Mantan

542 40 10
                                    

Aku turun menyusuri anak tangga, dan melihat kak Mika yang masih berdiri di menempel pada pintu, wajahnya memerah, mata berkaca-kaca dan tentunya emosi.

"Mik, lo ga harus selalu marah gini ke gue, gue tau, gue tau gue salah udah selingkuh, tapi satu hal yang harus lo tahu! Bukan gue yang selingkuh, itu semua cuma mau bantu Bima untuk ngecek ceweknya matre atau nggak, makanya aku jalan bareng dia" seorang lelaki dengan suara yang agak besar berusaha menjelaskan sesuatu pada kak Mika.
"Pergi lo!" Hanya dua kata, hanya dua kata itu yang bisa membuat si laki-laki tadi berdiam diri.
Aku yang menyaksikan itu tak mengerti apa yang terjadi. Aku menghampiri kak Mika dan membawanya ke ruang tamu dan memberi segelas air.
Aku pun keluar rumah, menghampiri seorang lelaki yang sedari tadi menyender di jendela depan.
"Ceklek" kubuka pintu itu

"Tha!!!!!" Teriak seorang lelaki yang sedari tadi menunggu di jendela depan.
"Eh.. anak onta!!" Sontak aku terkejut dengan teriakkan itu.

Ternyata orang yang membuat kak Mika menangis adalah Bang Gilang. Abraham Gilang Syahputra pacar dari kakakku, kak Mika.

"Bang? Ngapain?" Tanyaku yang menatap wajah melasnya.
"Zaletha, please bantu abang.." ucapnya dengan tangan terkatup.

Dia menjelaskan kronologi yang terjadi di antara mereka.
Ternyata salah paham.
"Lo percaya sama abang kan?" Tanya-nya memastikanku.
"Iyeee, gue percaya ama abang"
Aku mempersilahkan bang Gilang untuk memasuki rumah kami dan menghantarkannya ke hadapan kak Mika, aku berusaha merayu kak Mika agar mau mendengar penjelasan bang Gilang.
Kak Mika pun memberi waktu untuk bang Gilang agar menjelaskan apa kenyataan yang terjadi. Lama mereka berbincang, akhirnya mereka pun berbaikan.

"Salah paham memang mengubah segalanya" batinku berkata.

"Gue gatau tuh kalian berantem, kapan?" Tanya ku setelah mereka akur kembali.
"Kemarin zalethaa.." ucap bang Bima dengan ramah, tapi aslinya bang Bima itu orangnya dingin terlebih pada wanita lain, dia ramah hanya pada kak Mika, David dan diriku.

"Wah udah jam 3 aja nih, aku mandi dulu ya" pamit ku kepada mereka berdua yang asik berpacaran dan melupakan kehadiranku.
Mereka tidak merespon pamitan ku. Dasar bucin.

Akupun kembali ke kamarku, mandi, merapikan kamar, menikmati makanan yang di hidangkan bu Sumi, dan berganti pakaian untuk segera pergi, tak terasa sudah jam 5.

"1 jam lagi" pikirku

Aku pergi ke halaman belakang untuk mengecek keadaan tamanku. Semuanya indah.
Aku mengambil selang untuk menyiram sang indah di sore ini.
Aku suka sekali terhadap bunga, oleh karna itu aku menanam bunga sendiri agar bisa terus aku pandang, rawat, dan aku petik kalau sedang panen-panennya. Aku memetiknya untuk menghias rumahku yang sederhana dan bisa dibilang mewah dengan sebuah vas bunga berisikan bunga-bungaku, dan terkadang jika ada penilaian kebersihan kelas aku pasti yang mendapat tugas untuk membawa vas bunga.
"Jadi kalau mau valentine atau hari penting lainnya bersama sang pujaan hati gampang kan? Tinggal petik-petik rangkai deh, jadilah buket bunga buat pasangan kalian. Tanpa harus beli, mending nabung uangnya buat masa depan, atau buat kamu dan pasangan kamu kedepannya" saran si author yang sok bijak padahal jomblo.

Setelah mengunjungi taman, aku menuju kulkas dan menikmati 1 mini cup yogurt strawberry.
Pada pukul 5.40 aku pun keluar dari rumah.

"Kak.." teriak David dari balkon kamarnya.
Aku menoleh ke sumber suara.
"Nitip martabak keju ya" dia merayuku dengan senyum manisnya.
"Kakak gatau, nanti kalau kakak pulang malam banget gimana?"
"Iya kalau ga sempat gapapa deh"

Hanya ku respon dengan mengacungkan kedua jari jempol ku ke atas.

Aku menunggu kehadiran Sky di depan gerbang.
Sambil menunggu, aku tentunya menatap langit yang indah di sore ini, tanpa sadar aku telah meneteskan air mata. Sebuah kelainan yang terjadi pada hidupku.

Rindu (Proses Merapikan Cerita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang