NADYA ingin masuk ke tendanya, namun langsung dicegah Randy yang baru saja datang. Randy mencekal pergelangan tangan kanannya.
"Apa-apaan, sih, lo?!" Nadya menghempas kasar tangan Randy.
"Gue tau lo kesel karena gue nerima tantangan itu." kata Randy.
"Kalo udah tau, kenapa gak lo tolak aja?!"
"Gue gak bisa."
"Kenapa?! Karena ke-gentle-an lo lagi dipertaruhkan?! Iya?!"
"Bukan. Itu aturannya, jadi gue harus ngikutinnya."
"Aturan? Basi, tau, gak?!" Nadya berusaha masuk, namun lagi-lagi Randy mencekal tangannya.
"Ikut gue." Randy menarik tangan Nadya, namun Nadya tetap membatu.
"Enggak."
"Please! Gue mau ngasi tau sesuatu ke lo."
Nadya mengangkat alisnya, tanda bertanya.
Randy tersenyum karena Nadya mulai tertarik dengan pembicaraannya. "Ikut gue dulu!"
Akhirnya Nadya mau mengikuti Randy. Randy mengajaknya dengan menarik tangannya seperti tadi, tapi kali ini tak ada pemberontakkan.
Nadya sempat berpikir ke mana Randy akan membawanya, namun kini pertanyaan itu sudah terjawab. Randy membawanya ke tendanya.
"Lo tunggu di luar bentar, ya? Gue mau ambil sesuatu."
Nadya hanya terdiam saja. Ia bersyukur karena tangannya sudah selamat sekarang.
Randy keluar dari tendanya sambil membawa sebuah kantung plastik berwarna hitam. Dari luar, kantung plastik itu seperti berisi sebuah kotak. Entah kotak apa itu.
Randy mengeluarkan kotak itu, lalu mengeluarkan isi kotak itu di hadapan Nadya. Ia kemudian memberikan isi kotak itu ke Nadya.
"Kotak musik?" tanya Nadya. Kotak musik itu kini sudah berada di tangannya.
Randy mengangguk sambil tersenyum.
"Buat apa?"
"Nanti juga lo tau, setelah gue buktiin kalo gue gak bersalah atas kejadian yang nimpa kalian tiga tahun yang lalu."
DEG!
Nadya tercengang. Memorinya kini diputar menuju peristiwa tiga tahun yang lalu, ketika Nadya masih kelas VIII SMP.
"Dasar anak-anak gak berbakat!"
"Sekolah di sini cuma menuhin tempat aja. Gak seharusnya mereka ada di sini!"
"Iya, famous juga enggak!"
"Harusnya temen-temen gue yang sekolah di sini, bukan mereka!"
Kilas balik tentang masa lalu Nadya muncul. Air matanya menetes. Ia masih ingat bagaimana siswa-siswa lain menghinanya dan teman-temannya. Bagaimana mereka membuat salah seorang temannya depresi tingkat tinggi dan akhirnya bunuh diri. Benar-benar masa lalu yang kelam.
Nadya menghapus air matanya. "Bagus, deh, kalo lo udah sadar dengan kesalahan lo."
"Itu bukan salah gue, dan gue akan buktiin ke lo."
"Gak perlu. Lo pelakunya, jadi lo gak perlu nyari orang buat lo jadiin kambing hitam!"
Randy tersenyum. "Lo berpikir gitu karena lo gak tau yang sebenernya. Tapi tenang aja, gue bakal bikin pelakunya minta maaf ke lo."
"Pelakunya itu lo. Harusnya lo yang minta maaf, bukannya nyalahin orang lain! Masih untung gue gak laporin lo ke polisi."
Randy tersenyum sabar. "Makasi. Makasi karena lo gak ngelakuin kesalahan itu. Pelaku yang sebenernya bakal muncul nanti, lo tenang aja. Yang pasti di sini, gue udah tau pelakunya, cuma gue belum ada bukti."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAN [Completed]
Teen FictionMAU DAPET FEEL-NYA? BACA DULU YAA!! Ini hanya kisah anak SMA yang awalnya hanya penasaran dengan akar permasalahannya, namun berakhir rumit karena lika-likunya dan terjerumus dalam dinamika cinta. Ini hanya kisah dua insan Tuhan yang terhubung karen...