"Lis, kenapa?" tanya Wendy heran dengan Lisa yang tiba-tiba berhenti berjalan. Tapi kemudian dia tersadar sesuatu. "Astaga, gue lupa. Kak, ini Lisa, penyanyi barunya. Kak Kai udah bilangin ke lo kan soal penyanyi baru disini?" tanya Wendy pada Sehun yang masih betah memandangi perempuan berponi di hadapannya.
Keduanya malah diam membuat keadaan tiba-tiba saja menjadi canggung. Lisa sibuk membulatkan matanya kaget. Sejak kapan Sehun punya cafe? Kenapa Yeri tidak memberitahunya? Apa saja yang sudah Lisa lewatkan selama beberapa bulan belakangan? Kenapa sekarang Sehun telah menjadi orang yang sangat asing baginya? Eh, tapi bukankah itu benar? Lisa bukan siapa -siapa bagi Sehun. Tidak sekarang maupun dulu.
Akhirnya Lisa berdeham, tidak enak dengan Seulgi dan Wendy yang sudah pasti tidak mengerti dengan keadaan saat ini. Gadis itu membungkukkan badan lalu dengan senyum kecil berkata, "Halo, nama saya Lisa. Maaf, saya nggak tau kalau anda adalah pemilik cafe ini." Ucapnya dengan sopan sementara matanya mati-matian menghindari tatapan mata Sehun.
Belum sempat Sehun membalas, Seulgi sudah lebih dulu menyela, "Nggak usah terlalu formal, santai aja. Ya kan, Kak?" Tangan Seulgi tiba-tiba mengambil lengan Sehun lalu memeluknya dengan erat dan penuh antusias. Gadis yang biasanya bersikap jutek itu memandang ke arah Sehun dengan binar di kedua matanya. Mendadak Lisa merasa seperti orang terbodoh sedunia.
Melihat Sehun membalas tatapan Seulgi dengan cara seperti itu membuat Lisa ingin tertawa. Menertawakan kebodohannya sendiri yang sudah berani-beraninya berharap tentang kesempatan lagi. Dan juga, Lisa punya dosa apa di masa lalu yang membuat dia berada di keadaan sial seperti sekarang?
"I–iya, jangan terlalu kaku. Panggil gue sesantainya lo aja." Sehun sendiri malah menjawab dengan kaku.
Lisa mengangguk. "Kalau gitu gue pamit. Duluan ya." Menunduk, Lisa dengan terburu-buru berjalan melewati ketiga orang itu menuju pintu keluar. Berseru lega dalam hati karena sudah terbebas dari tatapan mata itu lagi.
———
Lisa duduk sendirian di halte menunggu Jungkook menjemputnya. Gadis itu menunduk, menutup wajah dengan rambutnya yang panjang. Dadanya sesak merasakan sesuatu yang ia sendiri tak bisa mengerti. Kalau saja dia tidak membaca folder itu, dia pasti masih menganggap Sehun tidak pernah menyukainya. Dan itu jauh lebih baik daripada mengetahui Sehun menyukainya namun kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang dia lihat tadi. Lisa tidak seharusnya merasa marah melihat Seulgi dan Sehun. Tapi lagi-lagi folder itu yang membuat pikirannya terpecah belah.
Apa benar Sehun menyukainya? Atau setidaknya, pernah menyukainya?
Suara klakson mobil mengagetkan Lisa. Gadis itu mendongak menemukan mobil Jungkook sudah berada di depannya. Lisa buru-buru bangkit berdiri lalu masuk ke dalam mobil. Jungkook yang sudah melihatnya menunduk sedari tadi langsung menatapnya khawatir. "Lisa? Kenapa?"
Bukannya menjawab, Lisa malah menatap mata Jungkook dalam-dalam. Sebelum Jungkook sempat bertanya lagi, Lisa memeluk Jungkook dengan erat. Matanya terpejam sementara tangannya meremas kemeja yang dipakai Jungkook. Tubuh Lisa bergetar namun gadis itu belum mengatakan apapun dari tadi membuat Jungkook semakin cemas.
"Sayang, kamu kenapa? Ada yang nyakitin kamu?"
Lisa ingin mengangguk namun tentu saja dia masih waras. Jungkook pasti akan menanyainya lebih lanjut jika Lisa benar-benar mengiyakan pertanyaan itu. Bahu Jungkook yang kekar pun lama-kelamaan membuat Lisa nyaman. Gadis itu memejamkan matanya lalu berbisik lirih.
"Aku sayang kamu, Jungkook." Aku seharusnya sayang kamu.
———
Jungkook memaksa Lisa untuk membiarkannya tinggal semalaman di apartemen gadis itu. Siapa yang tidak khawatir melihat kekasih sendiri menangis setelah pulang bekerja? Jungkook yakin ada sesuatu, namun sayangnya Lisa tidak berniat memberitahunya. Jungkook pun tidak memaksa, dia hanya perlu bermalam menemani Lisa sampai gadis itu merasa lebih baik. Apartemen Lisa terbilang sederhana mengingat dirinya hanya hidup sendiri. Terdapat dua kamar, satu kamar mandi, serta dapur. Ruang tengah pun Lisa manfaatkan untuk ruangan khusus bersantai. Karpet tebal melapisi lantai ruang tersebut, ditambah adanya harum lilin aromatherapy menguar ke seluruh penjuru ruangan membuat sang penghuni nyaman untuk sekedar duduk disana.
Lisa dan Jungkook memutuskan untuk menghabiskan malam mereka dengan menonton film. Keduanya sudah bersantai di sofa dengan selimut tebal menggulung tubuh mereka. Lisa merasa hangat di pelukan Jungkook meski pikirannya sedang kacau. Dia berusaha fokus dengan adegan di film Love, Rosie yang menampilkan Rosie yang sedang bertengkar dengan Alex di pinggir jalanan kota London. Kalau sedang menonton film bersama, siapapun orang yang sedang bersamanya, Lisa pasti meminta mereka untuk menonton film-film seperti ini. Lisa ingat pernah memohon kepada Sehun dulu untuk menonton film ini juga. Walaupun Sehun menolak dan mengatakan film seperti itu membosankan, tapi pada akhirnya laki-laki itu yang malah ribut sendiri dengan alur filmnya.
"Kenapa mereka nggak langsung ciuman aja sih? Ribet amat! Apalagi si siapa itu namanya?" Sehun menoleh pada Lisa, menunjuk pemeran laki - laki dengan muka serius.
"Alex,"
"Iya si Alex itu! Jadi laki kok nggak ada jantan-jantannya, nggak yakin sama perasaan sendiri. Ngapain susah-susah nyari kalau udah ada yang deket?!"
Lisa tertegun mendengar ocehan Sehun. Si bodoh ini sadar tidak sih dengan ucapannya barusan?
"Kayak lo nggak aja."
EH? APA YANG BARU SAJA LISA UCAPKAN?
"Hah?"
Lisa menggeleng pelan sambil nyengir kuda, berusaha menutupi kepanikannya. "Nggak, nggak jadi hehehehe."
"Lisa? Kamu ngantuk? Kok bengong mulu dari tadi?"
Lamunan Lisa buyar oleh sentuhan Jungkook di pipinya. Sambil tersenyum meyakinkan, Lisa mengeratkan pelukannya pada Jungkook dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang laki-laki itu. Sedangkan Jungkook mengusap-usap rambutnya pelan. Salah satu perbedaan antara Jungkook dan Sehun yaitu Jungkook tidak pernah protes dengan film pilihan Lisa. Tapi biasanya baru beberapa menit Jungkook sudah tertidur karena bosan.
"Alex ganteng banget." Lisa tiba-tiba bergumam. Matanya memandang Sam Claflin yang menjadi Alex di film itu.
Jungkook mendengus, "Gantengan juga yang lagi kamu peluk sekarang."
Lisa tergelak, tangannya menyolek dagu Jungkook yang tajam itu. "Ey, cemburu ya?" godanya.
"Mana ada."
Lisa hanya tertawa menanggapinya.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
———HALOOOOO I'M BAAACK!
jangan lupa untuk selalu vote ya, masa luangin waktu buat baca aja bisa, tapi vote doang gabisa? hehehe
thank u!<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier
FanfictionTentang Lisa, Sehun, dan kesempatan yang terlanjur sia-sia. 2018 © fairy-stardust