Song for this chapter:
Taken - One Direction
———
“Lisa—, lo Lisa kan? Lis, gue minta maaf.” Kata Sehun dengan suara serak yang tidak terlalu jelas.
Lisa menggigit bibir, hidung dan tenggorokannya terasa perih karena sekarang dia berusaha mati-matian menahan tangisnya. Wajah Sehun dengannya hanya berjarak beberapa jengkal alhasil air mata Lisa ikut terjatuh di wajah Sehun yang berada di bawahnya. Lisa menggeleng, dia berusaha menjauhkan Sehun lalu menunduk. Apalagi yang bisa dilakukan Lisa sekarang? Mendengar kalimat Sehun serta isi dari memo itu… membuatnya sadar kalau meskipun mereka sama-sama masih saling menyayangi, semua itu sudah tidak ada artinya lagi. Lisa tidak bisa seenaknya meninggalkan Jungkook lalu berlari ke pelukan Sehun.
Tidak semudah itu.
“Hei.” Sehun menepuk pundak Lisa. Perempuan itu pun mendongak setelah mengusap air matanya. “Lo tau nggak Lisa di mana?” tanya Sehun.
Lisa diam.
“Hei, lo kenapa nangis? Jangan nangis.” Ucap Sehun lalu tersenyum lebar.
Lisa diam.
“Gue juga pernah nangis kok gara-gara Lisa.” Sehun menunduk memperhatikan sepatunya. Kini Lisa menoleh memperhatikannya. Ingin sekali Lisa menyentuh luka-luka di wajah Sehun, dia tidak tega melihat orang yang dulu disayanginya disakiti secara brutal begitu. “Lo tau nggak Lisa siapa?”
Tepat saat Sehun mengatakan hal itu, suara klakson mobil mengagetkan keduanya. Mobil berhenti di depan mereka, kaca jendela mobil itu terbuka menampilkan Yeri dengan raut muka khawatir menatap penuh tanda tanya ke arah Lisa. Dengan buru-buru dia keluar dari mobil dan menghampiri sahabat serta kakaknya itu.
“Kok—“ Yeri memperhatikan Sehun dengan lekat lalu menghela napas. “Hhh, dia berulah lagi.” Eluh gadis mungil tersebut. Tatapannya kini berpindah ke arah Lisa yang memasang ekspresi canggung. Yeri mengerti keadaan yang sedang dihadapi Lisa saat ini. Sekarang dia heran, apa semesta sekejam itu sampai mempermainkan takdir kedua orang yang disayangnya ini?
Tanpa berkata apa-apa lagi, Yeri dan Lisa pun bergerak untuk memapah Sehun masuk ke dalam mobil. Sehun duduk bersandar di kursi bagian belakang sedangkan Lisa di bagian depan dengan Yeri sebagai pengemudi. Suasana semakin canggung saat suara hembusan napas Sehun terdengar diantara mereka. Lisa melirik diam-diam lewat kaca depan, Sehun sangat tenang dalam tidurnya. Lisa kembali menatap ke arah depan, memikirkan lagi memo di ponsel Sehun yang kini menetap di pikirannya.
Kenapa baru sekarang, Hun? Kenapa baru sekarang lo sadar kalau lo cinta sama gue? Kenapa harus disaat gue udah bahagia sama yang lain? Kenapa takdir sekejam ini sama gue—sama kita?
Melihat raut wajah Lisa yang sudah semakin murung, Yeri mempercepat laju mobilnya. Dia tahu kalau keadaan sahabatnya itu sedang tidak baik saat ini, entah apa yang terjadi pada Lisa dan Sehun tadi, tapi Yeri cukup mengerti. Sekarang sudah hampir tengah malam dan jalanan mulai sepi. Yeri baru saja akan menekan tombol power pada radio mobilnya ketika tiba-tiba orang di kursi belakang mengeluarkan suara erangan. Yeri dan Lisa refleks melirik ke belakang. Sehun terlihat tidak nyaman dalam tidurnya. Dia mengigau berkali-kali. Karena tahu Yeri tidak dapat mengecek keadaan kakaknya karena dirinya sedang menyetir, Lisa pun dengan agak canggung mengubah posisi duduknya menjadi ke arah belakang lalu menyentuh leher Sehun dengan hati-hati. Dia mengernyitkan kening karena kaget. Suhu badan Sehun panas sekali. Astaga, apa dia demam?
“Suhu badannya panas banget.” Lisa berkata pelan, tidak menyangka suara yang keluar dari mulutnya akan selirih itu. Dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier
FanfictionTentang Lisa, Sehun, dan kesempatan yang terlanjur sia-sia. 2018 © fairy-stardust