~LIMA PULUH EMPAT~

1.8K 68 1
                                    

PULANG sekolah hari ini, Hana langsung menyeret Vika dan Ve ke rumahnya. Tak peduli apa alasan mereka, entah belum izin, bensin habis, tidak membawa bekal lebih, uang tabungan habis, kucing belum makan, ditungguin orang tua, sampai yang paling absurd sekali pun Hana sudah pernah mendengar keluar dari mulut kedua temannya ini. Yang penting sekarang, mereka bertiga harus berkumpul di suatu tempat.

"Lo ngapain, sih, tiba-tiba maksa kita ke rumah lo?" tanya Vika.

"Ada hal penting yang perlu gue bicarain dengan kalian." jawab Hana sambil celingukan, mencari taksi online pesanannya yang katanya sudah sampai.

"Serius banget ngomongnya. Hal penting apa, sih?" tanya Ve.

"Iya, hal penting apa sampe kita gak boleh pulang dulu." timpal Vika.

"Ada." kata Hana ketika taksi pesanannya berhenti di depan mereka bertiga.

"Neng, kan, yang pesen taksi?" tanya sopir taksi itu yang menurunkan kaca jendela taksinya.

"Iya, pak." Hana beralih ke dua temannya. "Ayo, buruan."

Setelah di dalam taksi, Ve dan Vika yang awalnya diam ketika baru saja taksi beranjak pergi, mulai angkat bicara. Apalagi setelah mata Vika menangkap sebuah bangunan yang terlewat ketika taksi ini berjalan, membuat Vika ingin memrotes sesuatu.

"Apa, sih, Han?" tanya Ve.

"Iya. Kenapa kita gak ngomongin di kafe aja? Di sana, kan, gue bisa download drama-drama korea sambil ngomongin yang lo bilang 'hal penting' itu!" protes Vika.

"Cih! Drakor lagi." cibir Ve.

"Gak bisa. Soalnya, kalau kita ngomongin di kafe, takut ada yang denger. Makanya gue mau ngomong ini di salah satu rumah kita, biar aman." jelas Hana.

"Kenapa gak di rumah Ve aja? Atau Nadya? Rumah mereka kan ada wifinya. Eh! Nadya gak lo ajak?" tanya Vika.

Hana terdiam sebentar. "Nadya lagi sakit, kita bilang di sekolah aja besok."

"Loh, katanya biar gak ada yang denger." kata Ve kesal.

"Ee.. ya pokoknya itu lah! Udah, kalian gak usah banyak tanya lagi! Nanti juga tau maksud gue apa." ujar Hana.

Setelahnya, mereka diam sepanjang perjalanan.


※ ※ ※

"EH, ada temen-temennya Hana. Tante buatin minum, ya?" sapa Mira, ibu Hana.

Ve dan Vika tersenyum, ingin mengiyakan, namun didahului Hana.

"Gak usah, Ma. Mereka cuma sebentar, kok." kata Hana lalu menyeret Vika dan Ve yang tengah sebal ke kamarnya.

Memang, dari mereka berempat, hanya Hana yang rumahnya tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga. Selain karena ingin hemat dan aman, rumahnya juga tidak terlalu luas sampai membutuhkan asisten rumah tangga. Lagipula, di rumah Hana yang tinggal adalah keluarga besarnya, jadi sudah ada pembagian tugas rumah.

"Udah dipaksa ke sini, minum gak dikasi, keterlaluan lo, Han!" rajuk Ve.

"Iya. Sebel gue sama lo. Awas kalau yang lo mau omongin gak penting. Gue pastiin besok lo sekolah gak bisa nulis!" ancam Vika.

"Penting, kok. Serius!" Hana duduk di pinggir kasurnya, diikuti oleh Ve dan Vika. "Inget, gak, tadi pagi waktu gue nyenggol meja terus jatuhin buku paket yang gue pegang?"

Ve dan Vika mengangguk malas.

"Abis itu Nadya bantuin ngambil buku lo. Udah. Gak ada pentingnya!" kata Vika dengan kesal.

RAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang