Kinan
Entah berapa harga yang harus aku bayar, untuk menginap dikamar suite ini permalam, yang jelas Si Tua itu akan memintanya padaku, suatu hari nanti.
Aku merebahkan tubuhku diatas diranjang ukuran King size yang ada dikamar ini, sambil menyusui Ben yang sudah bangun dari tidurnya.
" kamu laper yaa sayang, minum yang banyak yaa sayang, biar kamu sehat, cepet gede, pinter, dan jadi orang yang hebat"
" duh gantengnya anak mamah" kataku membiasakan diri untuk menyebut diriku dengan panggilan "mamah".
" kalo kamu udah gede jangan kaya papah kamu yaa sayang, pelit senyum, kayaknya cengir aja susah yaa Ben, nanti kamu kaya om Dito aja, udah ganteng, baik, ramah, murah senyum lagi " kataku sambil mengelus pipi jagoan kecilku. Sambil terkikik sendiri. Situa itu pasti murka padaku seandainya dia mendengarnya. Membayangkan wajah Pak Dika yang selalu masam, berubah jadi marah, benar2 mengerikan.
" jangan kamu racuni pikiran Ben, dengan kata2 tidak sopan itu Kinan" salak seseorang dari arah belakangku. Membuatku berjengit kaget.
" Pak Dika..." kataku kaget. Tidak kusangka dia akan muncul tiba2.
" Bapak, sejak kapan disitu"
" sejak kamu mengata-ngatai saya, pelit "
Ah sial aku ketahuan lagi, mati aku, bisa digoreng dadakan nih aku,
" Bapak kalo masuk kamar orang ketuk pintu dulu dong, gak sopan tau main selonong aja" kataku berusaha mengalihkan pembicaraan, agar Orang tua ini tidak mengamuk.berharap dia akan lupa soal aku yang mengata-ngatainya.
"Sejak kapan kamar ini jadi milik kamu, ini rumah saya, saya berhak masuk kemana saja yang saya mau" jawabnya Angkuh.
Benar2 Pak Dika, dia kembali ke mode songong nan arogannya, tetapi anehnya , dia hanya bersikap menyebalkan padaku, terhadap orang lain, dia ramah dan murah senyum, sedangkan padaku dia selalu menunjukkan wajah masamnya. Tidak adil memang.
Belum lagi semua keisengannya yang ia lampiaskan padaku. Aku benar2 hampir gila harus berdekatan dengan pria macam pak Dika, belum lagi otak mesumnya. Yang selalu minta "itu".
"Iya saya tahu , saya memang numpang di sini" jawabku sedih.
" Ya udah Yukk Ben, kita pergi aja dari sini, Papah kamu ngusir kita" kataku bermonolog pada Ben. Sambil mengencangkan gendongan Ben, aku berjalan menuju pintu.
" siapa yang ngusir kamu, saya cuma bilang kamu jangan mencoba meracuni pikiran Ben, bisa rusak otak Ben gara2 kamu" katanya sambil menjentikan jari dikeningku.
" Lagian kamu ini bodoh, jelas2 Ben itu anak saya, ya gak mungkin, Ben kaya Dito, kamu waktu sekolah belajar biologi dimana?, harusnya anak kaya kamu gak usah naik kelas, bodohnya kebangetan, nilai kamu juga waktu sekolah jelek semua, paling mentok cuma dapat 8 , itu juga mata pelajaran yang paling gampang"
Katanya mengejekku. "Dasar mantan wali kelas RESE", umpatku dalam hati."Bapak jangan ngejekin saya dong, bapak juga sebagai guru harusnya ngajarin saya , ngasih tau biar saya dapet nilai yang bagus" kataku membela diri tak terima dihina-hina olehnya. Entahlah aku dapat keberanian dari mana yang jelas aku tidak mau diperlakukan semena-mena olehnya.
" Halah percuma, otak kamu yang gak seberapa itu, gak bakal mudeng, Fisika aja dulu kamu dapet 2 , itu pun hasil nyontek " katanya mengejekku lagi. Benar2 menjengkelkan.
" itu kan karena bapak , gak enak ngajarinnya"
sok What , Fisika kan emang susah Pak, yaa wajarlah aku nyontek, tapi sayangnya waktu itu aku dodol banget,kalau aja dulu aku nyontek kertas ulangan Dimas, mungkin aku gak bakalan dapat 2, dan Si Tua itu gak akan mengungkitnya seperti ini, AKHHH Kinan bodoh, lagi2 aku mengumpati kebodohanku dimasa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge Ex- Boyfriend (Dendam Mantan Pacar )
RandomBertahun- tahun aku memendam perasaan dendam ini, bahkan dendam ini sudah menguasai hatiku bahkan hingga seluruh aliran darahku. Akhirnya aku menemukan cara sekaligus alat untuk membalaskan dendamku. Kalian semua bersiaplah menyambut kedatanganku b...