Song for this chapter:
How Can I Love The Heartbreak, You're The One I Love - AKMU
———
Lisa melangkah cepat menuju ruangan Sehun. Banyak hal berkecamuk dalam pikirannya saat ini. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan setelah bertemu Sehun nanti. Lisa tidak mengerti perasaan apa yang ia rasakan pada Sehun. Lisa tentu tidak bisa melupakan saat Sehun melukainya, namun fakta bahwa Lisa bukan siapa-siapa bagi laki-laki itu membuat Lisa merasa tidak berhak untuk marah. Awalnya ia hanya sangat kecewa. Tapi kemudian setiap malam ia berharap bisa segera melihat wajah itu kembali. Ia jadi semakin tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.
Mungkin memang bukan saatnya memikirkan seluruh perasaan itu. Kehadirannya di sini hanya untuk memastikan Sehun dalam keadaan baik.
Seluruh badannya terasa dingin sekarang. Lisa berdiri di depan pintu dengan papan nomor 214. Ia mengusap wajah terutama mata yang sempat basah oleh air mata. Lisa menarik napas lalu menghembuskannya dengan perlahan. Diulang-ulangnya proses itu hingga tak sadar ia sudah mengetuk pintu lalu langsung membukanya dengan terburu-buru.
Pemandangan selanjutnya sukses membuat Lisa melebarkan mata. Badan Lisa yang sudah tegang sedari tadi seketika melemas. Kakinya terasa seperti jelly yang siap melunak di atas lantai. Lisa berusaha menelan ludah meskipun sulit.
Apa ini?
Wajah Lisa memerah. Jantungnya semakin berdebar kencang. Dipandangnya satu persatu penghuni ruangan yang ia masuki, dalam hati memastikan apakah ia salah masuk ruangan. Namun sosok seseorang yang sangat ia kenali berada di sana, menatapnya dengan mata berkilat penuh keterkejutan.
Malu sekaligus marah, Lisa buru-buru berbalik. Langkahnya panjang menuju pintu. Tangan Lisa yang sedikit gemetar sudah memegang knop pintu ketika seseorang memanggilnya dengan suara yang seharusnya keras, namun yang keluar malah terdengar lirih.
"Lisa! Argh.."
"Kak, pelan-pelan."
Dengan cepat Lisa membalikkan badan. Semula ia melihat Sehun dengan tangan dibebat infus, tubuh kurus dan wajah yang semakin tirus sedang duduk di ranjang pasiennya, sibuk mengupas pisang dan memakannya ditemani Yeri. Di samping pintu, Kai duduk memangku satu kotak donat dan seorang laki-laki asing yang berselonjor sambil asyik bermain game di ponselnya. Kini orang-orang itu telah berdiri menyambut Lisa, kecuali Sehun yang masih setia memandanginya lekat.
"Kak Lisa." Ucap Yeri, lebih seperti berbisik tidak percaya ketimbang sedang menyapa. Ia segera menghampiri Lisa lalu memeluknya. Erat namun singkat. Sebelum Lisa sanggup berkata apapun, Yeri sudah memberi kode pada kedua laki-laki yang sedang bersantai di sofa untuk segera keluar dari ruangan. Mereka dengan senang hati menurut.
Tinggal lah Lisa dan Sehun yang masih sama-sama tidak percaya, dalam konteks yang berbeda. Lisa yang masih terlihat bingung hanya memandang Sehun dalam diam. Sedangkan Sehun terlalu takut membuka suara. Takut ia akan berbuat kesalahan dan Lisa akan pergi lagi.
"Lisa.." Sehun bergumam pelan.
Lisa menelan ludah dengan susah payah. Sekuat tenaga ia tahan air mata yang mendesak ingin keluar.
Sehun terlihat ingin menggapai Lisa namun kerap meringis setiap kali ia menggerakan badan. Tangannya menyentuh perut bagian kirinya dengan hati-hati. Pandangan Lisa tak lepas dari itu semua. Sehun menangkap tatapannya lalu tersenyum. Wajahnya pucat dan sangat tirus.
"Gue nggak apa-apa, Lisa." Sehun memalingkan pandangan lalu berdeham. "Beberapa bulan ini pola makan dan tidur gue nggak teratur. Gue jarang olahraga dan setiap lagi di kampus gue hampir nggak pernah istirahat. Terus, ya, alhasil gue ambruk. Gue kena tifus, maag dan asam lambung akut dan harus istirahat total. Hehe." Jelas Sehun disertai cengiran lebar di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier
FanfictionTentang Lisa, Sehun, dan kesempatan yang terlanjur sia-sia. 2018 © fairy-stardust