III

929 57 8
                                    

Jakarta, 11 Juli 2015

Kamu harus tahu. Kamu sebenarnya spesial.

•••


"

Sungguh mempesona nya langit dipagi ini"

Ku berdiri menarik nafas dan mengeluarkannya, nafas dunia pagi memang terbaik. Kemudian aku duduk dan menyantap makanan pagi ku, cheese cake dan tentunya susu coklat buatan bu Sumi yang enaknya tingkat dewa.

Terhening sejenak... ku tatap sang Langit.
Melintaslah dipikiran ku...

"Langit... ku sampaikan rinduku pada mu, bisa kah aku menyentuh mu? Gapailah tanganku karna ku tak sanggup..
Kau incaran jauh ku yang tak kan bisa ku gapai..
Datangkan lah sesosok makhluk hidup seperti mu yang bisa membuat ku merasakan dekat dan bisa menggapai sang langit.
Aku rindu.."

Setelah sadar dari lamunan benakku
ber-opini.
"Ini aku alay atau puitis sih?"

"Bezz..bezz" getaran itu..

Group chat

|Trisha
Udah jangan liatin langit terus, otw yuk, gasabar liat lu lagi, setelah libur panjang nih..

Kemarin lu ga liat gue-.-? Lo pikir gue hantu? (Lol)

|Marsha
Dia kan anak indihome

|Trisha
Indigo kambing-,
Btw gue udah di parkiran lo ini

ini udah di motor, otw babay

|Trisha
yoi titidije gurls:)
*terkacang kan, read by all:v*

• • •

Sesampainya di sekolah, aku memarkirkan motorku dan segera berjalan menuju gerbang sekolah.

"Pagi mbak markir motor di mana ya?"

Mbak? Gue? mbak-mbak gitu?

Dalam benakku timbul tanya..
Ini kok suara nya kayak yang waktu itu ya? yang di jalan sepi.

"Oh. itu lurus aja liat kanan masuk, pilih mau markir di mana" celotehku dengan nada biasa.

"Ohh disana. Makasih ya kak. Maklum saya anak baru hehe"

Anak baru toh.

"Lu parkirin aja motor lu. Gue duluan ye takut telat"

Aku langsung berlari kecil untuk segera masuk ke gerbang SMA Angkasa Jaya.

• • •

"Woy! Wihih udah dateng Tiffany hehe"
Sapa ku untuk memulai pembicaraan kepada Tiffany.

Krik...krik...krik..

Tiffany hanya memberi tatapan dengan ekspresi yang seolah-olah menyebut, "Apa sih dateng-dateng krik aja"

"Mata mu melemahkan kuu..." balas ku seraya tersenyum lebar.

"Apasih, Ca? Nyanyi ae lu" kata Tifanny sambil membuka rotinya dan mengunyahnya dengan mantap.

"Hehe, abis mata lo sih natap nya gitu amat" candaku.

"Tauk ah gelap, gue laper lo mau gua santap?" Ancam Tiffany dengan mata sadisnya dan dilanjutkan tawaan.

"Haeh situ gaboleh terlalu sadis, nanti tertikung lagi sama kakel, btw Trisha dan Marsha dimana ya, Tif?" Tanyaku pada Tiffany.

"Bacot lu. Jangan buat gamon lu ye!"

"Iyaiya ampun buk" balasku.

"Noh mereka nungguin lu di koridor" lanjut Tiffany

"Iya deh, mangat move on nya, hm.. loh tadi gue lewat koridor ga liat mereka, mungkin karna rame kalik ya"

"Brisik ih, udah sana samperin hush hushh" dengan ucapan dan tangannya yang memberi simbol "pegi lu" aku pun melangkahkan kaki ku berjalan ke koridor.

Aku pun berjalan ke koridor.

Terpampang jelas...
Kedua sahabat ku sudah menanti dari tadi.

"Ica! Woy! Siniiii siniii!" Teriakan Marsha sambil agak sedikit berbisik dari kejauhan.

Aku pun berlari kecil mengampiri mereka.

"Murid baru cuy" ucap Trisha seraya menunjuk salah seorang siswa laki-laki  yang sedang berjalan dan di kerumuni para wanita penggilanya.

"Wih ganteng dul"

"Aiss setelah dari lahir menjomblo si Ica udah mau membuka hati pada seorang lelaki ciee" goda Marsha yang jelas aku sambut dengan tawaan.

"Eh kayaknya gue familiar deh, ketemu di..."

Hening..
para sahabat-sahabat ku sudah menanti sepatah dua kata yang keluar dari mulutku.

"Di parkiran deh" ucapku lalu setelah itu aku menunduk dan menyorgoh kantong ku untuk sebungkus permen karet. Aku kembali menegakkan kepalaku pada posisi awal. Dan kehadirannya membuatku sedikit terkejut.

"Hei, mbak yang tadi ya?"

Sekilas aku terdiam dan menatap sesosok makhluk tampan yang pernah aku temui sebelumnya.

"Mbak aja terus, yaudah lo gue panggil mas gimana emang mau?"

"Eh udah, jan galak-galak kali, Ca"

"Oh nama si kakak ini Caca? Salken yaa" ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

"Woy sejak kapan nama gua Caca, gua bu--"

"Wah keanya kalian udah kenal ya. Kalau gitu kita duluan deh, udah mau bel" Potong Trisha berniat menghentikanku.

"Iya kak" balas lelaki itu dan tersenyum.

Belum kami benar-benar meninggalkan tempat itu, tiba-tiba hentakan kaki terdengar, tidak satu kaki, melainkan banyak kaki. Segerombol siswi-siswi nampaknya sudah berlarian dan ingin menyerbu lelaki itu. Aku segera menarik kedua tangan sahabatku dan membawa mereka pergi dari keramaian yang seperti mall sedang diskon besar-besaran.

"Eh mbak tunggu.."

• • • •

Malam readers...
Hehe kali ini adalah kali pertama dalam aku mengetik sebuah cerita up nya malam-malam.
So... kalian harus tetep setia ngikutin cerita ini yahh.
Cerita ini 'mungkin menarik ataupun tidak menarik'
Big Thanks *kiss*
ILY guys:)

"Jika hak ku menulis cerita ini, bisakah kalian mendukung cerita ini dengan meninggalkan jejak dan sebuah kritikan menjadi kewajiban kalian?"

Rindu (Proses Merapikan Cerita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang