~TUJUH BELAS~

2.6K 89 2
                                    

MASIH pada hari yang sama. Nadya dan teman-temannya berkumpul di depan tenda Vika. Mereka di sana hanya membicarakan hal-hal tidak penting yang biasa mereka lakukan.

"Eh, Ve. Bener lo semalem ditarik Kak Angga?" tanya Hana antusias.

"Hah, masa? Kak Angga beneran narik lo? Gue kira boongan! Cerita dong ke kita!" timpal Elena.

"Ka-kalian tau dari siapa?" tanya Ve.

"Tuh, si Vika!" tunjuk Hana dengan dagunya.

"Dia 'kan lambe turahnya Ornament!" timpal Elena.

"Hush! Ngomong apa lo barusan?! Lambe turah?! Gak bener itu! Gue cuma reporter-nya Ornament, tau?!" bela Vika.

"Iya-iya. Apapun itu namanya!" Elena berdalih ke Ve yang tengah kicep. "Bener, Ve?"

Ve mengangguk.

"AKHIRNYA TEMEN GUE DEWASA JUGA!! AKHIRNYA LO DEWASA JUGA, VE, KALO PACARAN ITU MASUK DAFTAR MENU!" toa Hana sambil menengadahkan tangannya.

Semua mata kecuali Nadya menatap tajam Hana.

"Itu mulut apa toa masjid, sih?! Pengen gue sumpel pake kertas rasanya!" greget Vika.

"Sorry, mbak, sorry. Kebablasan!" bela Hana.

"Oiya, ngomong-ngomong soal kebablasan, lo berdua gak kebablasan 'kan tadi malem?" tanya Vika.

"Ho.oh!" timpal Arini, Elena, dan Hana barengan.

"Kebablasan apaan? Kak Angga cuma ngasi boneka ke gue." jawab Ve.

"Boneka apaan?" tanya Arini.

"Noh, boneka hati itu!" tunjuk Ve pada sebuah boneka hati berukuran sedang. Mereka semua kecuali Nadya menoleh ke dalam tenda.

"Bo-boneka ya-yang ada tu-tulisan 'I Love You' i-itu?" tanya Elena memastikan.

Ve mengangguk polos.

Semua mata kecuali Ve dan Nadya saling pandang.

"HUWAAAAA!!! ITU KODE KERAS, KAMPRET! KODE KERAS!" toa Arini.

"Kode keras apaan?" tanya Ve polos.

Semua mata kecuali Nadya geram. Mereka menggaruk-garuk sendiri tangan mereka yang gatal karena ingin menggaruk wajah Ve.

"Itu artinya Kak Angga suka sama lo. Secara gak langsung dia ngasi tau perasaannya ke lo." jelas Vika dengan sangat amat tenang. Ia berusaha membuat sahabat polosnya itu mengerti.

"Oh, jadi Kak Angga suka gitu sama gue?" tanya Ve dengan polosnya.

Semua mata kecuali Ve dan Nadya mengusap wajah mereka sendiri karena geram.

"Iya. saking sukanya, dia pengen banget makan elu!" geram Arini.

"Ngomong sama lu lama-lama bikin perut gue grabag-grubug tau gak?!" kata Hana.

"Gue heran sama Kak Angga. Kenapa dia bisa kecantol sama orang kayak lo?!" kata Elena.

"Ho.oh!" Vika mengiyakan.

Mereka berlima terdiam sesaat, kemudian berdalih ke Nadya yang sedari tadi asyik dengan bukunya. Kali ini bukan buku kecil itu lagi, melainkan sebuah buku Sejarah.

"Nad!" panggil Vika.

"Hm."

"Lo baca buku apaan sih, sampe gak ikut grabag-grubug kayak kita?!"

Nadya tak menggubris.

"Sejarah itu. Liat noh judulnya, 'Se...jarah Ke..ra...jaan Ku..tai'. Iya, 'Sejarah Kerajaan Kutai'!" kata Hana.

RAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang