Bab 9

12.3K 585 12
                                    

Tidak terasa usia kandunganku menginjak dibulan ketujuh. Yaa aku rasa mungkin sekitar begitu.
Selama ini aku tidak pernah pergi ke dokter, bahkan melakukan usg kandungan sekali pun aku belum pernah melakukannya, bukannya aku sengaja melakukan hal ini,  hanya saja aku sama sekali tidak punya uang untuk sekedar memeriksakan kandunganku, jangankan pergi kedokter kandungan , pergi memeriksakan kandunganku saja ke Bidan aku tidak mampu , selama ini aku  belum pernah melakukannya, aku hanya memeriksakan kandunganku saat ada penyuluhan kesehatan dari pemerintah, itu pun karena gratis.
Kalo disuruh membayar sepertinya aku tidak akan sanggup.

Selama ini uang yang aku dapat dari berjualan kopi hanya cukup untuk membayar kontrakan dan membeli makanan. Aku hanya bisa berharap semoga kelak anakku lahir dalam keadaan yang baik- baik saja, meskipun aku tidak pernah memeriksakannya dan  selama  ini juga, aku jarang makan makanan yang layak untuk ibu hamil, alasannya tentu saja karena aku tidak memiliki uang yang cukup hanya untuk membeli sebungkus nasi dan lauk pauk, selama ini aku hanya mampu membeli nasi dengan lauk sayur saja.

Meskipun keadaanku jauh dari kata baik, tetap saja aku bersyukur, karena masih ada keluarga pak imin yang sangat baik padaku , disaat semua orang mencemooh dan mencercaku, karena keadaanku yang hamil tanpa adanya seorang suami , belum lagi pandangan menghina dari tetangga- tetanggaku , cemoohan , hinaan sudah sering aku dengar dari mulut mereka, bahkan mereka juga tidak akan sungkan untuk menyindirku, tidak jarang pula aku mendengar mereka menyebutku pelacur.

Bukan hanya para ibu- ibu disini yang sering berkomentar pedas padaku, tetapi juga para pemuda - pemudi dan bapak- bapak disekitar sini juga , ikut menghakimiku. Seolah mereka tahu kebenaran tentang hidupku.

Padahal tidak pernah sekali pun, aku meminta makan  pada mereka, atau pun mengusik hidup mereka , tetapi mereka selalu saja menghakimiku seolah aku makhluk paling berdosa didunia ini dan mereka makhluk suci yang tidak pernah berbuat dosa.

Yaa Tuhan disinilah aku sebenarnya yang jadi korban, tetapi mereka memperlakukanku seolah akulah yang berbuat dosa.

Yaa Tuhan kenapa berat sekali menjalani takdirku, dan kenapa harus semenyakitkan  ini .

※※※※※
Sore ini aku berjualan kopi di taman kota , hari- hariku terasa sangat melelahkan, karena usia kehamilanku yang semakin menua dan perutku yang semakin besar dari hari kehari. Aku jadi mudah lelah dan akan sedikit- dikit , duduk dan istirahat.

Saat aku sedang duduk disebuah bangku taman, seorang pria yang aku perkirakan berusia sekitar 25 tahunan  dengan setelan rapi menghampiriku dan tersenyum padaku. "Mungkin dia pegawai kantoran ", pikirku melihat penampilannya.

" Maaf Mbak, mbaknya yang jualan kopi yaa " dia bertanya dengan sangat sopan.

" Iyaa Mas, Masnya mau beli kopi yaa" tawarku

" Boleh deh Mbak , tapi tolong anterin ke mobil saya yaa mbak, ini mbak uangnya" katanya sambil menyodorkan uang seratus ribuan padaku.

" aduh Mas maaf, saya gak punya uang kembalian, masnya pake uang kecil aja" akuku , memang seharian aku berjualan, aku tidak punya uang kembalian, 

" tapi saya gak punya uang kecil mbak gimana donk"

" Aduh gimana yaa mas, mas bawa aja uangnya , nanti saya anter kopinya ke mobil masnya "

" Eh jangan mbak, gini aja, mbak pegang aja dulu uangnya, nanti setelah mbak anter kopinya, nanti saya minta teman saya kasih uang kopinya keMbak , gimana?"

" Iyaa udah Mas, mobilnya masnya yang mana?"

" itu mbak mobil  yang warnanya hitam yang parkir disana, tolong anterin kesana yaa mbak , nanti ada teman saya disana, mbak kasih aja sama dia, tadi saya udah kirim WA sama dia supaya nanti dia kasih uang kopinya, saya mau cari toilet dulu, makasih yaa mbak " 

Setelah membuatkan dua buah gelas kopi sesuai pesanan mas- mas yang tadi, aku mengantar kopi pesanan ke sebuah mobil SUV berwarna hitam yang tadi ditunjukan olehnya,

Untunglah pintu mobil itu terbuka, jadi aku tidak perlu mengetuk kaca mobil itu. Dan didalamnya terdapat seorang pria dengan tubuh tegap memunggungiku.

" Permisi Pak, saya mau......."
Ucapanku terkatung diudara, saat pria itu membalikan tubuhnya kehadapanku, dan sontak karena kaget aku menjatuhkan dua gelas kopi panas dari genggamanku dan berhasil membuat kopi itu berhamburan menyiram kedua kakiku, rasa panas yang menyerang kakiku tidak ada apa- apanya bila dibandingkan dengan perasaanku saat ini.

" Hallo Cantik, long time no see" seringainya

" Sini masuk , aku mau jumpa kangen sama kamu " katanya sambil menarik lenganku , tentu saja aku tidak tinggal diam diperlakukan seperti itu.
Belum sempat aku melarikan diri dari cekalan pria Tua ini, saat aku membalikan badan dan berusaha lari , dua orang pria dengan setelah hitamnya berdiri dibelakangku dan mencengkeram bahuku.

" Ayolah Kinan, kita ngobrol sebentar, wajah kamu gak usah tegang begitu saya gak akan bunuh kamu kok"

" kenapa kamu masih diam disitu, sini masuk !!!" Seringainya sambil menarik paksaku, membuat perutku tanpa sengaja menabrak jok mobil, sebelum pria ini bertindak  membahayakan calon anakku , lebih baik aku mengikuti permainannya, dengan terpaksa aku duduk disampingnya.

Bersambung

Sorry Typo

Revenge Ex- Boyfriend (Dendam Mantan Pacar )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang