Sudah sejak pagi Lisa berada di kediaman Jungkook, sekedar membantu packing barang kekasihnya dan menyiapkan kebutuhan laki-laki itu yang akan pergi ke Amerika untuk perjalanan bisnis. Melihat Jungkook yang sudah menjadi pria sukses dengan pekerjaannya di usia yang semuda ini membuat Lisa diam-diam merasa rendah diri. Dia merasa tidak pantas berada di sisi Jungkook. Seringkali Lisa merasa kecil di hadapan teman-teman Jungkook apalagi lingkungan pertemanan laki-laki itu yang berada di antara orang-orang kaum borjuis. Tapi Jungkook selalu meyakinkannya untuk tidak perlu merasa seperti itu. Jungkook menyayangi Lisa dengan tulus tanpa memandang status.
"Kook, masih lama? Udah jam sembilan!" Lisa berteriak pada Jungkook yang masih berada dalam kamar mandi, entah apa yang laki-laki itu lakukan. Tidak mungkin dia ketiduran juga, kan?
Lisa baru saja akan melangkah mendekati kamar mandi saat Jungkook keluar sambil memasang wajah polos. Lisa berdecak gemas.
"Ayo, ih, udah jam berapa ini?!" Lisa panik sendiri melihat jam yang sudah menyentuh angka sembilan lewat sedangkan penerbangan Jungkook sendiri pukul setengah sebelas. Sikap Jungkook yang bermalas-malasan membuatnya geregetan.
Jungkook lantas buru-buru mengambil satu koper miliknya lalu melangkah diikuti Lisa menuju mobil milik Lisa yang terparkir di depan rumah. Laki-laki itu memasukkan koper ke dalam bagasi sedangkan Lisa mengunci pintu. Jungkook sempat membukakan pintu mobilnya terlebih dahulu untuk Lisa lalu segera menancapkan gas melesat ke bandara.
"Inget ya, aku nggak mau denger kabar kamu sakit selama di sana. Jaga kesehatan, aku bakal titip pesan ke Lara buat selalu jaga dan awasin menu makan kamu. Dan jangan keseringan tidur telat, kamu butuh istirahat." Celoteh Lisa setelah beberapa menit berlalu tanpa suara.
Jungkook tersenyum tipis dan mengangguk. "Bawel banget sih? Pantes Sehun suka." Ucapnya pelan yang tentu saja bisa didengar Lisa karena keheningan di sekitar mereka.
Lisa langsung menoleh sambil memasang raut terkejut. Bibirnya terkatup rapat sementara pikirannya langsung kesana-kemari memikirkan bagaimana bisa Jungkook berkata sesantai itu namun Lisa bisa mendengar nada sindiran di dalamnya. Atau apakah memang Lisa merasa ucapan Jungkook benar jadi dia merasa tersinggung?
"Kenapa kamu kaget begitu sih? Biasa aja kali," kekeh Jungkook seakan hal itu memang topik biasa saja bagi Lisa. Padahal kini jantung gadis itu sudah ketar-ketir.
"Kook, you know you should stop thinking like that. We're just--"
"Friends?" Jungkook memotong. Ia menoleh sebentar pada Lisa sambil tetap memasang senyum manis membuat Lisa semakin dipenuhi rasa bersalah, tidak tau kenapa. "Ada ya, teman yang selalu saling menatap dengan tatapan rindu? Yang saling tukar kabar setiap menit? Bahkan aku yang pacar kamu aja merasa kalah sama dia yang langsung dapet perhatian penuh dari kamu."
Suasana mereka memang kembali hening setelah Jungkook berkata panjang barusan, tapi hanya Lisa yang bisa mendengar detak jantungnya bergerak cepat. Ini kali pertama Jungkook terdengar mengeluh tapi keluhan pertama Jungkook malah sesuatu yang tidak terduga bagi Lisa. Gadis itu memang tidak bisa berbohong kalau sikapnya pada Sehun menjadi sangat perhatian semenjak laki-laki itu kembali, tapi itu juga karena Lisa tidak ingin Sehun pergi lagi.
"Bagaimana pun juga, kamu nggak bisa memperlakukan teman dan pacar kamu dengan perhatian yang sama. Teman dan pacar adalah dua hal yang seharusnya jauh berbeda, Lisa. Dan kamu," Jungkook mengalihkan padangan pada kekasihnya yang saat ini sedang terdiam, lalu kembali menatap ke arah jalanan. "Harus pilih salah satu dari keduanya."
Lisa meremas tangannya yang berada di atas paha. Ia menunduk. Hatinya perih mendengar kalimat yang keluar dari mulut pacarnya itu. Lisa merutuki dirinya sendiri yang tidak sadar bahwa Jungkook pun pada akhirnya akan tahu. Semua orang pun akan tahu dimana perasaan gadis itu akan berlabuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier
FanfictionTentang Lisa, Sehun, dan kesempatan yang terlanjur sia-sia. 2018 © fairy-stardust