~DUA PULUH DELAPAN~

2.5K 98 4
                                    

KESEKIAN kalinya sudah Nadya melangkahkan kaki, tetapi kebingungannya masih hanya merajai pikirannya. Bagaimana tidak? Baru saja ia turun dari mobil antar-jemputnya, ia sudah disuguhkan dengan pemandangan berbeda. Halaman sekolah dipenuhi siswi-siswi dari berbagai angkatan. Ada yang membawa cokelat batangan yang dihiasi pita berwarna pink, ada pula yang membawa souvernir-souvernir atau barang-barang yang terbilang mahal. Entah untuk apa, Nadya tidak tahu. Yang pasti mereka semua sedang menatap dirinya sekarang. Mungkin mereka menyadari jika dirinya tidak melakukan hal yang sama seperti mereka.

Suasana kelasnya tak jauh berbeda dari halaman kelas. Hanya saja di sana lebih heboh. Pekikan-pekikan histeris oleh siswa perempuan memenuhi ruang kelas XI-1. Siswinya sibuk mempercantik diri. Dan Nadya semakin bingung dibuatnya.

Nadya berjalan perlahan menuju bangkunya sambil terus melihat ke berbagai penjuru kelas yang dipenuhi siswi-siswi itu. Mata Nadya teralihkan ke pojok belakang kelas yang diisi oleh siswa laki-laki kelas itu. Mereka membuat satu kelompok dan menatapi semua siswi-siswi itu dengan sinis. Ada yang duduk saja, ada yang bersidekap, dan ada pula yang terang-terangan menyidir mereka.

"Han, Vik, Ve, ini ada apa, ya? Kok semua pada aneh?" tanya Nadya pada Hana yang duduk di belakangnya.

Hana, Vika, dan Ve yang semula mengobrol langsung menoleh ke Nadya.

"Aneh gimana maksudnya?" tanya Hana.

"Ya kayak kalian ini. Bawa-bawa coklat lah, make up lah, bawa barang-barang mahal lah! Dibilang valentine, bukan, secara sekarang 'kan bulan September, bukan Februari." jelas Nadya panjang lebar.

Vika terkekeh. "Nad, emang lo gak tau? Sekarang 'kan ulang tahunnya Randy!"

Nadya terkesiap. "Jadi, maksud kalian, semua perubahan ini terjadi karena ulang tahunnya si Ketos itu?"

Mereka bertiga mengangguk mantap.

Nadya makin tercengang. Ia lalu duduk di bangkunya. "Emang dia siapa, pake ada event beginian setiap ulang tahunnya dia?!"

Ve memutar bola matanya malas. "Nad, dia 'kan cowok terganteng dan terkeren di sekolah kita, jadi wajar aja kalo cewek-cewek satu sekolahan sampe kayak gini,"

"Iya. Bahkan para kpopers pun juga setuju kalo Randy itu ganteng. Mereka semua ikut kayak gini." timpal Vika.

"Semuanya?" tanya Nadya masih tak yakin.

Mereka bertiga mengangguk.

Nadya melotot tak percaya.

"Jangan salah, Nad! Randy pasti bakal bawa seenggaknya dua plastik merah besar coklat nanti!" kata Hana.

Nadya gelisah tak percaya. "Tu-tunggu bentar, deh! Ini kalian yang gila atau gimana, sih?! Kalian ngabisin uang kalian cuma buat beliin si Ketos pecicilan itu hadiah?!"

Mereka bertiga mengangguk.

"Sadar! Dia itu gak seganteng itu sampe dipuja kayak gitu!" kata Nadya tak habis pikir.

"Whatever. Yang pasti gue suka!" kata Vika.

Nadya menepuk jidat. "Kasian gue sama cowok-cowok yang liat pacar sama gebetannya kayak gini. Keterlaluan tu Ketos!"

"Udah lah, Nad! Lo gak mau ikutan ngasi hadiah juga?" tanya Hana.

"Dia mah gak perlu ngasi hadiah mahal! Senyumnya doang udah cukup buat Randy!" goda Vika.

Nadya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah ketiga temannya itu. Eh, tidak! Bukan hanya tiga, tapi seluruh temannya. Setelah itu, ia memilih untuk mengambil novelnya sembari menunggu bel masuk.

RAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang