Ini masih menjelang malam, belum semuanya gelap. Aku memutuskan untuk packing barang barangku.
"Harry?"
"Ya?"
"Besok aku sudah pergi... Ah kurasa aku akan merindukanmu.."
"Ahh jangan ingatkan aku soal itu, kalau aku mengingat soal kau akan pergi besok, membuat aku sedih seriusan..."
"Aku packing sekarang aja deh, jadi entar malem nyantai aja."
"Butuh bantuan?"
"Tentu!!!"
Aku melipat baju baju ku, dan aku masukkan kedalam koper.
Harry membantuku memasukkan beberapa barang yg aku beli di London.
"Kau banyak membeli baju baru ya?" Tanya Harry.
"Ya! Hehe"
"Oh God!"
"Btw, Liam gimana ya Harry..." Aku berhenti sejenak
"Gimana apanya?"
"Besok dia akan mengucapkan selamat tiggal atau apa gitu?"
"Entahlah.. Kuharap dia begitu."
"Ih tapi masa selamat tinggal sih. Gaasik. Maunya tuh dia ngungkapin perasaan dia gitu.."
Harry terdiam,
"Harry?" Aku menatap Harry
"Yap? Ugh sorry"
"Kalau dia ngungkapin perasaan dia apa kamu akan tetap tinggal?" Tanya Harry serius
"Nah itu..."
"Berarti emang seharusnya dia bilang selamat tinggal kan? Karena kamu gak bakal sama kita lagi."
"Ihhhhh bukan gitu..."
"Oiya boleh nanya kan?"
Harry menatap ku.
"Apa?"
"Kau pernah bilang kalau sebenarnya kau dapat beasiswa di Aussie atau di London?! Ya kan?"
"Um ya"
"Dan kau memilih di Aussie?"
"Hm-mh"
"Kalau seandainya Liam ngungkapin gitu misalnya.. Andaikan... Kamu bakal usaha gak buat tinggal tetap di London?!"
Oh God. Pertanyaan Harry.
"Aku malah pengen sekolah disini, tapi Harry... Aku gak punya siapa siapa disini"
"Well, kau bakalan kenal sama keluarga kami semua nantinya kamu juga gak lama bakalan dapet temen kok.."
Aku berpikir lagi.
"Tapi..."
"Oh okay! Coba pikirkan lagi, besok aku bakal usahain nganterin kamu ke bandara. Soal beasiswa itu.. Coba deh kamu usahain."
Harry tersenyum ke arahku.
"Okay."
"Okay."
Harry meninggalkan ku sendiri. Aku berpikir lagi.
Aku mengampil ponsel ku di tas,
...
"Nadine?" Mama mengangkat telfon dariku.
"Mom!"
"Hey! Yea ada apa?"
"Soal bea siswa Nadine bisa diubah gak?"
"Diubah gimana?"
"Nadine kan dapet tawaran di Aussie atau engga di London. Nah.."
"Kamu mau sekolah di London?"
Mamaku menebak dengan gampangnya,
"Iyaaa.. Jika diperbolehkan."
"Kenapa baru bilang sekarang? Bisa aja sih cuman ya ribet. Di NZ sekarang udah malem lagi Nadine..."
"Ma. Tapi Nadine pengen banget sekolah disini, pleaseeee"
"Apa yang ngebuat kamu betah disana?"
"Temen. Aku punya banyak temen disini..."
"Tapi susah untuk berhubungan dengan kamu Nadine.."
"Yah mama..."
Tidak ada yang berbicara sama sekali saat itu,
"Apa ada seseorang yang ngebuat kamu tinggal disana?" Tanya Mama tiba-tiba
"Mmmm... Iya ma"
"Nah nanti kamu malah gak belajar disana Nadine.."
"Yahh... Nadine janji deh bakalan lulus kuliah jurusan desain nya. Bener deh..."
Mama diem lagi,
"Yasudahlah kalau tidak bisa. Besok pesawat Nadine berangkat jam 8 sampai ketemu besok ma! Bye i love you."
Aku langsung mematikkan handphonenya. Memang aku benar benar terlambat.
Aku berbaring dikasurku, rasanya ingin sekali menangis. Aku akan merindukan Liam Harry Niall Louis dan Zayn. Tapi bagaimana?! Aku tidak bisa apa-apa.
