KINI, Nadya telah sampai di depan mobil Pak Herman bersama Pak Herman. Ia dengan wajah kesalnya, membuka pintu penumpang dan.... BOOM! Mata Nadya dan orang yang ia lihat di dalamnya bertemu. Orang itu tengah duduk berdua saja dengan cewek Vania di kursi penumpang.
"Pak, kok dia ikut, sih?" tanya Nadya pada Pak Herman sambil menunjuk ke orang yang diajaknya beradu mata.
Pak Herman menengok ke orang yang ditunjuk oleh Nadya.
"Randy? Dia 'kan juga ikut lomba, jadi dia ikut." jawab Pak Herman.
"Kalo gitu, boleh saya balik ke bus aja, Pak? Saya males ketemu dia soalnya." ujar Nadya.
"Udah lah Nad, lo duduk sama gue aja kalo gitu." celetuk Andri yang sedari tadi duduk di kursi depan.
"Ran, lo pindah ke depan, kasi gue di sana." kata Andri pada Randy kemudian.
"Apaan lo?! Randy tetep di sini sama gue!" hardik Vania yang sedari tadi duduk di sebelah kanan Randy.
"Ish! Kalo gitu lo aja yang pindah!" Andri keluar dari mobil, berjalan ke sebelah kiri mobil, dan membukanya.
"Keluar!" titah Andri.
"Enggak!" jawab Vania sambil memeluk erat lengan Randy.
Andri menarik paksa Vania keluar dari mobil, dan berhasil!
"Ayo ikut!" Andri menariknya ke kursi depan.
"Masuk!" Andri mendorong Vania masuk dan menutup pintunya.
"Apa-apaan sih lo?! Buka pintunya, Ndri!"
Andri menahan pintu mobil agar tidak bisa dibuka oleh Vania. "Nad! Masuk cepetan!"
"Enggak."
Andri geram. Ia mendorong lembut Nadya masuk ke mobil tanpa melepaskan pertahanannya terhadap Vania. Ia juga ikut masuk kemudian.
"Pak! Kunci mobilnya!" teriak Andri pada Pak Herman.
"Heh! Kamu gak sopan ya sama orang tua?!"
"Maaf, Pak. Tapi, tolong kunci pintunya."
Pak Herman menghela pasrah dan mengunci pintu mobilnya.
"Yah, kok dikunciin sih, Pak?! Saya 'kan mau keluar!" rengek Vania.
"Durasi." kata Pak Herman sambil memukul-mukul jam tangannya.
"Makasi banget ya, Pak, atas kerja samanya." kata Andri antusias.
Pak Herman mengangguk. "Mobil Bapak gak papa, 'kan?"
Andri, Vania, Randy, dan Nadya memasang wajah kesal.
"G-gak papa kok, Pak." Andri menjawab dengan muka masam.
"Sip."
Mereka berempat kembali ke aktivitas semula.
Vania yang dipaksa pindah hanya cemberut sepanjang perjalanan. Andri mulai menggoda Nadya dengan gombalan-gombalan pasarannya. Nadya hanya memasang muka jutek sepanjang perjalanan tanpa menghiraukan gombalan Andri. Randy sama seperti Nadya, memasang muka jutek juga karena harus mendengar gombalan-gombalan menjijikkan ala Andri.
"Ck. Lo bisa diem gak sih, Ndri?! Ngoceh terus daritadi." kata Randy.
"Lo cemburu?"
"Enggak. Cuma jealous."
Andri, Nadya, Vania, dan Pak Herman terkejut mendengar pernyataan Randy.
"Masa iya gue jealous sama lo. Tipe gue itu bukan kayak dia." lanjut Randy kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAN [Completed]
Teen FictionMAU DAPET FEEL-NYA? BACA DULU YAA!! Ini hanya kisah anak SMA yang awalnya hanya penasaran dengan akar permasalahannya, namun berakhir rumit karena lika-likunya dan terjerumus dalam dinamika cinta. Ini hanya kisah dua insan Tuhan yang terhubung karen...