~TUJUH~

3.1K 112 1
                                    

SETELAH sampai di kantin, mereka pun memesan makanan untuk mengganjal perut yang sedari tadi berbunyi menagih hutang.

Tak perlu lama menunggu, pesanan berupa empat porsi bakso dan es teh sudah siap dan langsung diambil oleh Nadya.

"Makanan sudah siap! Silakan dinikmati!" seru Nadya sambil membawa nampan berisi empat porsi bakso dan tiga gelas es teh.

"Semua udah, 'kan? Punya gue sekarang," kata Nadya. Nadya pun langsung beranjak untuk mengambil es teh miliknya.

Namun, saat ia berbalik badan, tanpa sengaja Nadya menabrak seorang lelaki yang berada dibelakangnya.

"Ss--sorry gue gak sengaja," kata Nadya saat melihat tumpahan jus jeruk mengenai pakaian lelaki itu. "Sini gue bersihin!" lanjutnya tanpa melihat ke wajah si empunya pakaian.

Laki-laki itu berdecak. "Lo kalau jalan liat-liat dong!" hardik laki-laki itu. Karena merasa tak asing dengan suara itu, Nadya mendongakkan kepalanya untuk melihat si pemilik suara.

Mata kedua insan tersebut terbelalak setelah melihat satu sama lain. "LO?!" Mereka pun beradu tatapan tajam. Tak sadar saja mereka karena suara mereka yang cukup keras, penghuni kantin langsung mengalihkan perhatian mereka ke Nadya dan... ah, Randy. Ya, laki-laki itu adalah Randy.

"Lo 'kan cewek yang waktu itu gue tolong!" kata Randy.

"Emang kenapa?" jawab Nadya ketus sambil bersidekap dan memalingkan wajahnya.

"Kalau gitu lo harus buktiin omongan lo tadi yang bilang mau bersihin baju gue. Itung-itung sebagai balas budi karena lo udah gue tolong," kata Randy santai.

"Enak aja! Jiwa penolong gue udah ilang setelah liat mukak lo!" kata Nadya lalu beranjak pergi dari hadapan Randy dan menuju meja tempat teman-temannya berada.

Namun langkahnya terhenti setelah sebuah tangan mencekal pergelangan tangan kanannya.

Tanpa disadari, semua pasang mata penghuni kantin telah menjadikan mereka tontonan gratis. Ada yang berteriak histeris, ada yang memberi mereka support, ada yang mencaci karena Nadya bersikap tak sopan pada ketua OSIS idaman mereka, dan ada yang menatap tajam ke arah mereka. Siapa lagi kalau bukan Vania dan Devita.

Vania dan Devita. Dua cewek famous dan cantik yang menjadi idaman para cowok di SMA Nusa Harapan, terkecuali Randy, Andri, dan Angga.

Vania selalu mengejar Randy si Ketua OSIS idaman. Devita yang selalu mengejar Andri si ketua KIR yang juga merupakan Sekretaris OSIS dan Angga, kakak kelas kapten Basket yang tingkat ketampanannya hampir menyamai Randy. Bahkan Devita merupakan mantannya Andri, namun ia tidak terima saat Andri minta putus. Dan sampai sekarang ia masih mengejar-mengejar Andri.

Mereka akan menindaklanjuti cewek-cewek yang berani mendekati ketiga cowok idaman seantero sekolah itu. Tak segan-segan mereka akan mem-bully, bahkan sampai ada yang pindah sekolah.

Kembali lagi ke Nadya.

Nadya menengok dan mendapati tangan Randy-lah yang memegang tangannya. Nadya lantas menghempas kasar tangan Randy hingga membuat lelaki itu setengah terkejut.

"Ngapain lo megang-megang tangan gue?!" todong Nadya.

"Lo harus bersihin baju gue," kata Randy santai.

"Bersihin aja sendiri. Lo 'kan punya tangan!" kata Nadya judes.

"Gue gak mau tau! Sekarang, lo ikut gue!" seru Randy sambil menarik paksa Nadya untuk mengikutinya.

Nadya menghempaskan lagi tangan Randy, namun kali ini lebih kasar. "Kasar banget sih lo sama cewek?!" seru Nadya. "Gue juga laper, tau?!" lanjutnya kemudian.

"Lah, terus siapa suruh nyiram baju gue?" tanya Randy santai.

"Emang gue sengaja, ya?!" kata Nadya balik bertanya.

Randy menggedikkan bahunya. "Mana gue tau!" katanya santai. "Mending lo bersihin baju gue dulu, nanti gue traktir deh!" tawar Randy kemudian.

"OGAH!" seru Nadya lalu menuju kursinya.

"Gue gak terima penolakan!" kata Randy seraya menarik tangan Nadya, lagi.

"Heh! Heh! Ketos! Lo mau bawa gue kemana, hah?!" pekik Nadya sambil meronta. Namun percuma saja karena tenaga Randy lebih besar darinya.

"Bawel amat sih! Lo bisa makan nanti!" kata Randy.

"Tapi gue lapernya sekarang, goblok!" seru Nadya, namun tak digubris oleh Randy.

Randy membawa Nadya ke wastafel yang ada di luar kamar mandi perempuan. Sengaja ia pilih karena tidak mungkin baginya untuk membawa Nadya ke kamar mandi laki-laki. Apalagi wastafel terletak di dalam kamar mandi, tidak seperti wastafel di kamar mandi perempuan.

"Cepet bersihin!" suruh Randy layaknya ibu tiri. Dengan terpaksa Nadya mengikuti suruhan Randy itu.

"Coba aja gue gak utang budi sama ni orang, gue gak bakal mau bersihin bajunya," gumam Nadya hampir tak terdengar.

"Dasar OSIS nyebelin!"

"Apa lo bilang?!"

"Bukan apa-apa." kata Nadya datar. "Udah nyebelin, pake tuli lagi." bisik Nadya.

"Gue denger lho,"

"Bodo amat." Randy hanya menggeleng melihat tingkah gadis dihadapannya. Ia tak pernah melihat gadis manapun tak terpengaruh dengan wajahnya. Namun sekarang berbeda, gadis di hadapannya ini sangat acuh bahkan terkesan sangat membencinya.

"Udah selesai. Gue mau balik ke kantin. Bye." ucap Nadya lalu beranjak pergi.

"Eh, tunggu dulu! Gue 'kan punya janji sama lo." seru Randy yang membuat Nadya berhenti namun tak membalikkan badannya.

"Anggap aja gak pernah." kata Nadya datar, namun masih bisa didengar oleh Randy.

Gue salah apa sih ke dia dulu? batin Randy sambil memandang punggung Nadya yang perlahan mulai menjauh.






※ ※ ※

"BERAPA, Bu?" tanya Nadya setelah menghabiskan mie rebusnya. Sedangkan bakso yang tadi ia pesan udah dihabiskan oleh teman-temannya.

"Tujuh ribu, neng." jawab ibu itu.

"Nih, Bu!" ucap Nadya sambil menyodorkan uang sepuluh ribuan pada ibu itu.

Uang yang tadinya akan diberikan kepada ibu itu dirampas oleh seseorang. "Eh, eh cop--lo lagi?! Sebenernya mau lo apa sih?!" seru Nadya.

"Gue cuma mau nepatin janji gue," jawab Randy santai. Ya, copet itu adalah Randy.

"Gue 'kan udah bilang gak perlu," kata Nadya.

Randy mengambil tangan Nadya dan meletakkan uang yang sempat ia copet itu di telapak tangan Nadya lalu menutupnya. "Lo simpen. Biar gue yang bayar." Nadya terpaku dibuatnya.

"Nih, Bu. Kembaliannya ambil aja, Bu." kata Randy sambil memberikan selembar uang berwarna biru pada ibu kantin.

Nadya yang sejak tadi terpaku terus menatap tak percaya dengan lelaki di hadapannya itu. Dan Randy? Randy yang mendapat tatapan bingung dari gadis di hadapannya langsung melempar senyuman maut padanya. Sedangkan gadis dihadapannya itu tak bereaksi seperti gadis-gadis lain.

Nadya kemudian mendekati Randy dengan tatapan penuh kebencian. "Gue benci banget sama lo." lirih Nadya lalu pergi meninggalkan Randy yang kebingungan.





>>>>>>>>>>
Ada yang penasaran gak kenapa Nadya benci banget sama Randy?
Smoga ada yaa.. soalnya saya juga penasaran...😂😂
#penasaranngajakngajak

Sorry karena updatenya lama dan pendek, dan pliss jangan hapus 'RaN' dari library kalian kalau ada yang nyimpen (smoga ada sih)

Oke. Stop dramanya
Kalian jangan lupa vommentnya yaaa...
Makasih

-chandra-

RAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang