~DUA PULUH SEMBILAN~

2.3K 97 0
                                    

NADYA baru saja sampai di kelasnya ketika ia menyadari kelasnya menjadi lebih berisik dari sebelumnya. Pandangan Nadya menyisir ke segala penjuru kelasnya yang dipenuhi oleh seluruh siswa yang berteriak-teriak sambil memegang ponsel mereka.

Beberapa saat kemudian, siswa-siswa itu, termasuk teman-temannya, menyadari kehadirannya. Mereka semua langsung terdiam dengan ekspresi yang tak bisa diartikan.

Nadya memandang mereka horor, kemudian melihat dirinya. Mungkin ada yang salah pada dirinya. Namun, nihil.

"Kenapa?" tanya Nadya pada semuanya. Suaranya sedikit menggema di sana.

"INI DIA TUAN PUTRI KITA, GUYS!" teriak Daffa.

"Tuan putri? Maksudnya apaan, sih?!" Nadya tak paham. "Han, Ve, Vik! Ini ada apa?!"

Hana, Ve, dan Vika mendekati Nadya.

"Justru kita yang harusnya nanya ke lo ada apa?" kata Hana.

Nadya masih tak paham. "Maksudnya?"

"Nih, liat!" Vika menyodorkan ponselnya pada Nadya.

Nadya terkejut setelah melihat sebuah video yang sudah diputar oleh Vika. Video itu berisi rekaman dirinya yang tengah mengucapkan selamat pada Randy di kelas XI-6. Dari awal ketika Randy mendekatinya sampai ia pergi dari sana, sangat jelas terekam.

"Siapa, di mana, dan kapan disebar?" tanya Nadya menahan syok.

"Baru tadi. Yang nyebar anak kelas XI-6 di grup seangkatan." kata Ve lengkap.

Nadya menghembus nafas kasar. "Ya udah, biarin aja. Nasi udah jadi bubur."

Nadya kembali ke tempat duduknya, dan diikuti oleh teman-temannya. Sementara itu, anak-anak lain sudah menyibukkan diri mereka dengan gosipan topik terbaru.

"Ihh! Tapi, 'kan, lo belum ngasi tau alasan kenapa lo lakuin itu!" pekik Vika.

Nadya melirik teman-temannya. "Gue rasa, video itu bisa jawab semua pertanyaan kalian."

Vika, Ve, dan Hana berdecak kesal.

※ ※ ※

BEBERAPA hari setelah ulang tahun Randy, lomba menulis cerpen dan puisi sudah terlaksanakan. Para juara belum diumumkan, mengingat masih ada lomba nonakademik yang akan dilaksanakan mulai hari ini hingga tiga hari ke depan. Dan rencananya, para juara akan diumumkan hari Senin depan saat upacara bendera.

Siswa-siswi SMA Nusa Harapan yang tim kelasnya mendapat giliran bertanding hari ini, sudah berkumpul di Gedung Olahraga sejak satu jam yang lalu. Ada sekitar enam kelas yang bertanding hari ini, termasuk kelas Nadya.

"Kelas kita lawan kelas apa, ya?" tanya Hana setelah duduk di tribun penonton bersama teman-teman sekelasnya.

"Gue denger-denger, sih, kelas X-5." jawab Vika.

"Kalo bener, bagus, deh! Soalnya gue denger, kakak kelas dua belas juga ikutan. Dan yang bikin tambah ngeri, kelas XII IPS-2 kalo main basket suka ganas-ganas banget!" kata Hana antusias.

"Ho.oh! Tahun lalu, 'kan sampe ada yang cedera!" timpal Ve.

"Tapi, walaupun kelas kita lawan kelas XII IPS-2, mereka semua gak bakal berani bikin cedera!" kata Vika.

"Lah, kenapa?!" tanya Ve dan Hana bersamaan.

"Kita 'kan punya Ve." kata Vika.

"Gue?! Apa hubungannya sama gue?!" Ve terkejut.

"Oiya, lo bener, Vik!" Hana menyetujui Vika.

"Lo lupa sama Kak Angga?" Vika menyenggol Ve.

"Emang Kak Angga kenapa?" Ve balik bertanya.

RAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang