Song for this chapter:
You're The Last Thing On My Mind - Aaron Wright
———
Berminggu-minggu berlalu sejak Lisa pergi meninggalkan Korea dan hidup Sehun menjadi tidak sama lagi. Laki-laki itu kembali pada rutinitasnya menjadi seorang mahasiswa kedokteran yang sibuk dengan segala tugas ditambah dengan pekerjaan tambahan yaitu menjadi seorang asisten dosen. Kini kampus telah menjadi rumah keduanya, bahkan tak jarang ia menginap di ruang lab kampusnya setelah begadang mengerjakan tugas yang diperintahkan sang dosen.
Sehun kembali menjadi Sehun yang dulu. Sosok laki-laki kacau yang teman-teman dan keluarganya tak dapat kenali lagi. Ia hampir tidak pernah menginjakkan kakinya ke kafe miliknya sendiri. Kepengurusan kafe sepenuhnya diatur oleh Jongin, yang sempat kelimpungan menghadapi situasi mendadak ini. Tidak ada yang berani bertanya pada Sehun tentang hubungannya dengan Lisa atau apapun yang berkaitan dengan gadis itu. Terakhir Jongin sempat melaporkan kalau Lisa mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai penyanyi kafe dan memutuskan untuk mengambil cuti panjang kuliah, Sehun terlihat marah dengan wajah yang mengeras lalu keluar dari kafe dan tak pernah kembali.
Sehun menutup buku yang ia baca sejak dua jam yang lalu. Meskipun sedaritadi ia terlihat fokus membaca buku setebal sepuluh senti itu, tetap saja pikirannya melayang kemana-mana. Sehun beranjak berdiri, mengambil mantel dan tas yang ia sampirkan di kursi lalu keluar dari ruang lab yang saat ini bagai kamar keduanya. Tak lupa juga ia matikan seluruh lampu. Malam ini ia akan pulang setelah semalaman berkutat dengan hasil praktikum mahasiswa lain yang harus ia koreksi. Sehun tidak dapat mengelak lagi kalau tubuhnya sudah mulai menjerit kelelahan.
Seperti Sehun yang terkejut melihat wajah adiknya yang sembab seperti habis menangis ketika ia datang, Yeri pun lebih terkejut lagi mengetahui sosok kakaknya yang selama ini jarang pulang akhirnya kembali menampakkan diri. Yeri meneliti penampilan Sehun dari atas sampai bawah lalu menelan ludah pahit. Tenggorokannya sakit karena harus menahan tangis yang ingin tumpah. Melihat kondisi Sehun yang bahkan lebih buruk dari beberapa waktu lalu membuatnya bingung harus melakukan apa lagi untuk membuat kakaknya kembali seperti semula.
"Lo pulang, kak." Cicit Yeri pelan. Susah payah ia jaga suaranya agar tidak terdengar bergetar.
Sehun mengangguk dan tersenyum tipis. Ia sempat mengacak rambut adiknya lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Yeri pun mengekor di belakang.
"Sana mandi dulu, gue bikinin teh." Meskipun ia miris melihat kondisi kakaknya yang semakin kurus dan tidak terawat, Yeri tetap senang dengan fakta kakaknya masih mengingat rumah mereka. Karena Yeri pikir Sehun sudah tidak ingin pulang lagi.
Dengan semangat, Yeri mengambil dua cangkir untuknya dan Sehun. Gerakan tangannya yang sedang mengambil teh terhenti ketika tiba-tiba sebuah suara keras mengagetkannya. Dengan cepat ia menoleh ke belakang. Hampir saja ia menyenggol cangkir tadi saat ia berlari menghampiri sumber suara tersebut.
Matanya membulat melihat sosok kakaknya terbaring tak sadarkan diri di bawah tangga. Yeri hampir kehilangan napas.
"Ya Tuhan, kak Sehun!"
———
Suasana di salah satu kamar rumah sakit itu cukup lengang jika melihat jumlah orang yang saat ini berkumpul di sana. Sesekali terdengar suara isakan kecil Yeri yang sedari tadi tak dapat ia hentikan. Jennie yang kebetulan ikut berada di sana pun memeluk gadis itu dengan erat, mengusap-usap punggungnya sambil mengatakan semua akan baik-baik saja.
Dalam hati Yeri menentang kalimat itu. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada kakaknya? Yeri tidak akan baik-baik saja sebelum melihat kakaknya sadar. Yeri tidak bisa menyalahkan Lisa akan hal ini, karena kondisi Sehun yang seperti ini juga akibat kesalahan laki-laki itu sendiri. Menyalahkan Lisa atau meminta Lisa agar kembali adalah dua hal yang berat untuk dilakukan Yeri.
"Jen, aku mau ke bawah dulu sama Chanyeol sekalian beli makanan. Kamu tunggu sini ya, jagain Yeri." bisik Jongin pada Jennie sambil menepuk pelan bahu gadis itu yang hanya dibalas dengan anggukan mengerti.
Setelah Jongin dan Chanyeol keluar dari ruangan, Jennie bangkit dari duduknya lalu mendekat ke arah Yeri yang masih setia menggenggam tangan kakaknya.
"Sehun pasti bakal bangun. Dia laki-laki yang kuat. Sekarang dia cuma lagi jatuh, jadi kamu harus bantu dia buat bangkit lagi. Dia butuh kamu, Yeri. Jangan sedih lagi, ya?" Jennie berucap pelan sambil mengusap punggung Yeri.
Yeri hanya mengangguk, segan untuk membuka mulut. Pandangannya tak lepas dari sosok kakaknya yang terbaring di ranjang rumah sakit. Saat Sehun akhirnya pulang, rasanya Yeri senang sekali sampai terpikir untuk mengajak kakaknya itu untuk menghabiskan waktu bersama malam ini. Namun ia malah mendapati Sehun ambruk tak sadarkan diri.
"Sebenarnya.." ucapan Jennie menggantung begitu saja. Ia terlihat ragu ingin mengatakannya atau tidak. Namun tatapan Yeri yang sudah sepenuhnya tertuju padanya membuat Jennie mau tak mau melanjutkan. "Obat Sehun cuma satu.."
"Kak Lisa." Yeri berujar cepat dengan berbisik.
"Kalau aku boleh berpendapat, sebenarnya ini bukan sepenuhnya salah Sehun. Posisi Lisa juga masih berhubungan dengan Jungkook saat Sehun dekat dengan Seulgi. Lisa nggak berhak sama sekali untuk marah atau kecewa." Ucap Jennie sambil menatap lekat pada sosok Sehun. Yeri mengikuti pandangannya dalam diam.
"Atau ini karena mereka saling mencintai, jadi meskipun udah saling bertemu orang baru, mereka tetap berharap pada satu sama lain?" Lanjut Jennie dengan nada bertanya, entah pada siapa. Di sebelahnya, Yeri lagi-lagi terdiam karena ia pun tak pernah mengerti isi kepala dua orang terdekatnya itu.
Jennie pamit pulang setengah jam kemudian dengan diantar oleh kekasihnya, sedangkan Chanyeol sudah lebih dulu izin karena ada urusan penting. Sekarang hanya tersisa Yeri dan Sehun yang tidak kunjung bangun. Gadis itu menguap kecil, diliriknya jam di ponsel yang sudah menunjukkan waktu dini hari. Yeri melipat tangannya di atas sisi ranjang Sehun lalu menopang wajahnya di atas kedua tangannya itu. Diusapnya perlahan lengan Sehun yang terpasang infus.
Yeri menghela napas. Mulutnya terbuka membisikkan satu kalimat sebelum matanya terpejam. "You deserve better, kak."
———
Jauh dari Korea Selatan membuat Lisa sedikit rindu dengan segalanya yang ada di sana. Cuaca kota Seoul yang meskipun sedang musim panas tetap terasa sejuk. Lalu pusat kota yang selalu ramai, terutama para turis yang berkeliaran serta berbagai jenis makanan kaki lima yang sering Lisa beli setiap Minggu malam.
Berada di kampung halaman nyatanya tidak membuat Lisa merasa lebih baik. Meskipun segalanya terasa familiar karena sekarang Lisa berada di antara keluarga, namun seringkali ia terdiam lalu menyadari bahwa bukan ini yang ia inginkan. Hatinya hampa dan Lisa tahu pasti apa penyebabnya. Setiap kali hatinya terasa sakit, Lisa hanya bisa menghela napas panjang. Tak ada yang bisa dilakukan selain berdoa semoga orang yang selalu berkeliaran di pikirannya selama ini sudah lebih bahagia sekarang.
"Lalisa, ada telepon!"
Lisa menoleh pada seseorang yang berlari ke arahnya membawa ponselnya yang menyala. Dengan segera Lisa bangkit berdiri lalu mengambil alih ponselnya dari tangan tantenya. Mulutnya bergerak bertanya siapa namun tantenya hanya menggeleng.
Nomor tidak dikenal. Lisa mengernyit sebentar lalu memutuskan untuk mengangkatnya.
"Halo?"
"..."
"Halo?"
Cukup lama Lisa menunggu, namun si penelepon tak kunjung menjawab. Lisa kembali melihat layar ponselnya dengan aneh. Baru saja ia akan memutuskan panggilan saat sebuah suara terdengar mengucap sesuatu yang membuat Lisa mendadak menarik napas.
Ada apa?
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
———sekedar informasi, aku ganti cast jennie jadi pasangan kai ya. ga bermaksud apapun, cuma mau fokusin cerita ini jadi blackvelvetexo aja. terima kasih yang udah setia buat nunggu, semoga cerita ini cepet kelar ya. see you 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier
FanfictionTentang Lisa, Sehun, dan kesempatan yang terlanjur sia-sia. 2018 © fairy-stardust