PERTANDINGAN basket antara kelas XI-1 dan kelas X-5 sudah dimulai sejak beberapa menit yang lalu. Sorakan supporter dari masing-masing kelas yang sedang bertanding semakin riuh. Ada yang memainkan snar, memukul-mukulkan botol plastik, menyanyikan yel-yel, menyalakan flash, sampai mengibar-ngibarkan baju kaos untuk membakar semangat para supporter.
Nadya dan teman-temannya baru saja memasuki gedung dan langsung duduk di tempat duduk mereka sebelumnya. Mereka juga melakukan hal yang hampir sama seperti teman-teman sekelasnya, bedanya mereka tak terlalu heboh.
Sembari teman-temannya memukul-mukulkan botol plastik dan bernyanyi-nyanyi heboh, Nadya hanya menepuk-nepuk tangannya untuk mengiringi yel-yel buatan kelasnya, seperti yang dilakukan beberapa temannya yang malas untuk melakukan hal heboh. Ia juga bernyanyi, namun tak keras. Hanya sekedar saja.
"Ayolah kawan-kawan hari ini mari kita semarakkan!
Jangan pernah menyerah tetap berusaha tetaplah semangat!
Yakinlah kita bisa kalahkan mereka 'tuk jadi juara!XI-1... HEBAT! XI-1... JAYA! XI-1... PASTI BISA!"
Di tengah penyanyian yel-yel, seseorang tengah menerobos kerumunan kelas XI-1 yang kelihatannya sedang lelah sehabis heboh-hebohan dengan sopan. Orang itu berkali-kali mengucapkan 'permisi' sambil agak membungkuk saat melewati anak-anak XI-1 yang tengah duduk sambil mengipas-ngipaskan tangan ke wajah mereka karena kepanasan. Hingga akhirnya orang itu berhenti tepat di belakang Nadya.
"Minggir dikit, dong!" katanya pada seorang cewek yang duduk di sebelah Nadya.
Cewek itu sebelumnya memasang wajah kesal dan sempat berdecak, namun semua kekesalannya itu berubah saat cewek itu melihat wajah si penyuruh. Cewek itu langsung tersenyum. Antara kaget dan tidak menyangka, bahwa ia akan mendapatkan durian runtuh. "Eh, iya, silakan. Duduk aja." Cewek itu menggeser sedikit ke kanan posisi duduknya.
Orang itu lalu duduk tepat di sebelah kanan Nadya.
Nadya yang merasa adanya perubahan bau badan dan atmoser udara, reflek menengok ke kanannya dan menemukan seseorang dengan santainya duduk di sebelahnya. "Ngapain lo ke sini?! Harusnya, 'kan, lo nugas?!"
Orang itu tersenyum, kemudian menyodorkan sebotol air mineral ke arah Nadya. "Nih, minum!"
Nadya tak kunjung mengambil botol air itu, ia justru memandang horor seseorang di samping kanannya itu.
"Hekhem! Aduh! Kok tenggorokan gue tiba-tiba serek, ya?"
Nadya menoleh ke samping kirinya, tepatnya ke Vika, Ve, dan Hana, yang kini tengah berdeham-deham tidak jelas.
"Iya, nih! Gue jadi batuk-batuk mendadak! Uhuk-uhuk! Hekhem!" kata Ve menimpali Hana yang duduk paling ujung.
"Gue juga jadi mendadak keselek, nih!" Vika ikut-ikutan.
"Ada air gak, sih? Makin parah ni tenggorokan, kayaknya! Hekhem-hekhem!" Hana mengeraskan dehemannya.
"Lo bertiga apa-apaan, sih?!" ucap Nadya.
Vika menyengir. "Enggak papa, sih! Cuma batuk, serek, dan keselek mendadak doang!"
Nadya hanya memutar malas bola matanya, kemudian beralih ke seseorang di samping kanannya yang masih menyodorkan botol air mineral itu.
"Udah, Nad! Ambil aja! Pake malu-malu kucing segala!" celetuk Vika yang mendapat tatapan tajam dan decakan kesal dari Nadya.
Nadya mengambil botol tersebut dari tangan orang itu. "Makasih." Ia kemudian meminum air itu. Kebetulan ia memang sedang haus, dan kebetulan pula ada orang yang memberikannya air. Gratis pula. Yang penting tidak dicampur obat bius atau sianida, ia terima-terima saja. Kebetulan yang membahagiakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAN [Completed]
Teen FictionMAU DAPET FEEL-NYA? BACA DULU YAA!! Ini hanya kisah anak SMA yang awalnya hanya penasaran dengan akar permasalahannya, namun berakhir rumit karena lika-likunya dan terjerumus dalam dinamika cinta. Ini hanya kisah dua insan Tuhan yang terhubung karen...