Bagian Dua Puluh Empat

1.4K 159 6
                                    

Song for this chapter:

Invisible String - Taylor Swift

———

"Lisa, gue minta maaf."

Lisa menghentikan kegiatannya merapikan selang infus yang melilit tangan Sehun. Hari sudah hampir malam saat ini. Lisa memutuskan untuk menjaga Sehun sampai Yeri kembali dari rumah. Lisa menatap mata Sehun sejenak sebelum kembali menunduk.

"Buat apa?"

"Buat semua kesalahan gue. Gue selalu menyesali semua perbuatan gue. Ke semua yang udah gue sakitin. Terutama lo. Gue sadar gue pengecut sedari dulu, itu sebabnya gue kehilangan kesempatan buat bersama lo. Terus, gue juga sadar. Kepergian lo kemarin mungkin teguran dari Tuhan. Gue bakal berusaha ikhlas kalau pun lo nggak akan kembali lagi. Tapi sekarang lo di sini." Ucap Sehun dengan ekspresi tidak percaya. "Gue nggak tau apa rencana yang diberikan Tuhan pada gue dengan kembalinya lo di sini, tapi gue tetap bersyukur. Berkali-kali Lis, gue menyia-nyiakan lo. Gue buang tiap kesempatan yang kita punya cuma karena ketololan gue. Gue nggak tau kata-kata apalagi yang bisa ngungkapin penyesalan gue."

Lisa terdiam menatap mata Sehun yang sudah merah dan berkaca-kaca. Sehun menunduk dalam, berusaha menekan suara tangisnya. Dalam hati Lisa menjadi semakin mengerti rencana Seulgi. Sehun tidak mengetahui kalau Seulgi-lah yang memberitahukan keadaannya pada Lisa. Ada kelegaan dalam hati Lisa. Semua yang berantakan seperti kembali pada jalannya lagi sekarang. Melihat Sehun yang begitu menyesal dan terpukul menyadarkan Lisa bahwa mungkin ini lah kesempatan mereka. Kesempatan yang tidak bisa mereka sia-siakan lagi.

Sehun mendongak, setitik air mata kembali jatuh dari matanya. "Dengan kehadiran lo di sini sekarang, gue nggak bisa menahan diri buat nggak berharap. Tapi gue ngerti. Lo berhak buat bahagia dan mungkin bukan gue orangnya. Lo pantas dapet orang yang bisa sayang sama lo sepenuhnya." Sehun merasa hatinya berdenyut sakit. Ia menelan ludah dan membuang pandangan dari Lisa. "Yang nggak pernah nyakitin lo."

Lisa menghela napas. Ia menarik kursi ke dekat ranjang lalu duduk di hadapan Sehun. Tangannya meraih kedua tangan Sehun dengan hati-hati. Lisa bisa merasakan tatapan Sehun mengawasi tiap pergerakannya.

"Gue pun juga harus minta maaf. Lo nggak sepenuhnya salah. Waktu itu, waktu gue dengar lo udah–" Lisa menunduk dan berdeham. Sehun memejamkan mata mengingat hal itu. Rasanya ia ingin memukul dirinya sendiri. Ia bahkan ingat Jongin sudah memperingatinya.

Ini tentang lo dan Lisa. Gimana kalau Lisa tau semuanya?

"... Gue menyalahkan diri gue karena udah kecewa. Lo nggak salah kok, itu hak lo buat berhubungan sama siapa aja. Kita sama-sama salah, Sehun. Gue sendiri udah begitu jahat sama orang lain cuma karena ngebela perasaan gue ini. Berhenti nyalahin diri lo sendiri. Gue juga akan berhenti menyesalkan apa yang udah terjadi." Lanjut Lisa sambil memainkan jari jemari Sehun. Dirinya masih tidak berani mendongak.

Ada rasa sakit yang dirasakan Sehun setelah mendengar pernyataan Lisa barusan. Apakah Lisa merasa menyesal telah mencintainya? Apakah Lisa menyesal telah melepas mantannya demi Sehun? Tentu saja. Sehun merutuki dirinya sendiri yang begitu bodoh.

Lisa memejamkan mata. Ia menarik napas dan menghelanya dengan cepat. Sehun telah begitu terpukul dengan segala yang mereka telah lalui tapi Lisa masih dapat menemukan harapan di mata laki-laki itu. Jadi inilah kesempatannya. Mereka tidak bisa saling diam terus menerus. Harus ada salah satu dari mereka yang bergerak lebih dulu. Jantung Lisa terasa ingin lepas saking gugupnya. Ia meremas tangan Sehun lalu mendongak.

"Perasaan gue masih sama."

Sehun bisa merasakan jantungnya mencelos.

"H–hah?"

HappierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang