Gue cewek, terus mau lo gimana?

450 31 8
                                    

"Krringgggggg...krrringgggg" tepat pukul 05.20 alram ku bernyanyi untuk membangunkan ku dari kasur empuk ini.
Aku bangun dan berdoa kepada Tuhan agar hari ini segala sesuatu diberkati dan berjalan dengan lancar.
Aku pergi untuk menyikat gigi dan mencuci wajah ke wastafel kamar mandi di kamarku.
Usai itu aku pergi ke lantai dasar dan menuju kulkas, tentu kalian tahu kan apa yang akan aku ambil?
Setelah itu aku kembali ke lantai atas dan berjalan santai ke arah balkon. Menatap indahnya sang Langit di pagi ini memang pilihan terbaik setelah beberapa hari terakhir ini absen, di kursi bersantaiku dibalkon yang empuk nan agak besar aku berbaring hingga terlelap di kursi ini.

Bisa kurasakan seseorang telah menggenggam tanganku, dan kurasakan empuk kasur yang berbeda dengan kursi bersantai di balkon.
"Lah kok? Ini kenapa gue?" Batin ku berkata.
Aku membuka mataku dan menatap sang pujaan yang menggenggam tangan ku dan berbaring di sebelahku.
Aku yang berbaring membelakangi orang itu kini mengubah arah.
Aku bisa melihat wajah itu.
Bisakah aku menyentuhnya secara sengaja? Karna biasanya aku hanya menyentuhnya secara spontan.
Ku letakkan telapak tanganku ke pipi itu dan mengelusnya pelan.
Indah wajahnya.....

Bisa kulihat senyum kecilnya, yang nyata terpampang di mataku..
"Morning sweet" ucapnya yang langsung memegang tanganku yang masih menempel pada pipinya, diiringi sebuah senyum.
Apakah kalian tahu apa yang ku rasakan? Pasti kalian tahu.
Jantung yang berdebar dan tidak karuan, layaknya baru saja memacu adrenalin.

Kini rasa mengantuk telah padam, dia membuka matanya perlahan dan menatap wajah ku.
"Kamu ga bales ucapan aku?" Tanyanya yang kini mulai membesarkan mata.
"kamu jam berapa kesini? Jam berapa sih ini?" Masih dengan posisi tangan yang serupa.
"Ga penting itu, yang penting gue udah sama lo."
Aku masih bertanya-tanya ini jam berapa? Aku pun menoleh ke arah jam digital flip number besar di salah satu permukaan dinding kamarku.

"Dasar, heh ngapain pagi-pagi kesini?" Kini posisi tangan itu telah berubah menjadi sebuah genggaman.
"Tadi gue liat lo di balkon, ketiduran, yaudah deh gue angkat kekasur, makanan lo udah gue abisin" dengan polosnya dia jujur menghabiskan makananku.
"Kampret" kini aku merubah posisi baring menjadi duduk dan bersender di papan senderan kasurku.
"Ngapain lo dimari?" Ucapku yang kini memegang rambut Levin yang menempatkan kepalanya di pangkuan pahaku dilapisi bantal empuk.

"Kling.." suara pemberitahuan handphoneku yang mengalihkan pembicaraan.

"Siapa?" Tanya Levin bingung.
"Pak Doni nih" balasku yang masih sibuk membaca pesan pak Doni sang guru olahraga.
Setelah menatap layar ponsel dan selesai membaca pesan dari pak Doni, wajah ku berubah menjadi cemberut.
"Napa mukanya jadi manis?" Kini Levin duduk disampingku dan ikut menyender.
"Manis kucing lo! Gue, biasa basket, tau kan lo, gue gabisa banget basket"
"Heh?! Lo?! Ngeremehin gue?! Lo gatau gue?!"
"Lah lu kenapa jadi galak mas?" Kini wajahku yang manis dustanya, berubah menjadi bingung.
"Gue bisa loh bantu lo-.- kenapa lo jadi sok sok bingung gitu?!" Balasnya yang menatapku sinis
"Gangerti gue bego"
"Udah lo kebo sana mandi, pake baju sport yaw" dia mendorong tubuhku dari kasur, emang itu kasur dia?

Usai mandi dan berganti pakaian aku turun ke lantai dasar menghampiri Levin dengan outfit sport pagi ini.
Dengan kaos olahraga Nike hitam dan celana Nike yang pendek, tetapi tidak terlalu pendek berwarna putih.

"Lo mau basket atau.."
"Arghh lo mau nyuruh gue ganti? Please deh magerrrrr" keluhku yang sudah menggandeng lengan Levin manja, seperti anak kecil yang meminta balon pada ibunya.
"Ngga kok, cantik gituuu"
"TAI" aku mendorong Levin keluar rumah dan bergegas pergi ke kediaman Levin, yup Levin suka banget basket, dirumah dia ada khusus tempat latihan basket gitu.

Rindu (Proses Merapikan Cerita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang