Dibawah gemerlap lampu malam. Banyak senyum yang tergemurai disini.
"Gue harap lo bahagia diacara gue ini,"
"Come on ? Sahabatku lagi bahagia masa gue gak ikut bahagia ?" Jawab Aletha tersenyum puas. Tampak dimatanya ke ikhlasan dan bahagia yang mendalam akan hari ini.Saat ini Aletha dan Trisha sedang mengobrol diruangan make up.
Ya karna Aletha sudah jomblo, jadi ia lebih gampang kemana-mana dengan motor vespanya. Apa, kemana, bagaimana selalu menjalani sendiri.
Sudah terlalu lama berbincang, mereka memutuskan untuk keluar ruangan.
Aletha berpisah dengan Trisha yang harus melayani tamu bersama Iyan diresepsinya saat ini. Aletha berdiam di sudut menatap seluruh kebahagiaan para umat. Tak lama berdiam Aletha memutuskan untuk pergi ke area kolam merendam kaki dan menulis apa yang ingin ia ungkapkan dalam bisunya.
Kaki yang dibalut high heels bening itu melangkah diatas rerumputan yang membuatnya sedikit kesulitan, sampai akhirnya menemukan permukaan yang datar, disitu juga ia melihat siapa yang berdiri didepannya dengan sikap yang santai. Malas soal urusan ini, Aletha segera berbalik untuk meninggalkan Levin yang tak menunjukkan senyumnya yang dahulu ia jadikan prioritas untuk Aletha.
"Kenapa pergi ?" Dua kata ini mampu mencegat Aletha. Ia terdiam membelakangi Levin. "Kenapa harus ada jarak ?" Sambung si lelaki dengan dasi kupu-kupunya.
"Jarak itu sebenarnya tak pernah ada. Pertemuan dan perpisahan dilahirkan oleh perasaan" balas Aletha yang bahkan tak mengerti dengan apa yang ia katakan sendiri."Mungkin aku yang menciptakan pertemuan. Dan kamu menerimanya. Disaat kita sudah dilibatkan perasaan mendalam. Kamu masih bisa saja mau menciptakan perpisahan. fantastic," balas Levin yang bertepuk tangan sambik tersenyum sinis. Perlahan Aletha mulai membalikkan badannya melihat Levin yang masih tersenyum sinis.
"Kamu harus ngerti. Disaat ada pertemuan pasti ada perpisahan,""Gak semua bisa kamu masukin ke dalam teori itu," Aletha muak melihat Levin dengan wajah santainya itu.
Semakin melihat wajah Levin kini. Kaki Aletha ingin cepat-cepat beranjak pergi. Ia berbalik badan dan berjalan cepat. Namun tangan itu lebih cepat dibanding pergerakan Aletha. Sontak terkejut, kaki Aletha menjadi terguncang dan hampir saja terjatuh. Siapa yang membuatnya jatuh, siapa yang menolongnya saat jatuh. Jawabannya satu, Levin.
"Jangan buru-buru pergi. Ayo kita ngobrol, lo gak usah sok-sokan mau kesana, disana cuma tempat orang yang lagi bahagia," ajak Levin sembari melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Aletha.
"Lo pikir gue gak bahagia gitu ?!"
Aletha menghela nafasnya dan mendahului Levin. Ia melepas heels nya lalu memasukkan sepasang kaki itu kedalam air kolam."Apa kabar ?" mulai Levin yang terdengar cukup gugup saat ini.
"Yang kaya lo liat,"
"Absurd ?"
Aletha sontak mengarahkan pandangannya ke wajah Levin yang datar menatapnya.
"Iya kaya itu ada mata pandanya," kata Levin yang menunjuk lingkaran hitam di sekitar mata Aletha dengan malu-malu.Klotak.. klotak..
"Gue cariin disini ternyata," dengan senyum tipis dan gadis berambut pirang itu menepis poni nya, ia menghadap Levin tanpa mau menoleh ke arah Aletha.
• • •
hello gurls
Aletha guys.
Trisha kenapa tha ?
Aletha gue mau ke jepang
Trisha lah ngapain ? Pengenn
Aletha gue dikirim sama RS. Untuk pembinaan sementara. Cuma seminggu sih
Trisha anjirrr. Mauu
Marsha ih pengen ikut
Aletha gue berangkatnya besok pagi masa. Besok anter gue ke bandara mau ga ?
Trisha lah gue dirumah mertua ?? Di Malng
Marsha gue anter deh. Besok jam siang aku.
Trisha sorry ya Tha
Aletha iya gapapa Trish. Makasih Sha• • •
Aletha melihat mobil yang terparkir di depannya, tak lain lagi itu mobil Marsha.
Marsha berdiri dan bersandar pada mobilnya.Aletha menarik kopernya menuju mobil Marsha.
Saat perjalanan Marsha dan Aletha hanya berdiam, hanya lagu Thanks - Seventeen yang mengalun indah di mobil Marsha.
"Tha lo kenapa putus sama Levin ?"
Mulai Marsha yang membuat Aletha dengan cepat mengalihkan pandangan dari luar jendela."Eh ? Kok tiba-tiba gitu ?" jawab Aletha sembari membenarkan posisi duduknya yang mulai tidak enak.
"Mungkin masalah ini bakal lo simpen sendiri. Ada kalanya segala cerita yang biasanya lo curhatin ke gue sama Trisha bakal ada satu cerita yang cuma lo mau pendam sendiri. Gak semua bisa lo ceritain karna gue tau lo pasti punya satu rahasia yang tau cuma lo, Tuhan dan buku diary lo,"
"Bukan maksud gue untuk gak ngasi tahu kalian, tapi gue cu—"
"Dah deh. Gue ngerti kok, sekarang lo harus fokus sama kegiatan lo di jepang. Pulang-pulang lo harus naik gelar tuh, haha,"
"Gak segampang itu kali Sha. Lo ah !" Gue mendorong pelan lengan Marsha yang disambut tubuhnya yang sedikit terkejut.
"Ye. Gak ada yang namanya pasrah sebelum mulai,"
"Tos dulu dong," sahutku dengan kepalan yang siap untuk bertabrakan dengan kepalan Marsha.
Rintikan hujan mulai turun. Menghiasi jendela mobil Marsha.
Lagu Kunci Hati dari Afgan pun mulai mengalun tenang di dalam mobil.Hai Rintikan Hujan Indonesia.
Aku juga rindu padamu. Rindu indahnya bermain hujan sembari menggenggam tangannya.
Disetiap bulir ada makna dari segalanya, makna tersembunyi dari sang pemilik hati.
See you soon Rintikan Hujan Indonesia, aku ingin bersama Rintikan Hujan Jepang untuk saat ini. Dan aku harap aku bisa bermain dibawahnya sambil menggenggam tangan itu lagi.
Dan intinya, to Levin, Thankyou, next. And byebye• • •
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu (Proses Merapikan Cerita)
RomanceRindu menuntut langit tiba.. Aku sangat cinta pada langit, dan rasa cintaku pada langit tidak sama seperti padamu, kau bukanlah langitku, langit itu jauh dan takkan pernah bisa ku gapai dan aku tak mau kamu jauh.. aku takut bila rindu telah mengunju...