Juni

157 11 0
                                    

Indonesia, hmm dibulan juni ini adalah kencan sejoli yang sering terpisah ini. Rintik-rintik hujan sudah membasahi jendela kamar Aletha yang menanti Levin segera tiba. Pagi ini dingin, menjadi waktu yang pas menikmati secangkir teh jepang dan roti tawar tanpa selai, sudah 15 menit berlalu sarapan Aletha telah habis disantapnya, namun batang hidung Levin belum juga nampak. "Nunggu itu berat" ucap Aletha dalam hatinya, sambil menunggu Aletha mengambil buku kecil dari slingbagnya dan pena biru kesayangannya.

Dear Levin
My Darling, apa kamu disana memikirkan ku ? Apa pikiran dan fokus mu saat membawa berjuta penumpang masih memikirkan ku ? Apa disetiap detikmu waktu membawa nama ku ? Apa disetiap heningmu kamu hanya memikirkan aku ? Apa kamu selalu menanti hari liburmu untuk menjumpai ku ? Apa disetiap doa mu kau selalu cantumkan nama ku ? Lihat kumpulan pertanyaan ini, betapa egoisnya aku. Lihat betapa aku egois dan merasa kau hanya milik ku seorang dan dunia yang Tuhan berikan untuk mu hanya diperuntukkan untuk ku saja. Jika kau tahu ini, apa kau masih siap bersanding dengan ku ? Dimalamku disetiap malamku, aku duduk diatas tempat tidurku, aku tatap lukisan besar yang kau lukis di dinding kamarku. Terlintas, tak ada gunanya aku bersama mu, kau selalu pergi, meninggalkan aku disini yang masih membutuhkanmu, disaat aku butuh kau tak bisa secepat kilat untuk datang, kita jauh aku tak tahu apa yang telah kamu lakukan diluar sana. Namun hatiku selalu berkata, percaya adalah dasar dari cinta, jika aku sudah hilang kepercayaan, untuk apa aku mencintaimu dan bertahan ? Aku masih disini dengan cinta yang sama dan orang yang sama, yang perlu aku lakukan adalah percaya dan mengerti waktu mu yang terbatas. Dear my boyfriend, aku harap kau bisa memahami yang aku inginkan, all i want.

Wanita memang suka menulis diary, seperti Aletha yang bingung disaat tak ada tempat yang pas untuk curhat, Aletha akan menulis keluh kesahnya di buku diary itu. Sahabat ? Memang sahabat menjadi orang yang pas menjadi penampungan keluh kesah kita, tapi tak semua cerita yang kita sampaikan, sahabat kita akan mau mengerti, memahami, bahkan peduli. Dan lagi ada beberapa kisah yang perlu kita rahasiakan dari siapapun. Tak terasa sudah lama ya, Levin belum juga tiba. Suasana semakin dingin.

Kling!
"Berjumpa ditaman saat ini" sebuah pesan singkat dari Levin. "Dasar, tcih" ucap Aletha mendengus kesal, ia segera menarik tasnya dan merampas kunci mobil dari laci ruang tengah.

• • •

"Lelaki apa?! Membiarkan wanita menunggu selama ini ? Ini sudah pukul 10.45 apa dia tak tahu ini sangat dingin ?" Oceh Aletha kesal yang sedang duduk dibangku taman dengan baju musim dingin. Aletha mengambil ponselnya dan membaca komik online untuk membasmi rasa bosannya.

Waktu ibaratkan sungai deras yang terus mengalir tanpa penghalang. Ini sudah 4 jam Aletha menunggu layaknya orang bodoh. Wajah Aletha memerah dengan mata yang berkaca-kaca. Ia mengusap matanya agar air mata itu tak jatuh. Aletha menunduk menyorgoh isi tasnya untuk mencari tissue. Siapa yang tak kecewa dengan hal seperti ini ? Ini menyakitkan, wanita manapun akan menangis. Aletha bodoh bukan ? Menunggu kekasihnya yang tak kunjung tiba, aku (author) yakin jika kalian menjadi Aletha kalian akan pulang dan keesokan harinya bila berjumpa akan marah dan mengoceh tanpa berhenti. Sayup-sayup kalbu di sore hari, dingin menerpa dan rintikan hujan mulai turun tanpa mempedulikan perasaan Aletha saat ini.

"Ayo pulang"

Sesaat, air itu sudah berhenti membasahi baju Aletha saat ini. Siapa gerangan yang membawa payung ?
Sepasang mata telah menemukan mata lainnya, tak lama tangan pemilik iris mata hitam pekat itu merangkul Aletha dan menuntun Aletha ke dalam mobilnya. "Kamu gapapa ?"
Apanya yang gapapa sih? Pake nanya! Batin Aletha kesal. "Aku bawa mobil sendiri, thanks" Aletha sudah melepas jaket yang diberikan lelaki itu. Namun tangan itu menghentikan pergerakannya. "Setidaknya kamu bisa bawa payung ini ? Mobil mu cukup jauh dari kediaman kita sekarang" Aletha hanya tersenyum dan mengambil payung itu lalu berlari kecil.

Rindu (Proses Merapikan Cerita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang