~TIGA PULUH EMPAT~

2.6K 99 7
                                    

KEBAHAGIAAN tiada tara menjadi atmosfer SMA Nusa Harapan hari ini. Bagaimana tidak? Hari yang telah mereka tunggu-tunggu, yaitu kembalinya Randy ke sekolah mereka setelah empat hari dirawat inap, telah membuat siswi-siswi dari berbagai angkatan bergerombol di kelas XI-6.

Randy yang sudah duduk selama 30 menit itu merasa risih. Bukannya mendapat ketenangan, ia malah mendapat rayuan-rayuan menjijikkan dari siswi-siswi gila itu.

"Randy, sayangku! Aku kira aku bakal kehilangan kamu! Ternyata Tuhan masih merestui cinta kita!"

"Randy! Aku kangen! Peluk, dong!"

"Randy, udah makan, belum? Minum obat? Kalo belum, sini, aku bantuin!"

"Randy, jangan sakit-sakit lagi, ya? Gue khawatir!"

"Randy! Pas sakit aja masih cool, gimana kalo fresh?! Meleleh hati dedek, Bang!"

"Randy, pacaran, yuk!"

Begitulah seruan-seruan yang memenuhi indra pendengaran Randy.

"Kalian bisa tolong keluar, gak? Gue kepanasan!" ucap Randy sambil memijat pelipisnya.

Dengan wajah sedih dan langkah pasrah, siswi-siswi itu langsung keluar begitu titah itu keluar langsung dari mulut pangeran hati mereka. Tak ada penolakan. Mereka hanya bergumam 'yah', dan disertai dengan kalimat-kalimat pasrah mereka.

Sementara itu, Nadya yang baru saja akan menginjakkan kakinya di kelas XI-6, kaget begitu melihat siswi-siswi yang tadi dilihatnya berkerumun di kelas Randy, kini keluar dengan wajah kesal. Ia agak mundur, dan memberi jalan pada mereka. Beberapa dari mereka sempat melirik sinis ke arahnya, namun tak ia hiraukan.

Selepas siswi-siswi keluar dan tak satu pun tersisa di sana kecuali siswi kelas XI-6, ia pun masuk ke sana. Ia bisa melihat jikalau Randy saat ini tengah memijat pelipisnya sambil menutup mata, sedangkan Arya dan Danan duduk mengapit dirinya, dan Kevin duduk di atas meja.

Setiap langkahnya yang mendekati Randy, ia dapat melihat dari ekor matanya, jikalau penghuni kelas XI-6 sedang menatapnya serius.

"Ran," panggil Nadya. Seketika Randy yang tadinya sibuk mengurus pelipisnya, membuka mata.

Randy tersenyum pada Nadya dan berdiri. "Minggir!" suruhnya pada Danan yang kebetulan duduk di sebelah kanannya. Ia kemudian mendekati Nadya.

"Mereka kenapa keliatan kesel gitu?" tanya Nadya sambil menunjuk ragu ke belakangnya.

"Gue usir." kata Randy santai.

"Kenapa?" tanya Nadya.

"Abis bikin pusing! Bukannya tenang, gue malah dibikin kejang! Berisik amat mereka!" Randy curhat lepas pada Nadya.

Nadya mengangguk paham. "Oh, pantes!"

"Lagian, kenapa lo ke sini?" tanya Randy.

"Gak boleh, ya?" tanya Nadya balik.

"Bukan, tapi--"

"Iya, gue tau. Gue ke sini cuma mau jenguk lo doang, kok." kata Nadya.

Randy tersenyum. "Makasi."

Nadya balas tersenyum. "Sama-sama."

"WAS WESSSS WASS WESSSS! Upin Ipin udah lulus TK, nih? Kok tumben gak berantem?" sahut Danan tiba-tiba.

"Lo ngomong apaan, nyet?! Saring dulu, napa?!" protes Arya.

Danan memamerkan cengiran khasnya.

"Tapi, kalian gak kayak biasanya." kata Arya, kemudian beralih ke Nadya. "Terutama lo, Nad! Biasanya lo pasti bakal gak suka kalo Randy deket sama lo, kenapa sekarang beda?"

RAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang