~TIGA PULUH TUJUH~

2.3K 89 11
                                    

NADYA baru saja sampai di depan kelasnya ketika kelasnya yang tadinya ribut tiba-tiba senyap.

"Gue ke kelas dulu, ya?" kata Randy.

Nadya mengangguk canggung, karena menyadari kesenyapan kelasnya secara tiba-tiba setelah kedatangannya bersama Randy. Bahkan percakapan dengan nada pelan oleh mereka pun masih bisa terdengar saking senyapnya.

Randy pun pergi. Nadya membalikkan badan, dan mendapati tatapan siswa-siswi di kelasnya yang tersirat banyak pertanyaan.

"ANJIRRR!!! UDAH RESMI, NIH?!" seru Nisa memecah keheningan sambil terus menatap ponselnya.

"MASA?! DAPET KABAR DARI MANA, LO?!" sahut Nana.

"Ini, nih! Dita ngasi pengumuman di grup seangkatan!" jawab Nisa antusias.

Gara-gara Nisa, semua anggota kelas serempak membuka ponsel mereka, mencari grup seangkatan mereka, lalu mencari pengumuman yang dimaksud Nisa di ruang obrolan.

"ANJAY! PATAH HATI GUE!!!" seru salah satu dari mereka dengan nada merengek.

"Haaaa! Mana udah dapet klarifikasi langsung lagi! Haduhh!" sahut yang lainnya.

"Ayang Andy ahat, mah!" Nadanya sengaja dibuat imut.

"Pacar gue selingkuhhh! Huwaaa!" Kalau yang ini sambil menghentak-hentakkan kakinya.

Seketika kelas yang sebelumnya senyap kembali ribut. Mereka semua meributkan satu hal. Ya, berita atas jadiannya Nadya dan Randy.

Melihat itu, Nadya mengambil celah untuk menuju tempat duduknya tanpa diketahui, karena jika ia sampai ketahuan bergerak sedikit saja, bukan tidak mungkin anak-anak satu kelas ini akan menghujamnya dengan berbagai pertanyaan.

Namun sepasang mata dari mereka menangkap pergerakannya. Sebagai manusia sejati, Nadya tentu saja merasa ada yang memperhatikan pergerakannya. Ia menoleh, lalu menunduk. Wajah Nadya menunjukkan ketakutan, namun sepasang kakinya tetap berjalan menuju tempat duduknya.

"Kenapa lo?" tanya Ve setelah Nadya duduk di bangkunya.

"Gak papa." Nadya meletakkan tasnya di atas meja.

"Nanti anterin gue ke toilet, ya? Gue mau ganti baju." kata Ve.

Nadya mengangguk.

"Eh, lo berdua kliping volinya udah belum? Gue belum, nih! Gila, tu guru ngasi tugas gak tanggung-tanggung! Untung ganteng!" sahut Vika dari belakang.

"Udah. Tinggal nyetor doang." jawab Nadya seadanya.

"Lah? Emangnya disetor sekarang? Bukannya minggu depan, ya?" celetuk Hana.

"Emang." jawab Nadya lagi ala kadarnya.

"Serius lo udah, Nad?! Lo dapet di koran mana?!" Vika antusias.

"Jawa post. Tapi itu koran lama. Sekitar setahun yang lalu. Itu koran gue bawa dari Semarang." jelas Nadya.

"Ngapain lo pulang bawa koran? Gak ada kerjaan banget, deh." kata Hana.

"Bukan mau gue, tapi mau korannya. Dia nyempil di koper." jelas Nadya lagi.

"Yah, kayaknya tu koran peramal, deh!" sahut Vika.

"Mungkin." Nadya berbalik, menghadap ke depan kelas.

"PENGUMUMAN! PENGUMUMAN! PENGUMUMAN!" teriak Daffa yang membuat kelas seketika hening. "HARI INI PAK ARFI GAK NGAJAR KARENA ADA URUSAN KELUARGA! JADI, JAM OLGA BEBAS!"

Seketika satu kelas bersorak.

"Yey! Bisa gangguin cogan XI-6!"

"Yah, biasanya kalo gini, gue selalu ngeliatin Randy. Tapi sekarang, masa gue ngeliatin dia pacaran? Huh!"

RAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang