"OKE, rapat akan dilanjutkan besok pagi. Para anggota diharapkan pukul 8 pagi sudah ada di sekolah. Rapat hari ini ditutup. Terima kasih." kata Randy dengan wajah tanpa ekspresi.
Para anggota OSIS dengan cepat memasukkan alat tulis mereka. Mungkin mereka lapar, sebab rapat baru ditutup satu jam setelah bel pulang sekolah. Itu pun sudah dipercepat. Tanpa basa-basi, mereka kemudian keluar dari ruang pertemuan. Begitu pula dengan para inti OSIS, termasuk Vania.
Setelah kecurangannya terungkap, ia cukup sulit berkomunikasi dengan sesama OSIS. Terlebih lagi, di dalam inti OSIS hanya dia yang perempuan, selebihnya laki-laki, dan semuanya mendukung hubungan Randy dengan Nadya, bukan dengan dirinya.
Randy dengan setengah berlari, menghampiri Nadya yang tengah duduk di depan kelasnya sambil memainkan ponselnya.
Seharusnya rapat diadakan setelah jam istirahat pertama, bukan jam pelajaran terakhir. Terlebih lagi, ini rapat penting, untuk persiapan Penilaian Akhir Semester yang diadakan seminggu lagi. Tidak mungkin dia tidak menghadirinya.
Untuk masalah Nadya, sebenarnya dia sudah menyuruhnya pulang dengan teman sekelasnya, namun Nadya ngotot menunggu. Katanya dia juga ada rapat pengurus baru ekstra bulutangkisnya. Awalnya Randy tidak sepenuhnya percaya, namun setelah bertanya langsung pada Darren, ia pun percaya.
"Lama, ya, nunggunya?" tanya Randy.
Nadya mendongak. "Nggak, kok. Gue baru sekitar sepuluh menit yang lalu selesai rapatnya." Nadya tak mengada-ada hanya demi membuat Randy tak khawatir. Ia bukan tipe orang yang ingin menutupi masalah jika masih bisa ditolelir. Namun jika memang diperlukan, mungkin suatu saat ia akan berbohong.
Randy tersenyum. "Yuk."
Nadya beranjak dari kursinya, lalu mengikuti langkah Randy menuju halaman parkir.
"Mau makan dulu atau gimana?" tanya Randy.
"Gak usah. Langsung pulang aja. Kasian Bi Ayu yang udah masak." kata Nadya.
Randy mengangguk paham, kemudian memberikan sebuah helm pada Nadya, lalu memakai helm untuk dirinya sendiri. Ia tak ingin berlama-lama. Kasihan pada Nadya yang mungkin saja sudah kelaparan. Tak bisa dia membayangkan saat Nadya masih salah paham terhadap dirinya waktu itu dan pulang jam lima sore karena orangtuanya baru pulang kerja dan baru bisa menjemput Nadya. Andai saja mereka tidak bertengkar.
Mungkin itu yang Randy pikirkan kala itu.
Mereka sudah siap. Nadya sudah duduk di boncengan, dan Randy sudah siap dengan atributnya. Tak perlu lama, motor itu pun menyibak jalanan ibu kota, beradu kecepatan dengan laju motor lain, seolah sedang balapan. Entah apa yang dikejarnya. Waktu mungkin.
Sampai tiba di persimpangan empat, motor Randy berhenti karena lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Langit cerah setengah mendung membuat matahari tak terlalu menyengat sehingga para pemotor tidak terlalu kepanasan, termasuk Randy dan Nadya. Mereka harus menunggu selama empat puluh detik agar lampu lalu lintas kembali menunjukkan warna hijau, tanda mereka bisa memutar gas kendaraan mereka.
"Liat, deh, dua orang yang di depan kita ini," kata Randy pada Nadya.
Nadya langsung beralih pandang ke motor matic yang berhenti di depan motor Randy, lalu melihat ke dua sejoli yang duduk di atasnya.
"Yang cewek meluk si cowok. Gue jadi pengen," lanjut Randy.
Nadya mengernyit. "Maksudnya?"
Randy tersenyum lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gak papa. Gue gak bisa wujudin sekarang. Lain kali aja."
Nadya tak berkomentar. Entah paham atau tidak, kalimat Randy barusan berhasil menari-nari di otaknya.
Detik terakhir dari lampu merah berakhir, berganti menjadi lampu hijau yang dimulai dari hitungan keduapuluhlima. Memang begitu kenyataannya. Lampu merah selalu lebih lama dibanding lampu hijau. Apalagi ketika matahari sedang terik-teriknya, empat puluh detik serasa satu jam bagi para pengendara terutama pemotor. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab para pemotor menghindari lampu merah dengan berbagai taktik ide mereka. Ada yang nekat ngebut dari kejauhan padahal sudah terlihat lampu berwarna kuning, dan ada yang sengaja belok ke kiri di mana biasanya ada peraturan 'belok kiri jalan terus' lalu berbelok ke kiri lagi dari jalan sana. Kadang, orang menjadi lebih pintar dari biasanya ketika sedang menginginkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAN [Completed]
Teen FictionMAU DAPET FEEL-NYA? BACA DULU YAA!! Ini hanya kisah anak SMA yang awalnya hanya penasaran dengan akar permasalahannya, namun berakhir rumit karena lika-likunya dan terjerumus dalam dinamika cinta. Ini hanya kisah dua insan Tuhan yang terhubung karen...