RANDY menatap lekat-lekat cewek yang tertidur. Senyumnya tak pernah hilang dari tempatnya. Matanya memancarkan binar-binar bahagia. Cewek di depannya juga tidak memakai selang oksigen lagi. Mesin elektrokardiograp juga tidak tersambung ke tubuhnya lagi.
Beberapa saat kemudian, cewek itu menggeliat malas. Merasa diperhatikan, mata cewek itu pun terbuka perlahan-lahan. Dia kemudian memperhatikan Randy yang ada di depannya, tengah menatapnya sambil tersenyum.
Bukan main bahagianya Randy ketika melihat cewek di depannya, Nadya, sedang menatapnya. Setelah dua minggu dan sempat hampir divonis telah meninggalkan dunia, akhirnya dia bisa melihat mata Nadya terbuka. Tadinya dia sedang pergi ke rumah Kevin untuk sedikit menghilangkan stres, tetapi tiba-tiba ponselnya berbunyi dan menampilkan nama Vika.
"Ada apa?"
"Nadya siuman."
Hanya dua kalimat itu yang mereka bicarakan di ponsel karena setelahnya Randy langsung mematikannya sepihak kemudian bergegas pergi ke rumah sakit. Bahkan teman-temannya tak dihiraukan ketika mereka mencoba bertanya.
"Nadya," panggil Randy. Dia masih terlalu bahagia untuk bicara.
"Y-ya?" Dengan susah payah akhirnya dia bisa bicara, meskipun suaranya kecil.
Seketika Randy mengernyit. Dia mulai curiga akan sesuatu ketika menyadari Nadya tidak menunjukkan respon bahagia saat bertemu dengan dirinya.
"Lo--"
"Se-sebentar," Nadya memegang kepalanya dengan tangan kanannya. Kepalanya sakit. "Ka-kamu siapa?"
"Lo lupa sama gue?" tanya Randy, kecewa.
"Ma-maaf. Ta-tapi sa-saya ngeras-a ka-kalau kita de-deket." ucap Nadya memaksakan.
"Jangan maksain." Meski kecewa, tetapi Randy cukup khawatir. "Gue Randy."
"Ra-Randy?" Nadya tampak mengingat-ingat. "Sa-saya inget nama kamu, ta-tapi lu-lupa muka kamu."
Randy menghembus napas pasrah, lalu tersenyum. "Gak papa, yang penting lo masih inget sedikit tentang gue."
Nadya tersenyum tipis.
"Lo bilang, lo ngerasa kalau kita deket? Lo inget apa lagi tentang 'Randy'?" tanya Randy.
"Ee.. ka-"
"Gini aja, gue sebutin, lo tinggal ngangguk kalau lo inget, geleng kalau lupa. Oke? Biar lo gak maksain ngomong." kata Randy dan disetujui Nadya. "Tapi pelan-pelan aja."
"I-ya." jawab Nadya.
"Lo inget dulu kita pernah musuhan karena suatu masalah dan gue dulu gak nyadar kalau lo gak suka sama gue?" tanya Randy.
Nadya diam sebentar, lalu mengangguk.
Randy tersenyum. "Lo inget kalau lo dulu minta maaf ke gue waktu gue sakit?"
Nadya mengangguk. "Di-si-ni."
Randy tersenyum lega lagi. "Lo inget kita musuhan lagi setelah itu karena gue difitnah?"
Nadya diam sebentar untuk mengingat, kemudian dia mengangguk. "Va-nia. Ta-tapi lu-pa mu-kanya."
Randy mengangguk. "Lo inget gue pernah ngajakin lo ke Bogor?"
Nadya diam lagi. "Sa-sate?"
Randy mengangguk antusias. "Terus, lo inget kalau kita pacaran?"
Nadya diam. "Pa-ca-ran?"
"Iya. Inget?" tanya Randy.
Nadya berusaha mengingat, lalu menggeleng.
Randy menunduk kecewa. Nadya ingat semua, tetapi mengapa bagian terpenting tidak ia ingat?
KAMU SEDANG MEMBACA
RAN [Completed]
Teen FictionMAU DAPET FEEL-NYA? BACA DULU YAA!! Ini hanya kisah anak SMA yang awalnya hanya penasaran dengan akar permasalahannya, namun berakhir rumit karena lika-likunya dan terjerumus dalam dinamika cinta. Ini hanya kisah dua insan Tuhan yang terhubung karen...