~LIMA PULUH TIGA~

1.9K 71 2
                                    

KURSI roda Nadya menarik perhatian semua siswa. Ketika baru datang, turun dari mobil, sampai kini dia telah sampai beberapa meter dari gerbang, semua mata menatapnya serius.

"Kamu yakin mau sekolah sekarang?" tanya Risma.

"Yakin, Bunda." kata Nadya sambil tersenyum.

Risma mengangguk. "Tapi, kamu gak risih sama mereka?"

"Biarin aja. Lagian siapa yang gak tertarik liat hal yang berbeda." kata Nadya.

"Ya udah, terserah kamu." Risma membiarkan saja.

Semakin dekat dengan lorong kelas, semakin banyak pasang mata yang menatapnya. Ada yang menatap gembira karena kesembuhannya, ada yang menatap tidak suka, ada yang menatap seperlunya, ada yang menatap penasaran, ada pula yang memberikan tatapan ejekan. Mungkin banyak dari mereka yang menertawai ketidakberuntungan Nadya, juga banyak yang tidak suka jika dia kembali sekolah karena merasa sulit untuk mendekati Randy. Padahal tidak ada Nadya pun, mereka tidak bisa mendekati Randy.

Sementara dari kejauhan, Randy tersenyum memandang gadisnya telah kembali sekolah. Tangan lalu merogoh saku celananya, dan mengambil ponselnya. Dia mengetik satu kata, lalu mengirimnya ke nomor Nadya.

Akhirnya.

Setelahnya, dia menunggu reaksi Nadya.

Namun, sampai batas waktu sewajarnya SMS terkirim, Nadya tak sedikit pun beralih ke ponsel yang digenggam tangan kirinya yang diperban. Nadya masih sibuk membalas senyuman orang-orang yang tersenyum padanya. Mungkinkah dalam mode diam? Atau baterainya habis?

Beberapa saat kemudian, Nadya beralih pada ponselnya. Terlihat dari posisi Randy sekarang jika Nadya tersenyum dan sedang mengetikkan beberapa kata. Hal itu tentu membuat Randy tersenyum bahagia.

Namun setelah dipastikan Nadya sudah mengirim balasan, Randy tak menerima apa pun dari ponselnya. Bahkan sampai Nadya masuk ke kelasnya, Randy tak menerima pesan apa pun. Lalu, ke mana Nadya mengirim pesan? Mungkinkah dia tidak menerima SMS dari Randy? Jika ya, ke mana SMS Randy terkirim?

Sungguh, ini benar-benar membingungkan baginya.





※ ※ ※

BARU saja Nadya sampai di tempat duduknya dan Risma meninggalkannya, mejanya sudah dikerubungi anak-anak satu kelas, tak terkecuali teman-temannya. Bahkan anak-anak dari kelas lain juga banyak yang mengintip dari luar kelasnya. Tak jarang juga yang sampai masuk ke kelasnya hanya untuk sekedar memuaskan rasa penasaran.

"Minggir! Minggir! Kasian Nadya! Sumpek tauk!" Suara Vika menggelegar, mengusir kerumunan yang seketika membuatnya dihujam tatapan tidak suka. Lalu matanya beralih ke jendela di mana anak-anak dari kelas lain mengintip. "Itu yang di luar ngapain ngintip-ngintip segala?! Kepo lo?! Sana-sana! Gak ada yang menarik!"

"Udah lah, Vik. Biarin aja. Lagian siapa yang gak kepo liat yang beda gini?" kata Nadya.

"Kepo, sih, kepo! Tapi, ya, gak gitu juga! Alay banget!" Vika dongkol.

Nadya menggeleng, lalu tersenyum.

"Sorry, ya, Nad. Kemarin-kemarin gue gak jenguk lo, belum diizinin soalnya." kata Nisa yang duduk di bangku dekatnya, namun bukan di sebelahnya karena di sebelah Nadya sudah di duduki Ve.

"Lo..." Nadya mengernyit, berusaha mengingat.

"Gue Nisa. Lo gak inget?" ucap Nisa.

"Maaf, gue lupa." kata Nadya.

"Gak papa, kok. Nanti juga inget lama-kelamaan." Nisa lalu tersenyum.

"Tapi kenapa lo..." Tangan Nadya menunjuk kaki Nisa dengan ragu, takut salah.

RAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang