Bab 5

11.6K 535 6
                                    

Kupandangi rumah besar  bernuansa Eropa Klasik bercat putih itu, aku ragu dengan keputusanku ini, tapi aku tidak punya pilihan lain,

Aku memberanikan diri memencet bel rumah ini, berkali- kali aku membuang nafas berusaha menetralisir degub jantungku, dulu saat pertama kali aku datang kerumah ini , rasanya tidak seperti ini.

Pintu terbuka menampilkan sosok perempuan paruh baya yang aku kenal dari Pak Dika bernama Bi Nunung, Salah satu ART Pak Dika, dari beberapa ART Pak Dika hanya beliau yang aku tahu namanya

" Eeh Non Kinan Toh, masuk Non"  katanya sambil melebarkan pintu , memberiku akses agar mudah masuk.

" Ehhhhng.... ehhng, Bi, Pak Dikanya ada ? " kataku ragu-ragu

" Oh Bapak, ada Non , Bapak diruang Kerjanya, Non masuk aja , udah tau kan ruang kerja Bapak , Oh yaa Non mau minum apa?" Katanya

Memang seperti biasa saat aku ingin menemui Pak Dika, Bi Nunung akan langsung menyuruhku keruang kerjanya Pak Dika, sama seperti sekarang ini

" Gak usah Bi, saya cuman sebentar kok, Makasih Yaa Bi, saya ke ruangan kerja pak Dika dulu" kataku

" sama- sama Non" katanya sembari senyum padaku

aku berjalan menuju ke ruangan kerja Pak Dika , mengetuk pintu ruangan itu dan terdengar sahutan " masuk" dari  dalam.

Aku membuka pintu dan pak Dika sedang duduk sambil menatap laptopnya. Tanpa memperdulikan orang yang baru saja masuk keruang kerjanya.

Aku memberanikan diri membuka suara terlebih dahulu.

" Permisi Pak Dika" kataku berusaha setenang mungkin

Pak Dika menatapku dengan tatapan yang sulit aku definisikan.

" Oh Kamu rupanya, ada apa kesini? " tanyanya ketus

Aku mengeluarkan kertas hasil pemeriksaan kehamilanku dari tasku dan meletakannya di atas meja kerja Pak Dika , dia membukanya dan membacanya dengan seksama.
Lalu mengeluarkan sesuatu dari laci.

" Tulis berapa pun yang kamu inginkan " katanya sambil menyodorkan cek beserta Bolpoint didepanku, membuatku mengerenyitkan dahi , bingung dengan maksudnya.

" maksud Bapak apa? " tanyaku masih tidak mengerti.

"Kamu yakin itu anak saya??"

Tanyanya yang membuatku mulai kesal

" saya tidak yakin itu anak saya"

" ambil  cek ini, tulis berapa pun yang kamu inginkan dan lebih baik kamu gugurkan saja , itu akan lebih baik untuk kamu "

" saya yakin  100% anak ini, anak Bapak, saya datang kesini bukan untuk meminta uang Bapak, saya kesini cuma minta  PERTANGGUNG JAWABAN  Bapak " kataku penuh dengan penekanan pada kata itu.

" hahahahaha , kamu jangan konyol Kinan , udahlah kamu gak usah munafik terima uang ini dan gugurkan anak itu" katanya sambil tertawa

" sampai kapan pun saya gak akan  terima  anak itu sebagai anak saya " katanya lagi sambil menatapku penuh kemarahan.

" kalo memang itu keinginan Bapak , saya harap suatu hari nanti Bapak tidak akan pernah menyesalinya, dan saya harap kita tidak akan bertemu lagi. permisi"

Kataku melenggang pergi dari rumah penjahat itu, untuk kesekian kalinya air mataku lagi- lagi menetes.

Revenge Ex- Boyfriend (Dendam Mantan Pacar )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang