AUTHOR
Setelah memikirkannya , masak-masak ,Tepat pagi ini Kinan memutuskan untuk secepatnya pergi dari kontrakannya ini, baginya tempat yang dulunya aman ini sekarang sudah tidak sama lagi.
Dika, orang yang paling dia hindari sudah tahu keberadaannya dan Dika juga enggan untuk melepaskan Kinan begitu saja, tanpa membuatnya semakin menderita.Dia mengemasi beberapa barang yang dia miliki sejak dia tinggal disini, tidak banyak yang dia bawa karena memang, perabot dikontrakkannya bukanlah miliknya, hanya beberapa helai pakaian bekas milik anak Pak Imin yang dihibahkannya, secara suka rela. Selama ini Kinan memang tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli pakaian, untuk makan saja dia kesulitan, hal ini tidak luput dari pengelihatan Pak Imin dan keluarganya yang notabene tetangga sekaligus juragan Kopi, dimana tempat Kinan bekerja.
Pak Imin dan keluarganya yang merasa iba dengan kondisi Kinan pun sering membantunya, meskipun Kinan sering menolaknya.
Kinan mengunci kontrakannya dan pergi kerumah pemilik kontrakan untuk mengembalikan kunci pintu kontrakan yang ia sewa selama ini, selepas itu dia pergi kerumah pak Imin untuk memberikan setoran hasil penjualan kopi kemarin dan uang pengganti termos kopi yang kemarin hilang, kalo bukan karena Dika yang kemarin langsung memaksa Kinan ikut dengannya, Kinan tentu tidak perlu mengganti benda itu.
" Pak makasih yaa udah bantuin Kinan selama ini, Kinan banyak berhutang budi sama Bapak dan keluarga, terima kasih tidak akan cukup untuk membalas kebaikan bapak dan keluarga, Kinan pamit Pak , Buk, maaf kalo Kinan selalu ngerepotin Bapak dan Ibu " suasana haru meliputi perpisahan Kinan dan Pak Imin beserta istrinya, air mata juga sudah saling membanjiri pipi mulus kedua wanita beda usia itu.
******
Siang ini , begitu tidak bersahabat dengannya, teriknya matahari membakar kulit putih mulusnya.
Kinan masih menyusuri kerasnya jalan ibukota mencari tempat peraduan untuknya, sekaligus mencari pekerjaan, setelah berjam-jam lamanya dia menyusuri jalanan, dia melihat sebuah iklan pamflet tertempel disebuah rumah yang tergolong besar itu, pamflet berisi lowongan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga. Tidak menyia-nyiakan kesempatan Kinan mencoba memencet bel rumah itu.
Seorang wanita yang mungkin berusia mirip dengan Bu Ratna ibunya Kinan membuka gerbang.
" Cari siapa Dek " katanya lembut
" permisi Buk, saya mau tanya , apa ini betul rumahnya Bu Rina ?"
" Iyaa Betul, saya sendiri orangnya, adek ada apa mencari saya "
" begini Buk, saya mau melamar menjadi asisten rumah tangga ibu, apa boleh Bu?" Tanyanya
Jelas Bu Rina merasa bingung dengan keadaan yang seperti ini.
Melihat kondisi Kinan yang terlihat kelelahan diraut wajahnya ditambah dengan wajahnya yang pucat dan perutnya yang besar, sungguh membuat hati Bu Rina merasa tak tega, untuk langsung menolak lamaran Kinan." Dek sebaiknya , kita ngobrol didalem aja yaa, mari masuk "
Bu Rina menggeser tubuhnya dan membukakan pintu rumahnya. Setelahnya, dia langsung mempersilakan Kinan duduk, dan dia sendiri langsung pergi kedapur untuk mengambil segelas air untuk Kinan .
" diminum Dek," tawar Bu Rina mempersilakan.
" terima kasih Bu, maaf merepotkan"
Kinan yang memang sudah sangat kehausan langsung meminum setengah dari isi gelas itu.
" Maaf De, soal lamaran yang tadi, memang saya membutuhkan ART, tp saya tidak tega kalo harus memperkerjakan adek yang masih kecil dan dalam kondisi mengandung seperti ini, jadi maaf sekali , saya tidak bisa menerima adek bekerja disini"
Raut kekecewaan jelas tergambar diwajah cantik Kinan, harapan satu-satunya, kini hanya tinggal angan saja.
" tapi Bu, saya bener-bener butuh pekerjaan Bu, saya mohon, saya bisa masak, bersih- bersih , nyuci baju, nyeterika , pokoknya akan saya lakuin apa aja permintaan ibu, yang penting ibu mau terima saya kerja disini " mohon Kinan dengan wajah nelangsa.
" Tapi Dek , saya gak bisa terima wanita hamil untuk kerja disini, saya gak mau terjadi apa- apa sama kamu, saya gak bisa berjanji untuk tanggung jawab, kalo semisal kamu kenapa- napa"
Sunggu semua yang dikatakan oleh Bu Rina adalah sebuah kejujuran, dia memang merasa iba dengan Kinan, tapi disisi lain dia juga khawatir hal buruk akan menimpa Kinan kalo seandainya dia membiarkan wanita hamil itu bekerja dalam kondisi perut besar seperti itu.
" Bu saya mohon, hanya Ibu satu-satunya harapan saya, saya benar- benar butuh pekerjaan ini, saya sudah tidak punya uang lagi untuk makan dan saya juga tidak punya tempat tinggal , saya janji , saya akan menjaga diri saya baik- baik" raut wajah Kinan menampilkan kesedihan yang sangat mendalam, matanya sudah berkaca-kaca, bahkan hanya sekali kedip saja air matanya akan menetes.
Bu Rina tampak berpikir keras, disatu sisi dia tidak tega menghancurkan harapan gadis malang itu, disisi lainnya dia juga tidak ingin memperkerjakan wanita hamil.
" Baiklah , kalo kamu memaksa, besok kamu sudah bisa bekerja disini, dan satu lagi pesan saya hati-hati dalam bekerja, kalo kamu lelah kamu bisa beristirahat, jangan terlalu dipaksa, ingat kondisi kamu saat ini, saya akan tunjukkan kamar kamu"
Bu Rina membawa Kinan kekamar tamu, dia sengaja melakukannya agar Kinan kerasan tinggal dirumahnya.
Sorry Typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge Ex- Boyfriend (Dendam Mantan Pacar )
De TodoBertahun- tahun aku memendam perasaan dendam ini, bahkan dendam ini sudah menguasai hatiku bahkan hingga seluruh aliran darahku. Akhirnya aku menemukan cara sekaligus alat untuk membalaskan dendamku. Kalian semua bersiaplah menyambut kedatanganku b...