berjalan dengan memegang beberapa piring dan meletakkan di tempat pencucian piring. Sementara Levin yang mengantar piring dan lain-lainnya dari ruang tengah ke dapur.
Kedua tangan manja itu telah melingkar dipinggang Aletha dan dagu itu telah menengadah dikepala Aletha. Set dah, tinggi amat Levin sampai letakkin dagu di kepala Aletha. "Udah gaada lagi didepan ?" Levin menggeleng. "Jangan aneh-aneh, nih lap prabotan yang udah dibasuh" Levin bergerak mengambil lap dan mengikuti perintah kekasihnya tersebut.

• • •

"Kamu ngapain ke rumah ? Tadi aku denger Trisha liat kamu di parkiran Rs" kini mereka sedang berbincang-bincang disofa tengah dengan Levin yang tiduran dipaha Aletha yang dibalut celana tidur. "Kangen" balas Levin yang memeluk perut Aletha. "Gimana ? Tunangan kamu ? Udah nentuin tanggal baiknya belum ?"
"Kamu deh! Aku mau nya ketemu kamu ya tentang kamu, kenapa bahas dia sih"
"Kamu kenapa marah ?"
Levin mendengus kesal dan tetap memeluk erat perut Aletha karna merasa kecewa. "Aku takut kamu mikir yang nggak-nggak" balas Levin dengan nada sedih. "Sayang, aku percaya sama kamu. Kamu jangan terlalu emosian" untuk membantu mengurangi emosi Levin, Aletha mengelus kepala Levin dan memainkan rambutnya yang mulai panjang. "Hmm"
"Kamu besok kemana ? Kitaa jalan yuk ? Aku kosong besok. Diisi dokter Asha, semoga aja dia becus!" Yang awalnya manis menjadi pedas karna mengingat nama dokter Asha, perempuan oh perempuan. "Asik, besok aku jemput ya" balas Levin yang masih memeluk perut Aletha. "Hem"
"Eh udah jam 10, pulang sana. Aku gak enak sama tetangga"
"Biarin aja kali, kalau digosipin ya kita tinggal nikah. Semua senang" balas Levin gampang sambil tersenyum manis. "Gampang kepalamu!" Bentak Aletha yang membuat Levin tercengang dan menghentikan aktifitasnya. "Haha sayang galak aku makin suka" puji Levin sambil memeluk Aletha. "Ahh, sana pulang" ucap Aletha yang masih memeluk Levin erat. "Ngusir tapi dipeluknya keceng banget"

Mereka pun melepas pelukan itu.
"Sebelum pulang, minta cium lagi boleh ?" Yang dipikirkan Aletha sedari tadi akhirnya terjadi, bagaimana tidak seorang Levin mesum akan pulang dengan lancar tanpa satu permintaan yang aneh. "Jangan ngawur" ucap Aletha yang sudah berdiri di pintu dan hampir menggeser pintu. "Aletha" panggil Levin yang membuat Aletha spontan menoleh kebelakang. Sekalu lagi.. ini terjadi lagi. Mata Aletha melotot namun seiring berjalannya kenikmatan ia memejamkan matanya, menikmati kejadian ini.

• • •

Heyoo, Aku update lagi. Maaf ceritanya rese, tapi dinikmatin aja ya. Sorry updatenya lama banget kaya nunggu dia haha. Semoga sukaa❤️

Rindu (Proses Merapikan Cerita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang