Sepanjang perjalanan menuju lokasi yang Lisa sudah kirimkan lewat chat, Sehun tidak bisa berhenti merutuki kebodohan dan kecerobohan gadis itu yang bisa-bisanya ketinggalan bus di jam yang sudah larut seperti sekarang. Apalagi saat ini sudah memasuki musim dingin dan udara di luar sangat mungkin untuk membekukan seorang gadis yang sedang sendirian di luar sana.
Mobil Sehun berhenti di depan sebuah halte ketika matanya menangkap sosok yang ia kenali berada di sana. Duduk sendirian sambil memeluk tubuhnya mencari kehangatan. Lagi-lagi di halte. Apakah takdir mereka memang sebatas pertemuan di sebuah halte? Sehun berdecak gemas, sudah ia duga Lisa tidak memakai pakaian cukup hangat. Laki-laki itu lantas mengambil mantel yang sudah ia siapkan dari rumah, keluar dari mobil lalu menghampiri gadis itu.
"Bodoh." Sehun memakaikan mantel tebalnya pada tubuh Lisa dengan cepat. Ia mengambil kedua tangan Lisa yang terkepal lalu ia masukkan ke dalam kantong mantel agar tidak kedinginan. Lisa sendiri belum sempat membuka mulut. Ia hanya menatap Sehun dengan heran sembari menahan diri untuk tidak merasa senang dengan berlebihan.
"Cepet banget deh?" Tanya Lisa dengan mata menyipit.
"Ya, kan, gue superman. Lo panggil sekali aja juga, gue bakal dateng." jawab laki-laki itu dengan asal. Dirinya sempat menyeringai kecil menyadari kalimatnya sendiri sementara Lisa menggeleng menahan senyum. "Yuk, dingin nih. Gila banget lo emang, sendirian di jalanan sepi kayak gini."
Setelah membukakan pintu untuk Lisa dan memastikan sahabatnya itu benar-benar duduk dengan nyaman di jok penumpang, Sehun pun memasuki mobilnya.
"Laper nggak? Mau makan dulu?" Tanya Sehun. Namun sedetik kemudian ia teringat kalau Lisa pasti akan menolak ajakannya jadi sebelum gadis itu menjawab, Sehun buru-buru menambahkan. "Gue laper banget. Makan dulu ya." Titahnya lalu mulai menjalankan mobil.
Lisa mendengus sedangkan Sehun diam-diam tersenyum kecil. "Maaf ya, gue ngerepotin lo banget. Padahal lo harusnya istirahat, tapi malah jemput gue malem-malem begini." Ujar Lisa memainkan jari-jarinya yang sempat hampir jadi es batu di luar tadi.
"Yaelah, Lis." Sehun memutar bola mata. "Jangan minta maaf mulu, kenapa sih? Lo tuh kayak sama siapa aja. Kan gue bilang, anggep aja gue super man yang bakal selalu ada buat lo."
"Apa sih." Ucap Lisa tergelak hingga refleks memukul bahu Sehun yang ikut tertawa sambil pura-pura mengaduh.
"Lo abis ngampus? Kok bisa ketinggalan bus? Ngapain dulu tadi?" Tanya Sehun yang sesekali melirik gadis di sampingnya lalu kembali fokus ke arah jalanan.
"Tadi teman kampus gue minta bantu tugas yang belum dia ngerti. Gue nggak enak lah mau nolak, lagian di rumah juga gue nggak ngapa-ngapain." Jelas Lisa. Sehun mengangguk mengerti. Sempat terpikir kalau Lisa terlalu mementingkan orang lain padahal dirinya sendiri bisa kesulitan seperti tadi, tapi rasanya Sehun perlu berterimakasih kepada teman Lisa yang secara tidak langsung telah membuat ia mengantar Lisa pulang.
Mobil Sehun berhenti di depan kedai tteokbokki. Lisa memandang ke luar sebentar lalu beralih pada Sehun. "tteokbokki?"
"Enak kalau dimakan di musim dingin begini." Jawab Sehun sambil mengedipkan mata. "Yuk."
Mereka keluar dari mobil lalu berjalan beriringan memasuki kedai yang tidak terlalu ramai. Setelah mendapat meja dan duduk bersila, Sehun memanggil ibu penjual lalu memesan pesanan sesuai yang mereka inginkan. Lisa mengambilkan gelas untuk Sehun dan dirinya lalu menuangkan teh dari teko yang sudah disediakan di atas meja.
"Thanks." Sehun bergumam, matanya tak lepas dari wajah Lisa yang tampak polos seperti tanpa make up.
Lisa mengangguk. Ia menangkupkan tangan di wajah sambil memandang Sehun dengan lamat. "Lo masih hutang cerita sama gue tentang kafe lo itu loh, Hun." Lisa menyipitkan mata, pura-pura memasang wajah sebal karena tidak pernah dikabari Sehun tentang rencananya membangun sebuah kafe. Meskipun Lisa tau kalau setelah tiga bulan yang lalu, semuanya tidak sama lagi. Setidaknya, mereka seharusnya tetap berteman, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier
FanfictionTentang Lisa, Sehun, dan kesempatan yang terlanjur sia-sia. 2018 © fairy-stardust